Usman: Ok lah, ini resikonya. Kalau tidak memutuskan hubungan bisnis dengan Hendro, maka maaf cari orang lain aja untuk membunuh lima orang lain itu. Selain Rakun kan banyak pembunuh bayaran lainnya.
Salim: Tidak bisa man. Mereka itu orang-orang kuat. Aku ajah yang nyari pembunuh bayaran lainnya aja repot kok man. Kamu harus tahu, dari semua pembunuh bayaran di seluruh Indonesia cuma kelompok Rakun yang terakhir aku cari.
Riyadi (dalam hati): Heh, mungkin keterakhir soalnya nih orang awalnya gak percaya sama kita.
Anthony: Bentar aku menyela pembicaraan bapak. Pikirkan ini baik-baik bapak Salim yang terhormat. Bila anda memutuskan hubungan dengan Jenderal Hendro, dengan menjual seluruh saham bapak di perusahaan yang dimiliki Jenderal Hendro. Bapak tidak perlu khawatir karena bila kami telah membunuh 5 orang itu, Bapak bisa mengendalikan Bupati Daryono dan mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding usaha bapak dengan Jenderal.
Salim: Kamu itu bisa diam tidAK!
Usman: Salim, CUKUP!!! Cukup kamu menghina anak buahku. Menghina mereka berdua sama saja menghinaku, ditambah lagi kau tidak memberi penghormatan kepada Riyadi dan Anthony dengan sebutan "Brother." Apa yang dikatakan oleh Brother Anthony itu benar! Pikirkan itu baik-baik Salim! Berhenti dengan sang Jenderal, atau berhenti dengan Rakun. Cuma itu pilihannya.
Salim: Bagaimana seandainya aku memutuskan hubungan dengan Hendro, lalu dia akan membunuhku?!
Usman: Jangan takut lim, mereka tidak akan membunuhmu karena kau bekerja sama dengan kami, kau akan dilindungi oleh Rakun.
Salim: Benarkah? (Sambil melirik sinis ke muka Anthony dan Riyadi)
Usman: Kalau kau tidak percaya dengan mereka berdua ini tidak apa-apa, tapi percayalah padaku. Pemimpin tertinggi Rakun, dan penguasa sebenarnya Negara yang bernama Indonesia ini. Walaupun Hendro adalah rivalku, tapi dia tidak akan berani melawanku. Kau sudah ngerti kan kemampuan kita yang sebenarnya.
Salim: Huffff, baik-baik.