Mohon tunggu...
Ahmad Heru
Ahmad Heru Mohon Tunggu... wiraswasta -

penyuka kereta api, pengagum danau dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak-anak Langit

16 November 2013   22:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Mauuu.....”

“Nah sekarang yang jadi soal adalah dari mana kita bisa punya mesin jahit untuk mulai belajar. Nanti setelah mahir, akan kita buka jasa permak Levis atau terima jahitan dari para tetangga sekitar sini.”Tanya Samboja untuk semua yang hadir.

“Nah itu dia Kak dari mana mesinnya?” sambut Saglik.

“Saya akan coba bantu dengan menggalang dana dari kawan-kawan mahasiswa, dan saya usul, mulai sekarang kita kumpulkan sampah botol bekas aqua...disepanjang kali cisadane ini, kita sortir sampahnya, pilih apa saja yang masih bisa dijual ke para pendaur ulang bahan pelastik. Kita kumpulkan uangnya, lalu kita beli mesin jahit.”

“Ide yang bagus kak Hakim.”

Laksanakan....

(*)

Catatan: gepeng : gelandangan dan pengemis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun