Mohon tunggu...
Ahmad Heru
Ahmad Heru Mohon Tunggu... wiraswasta -

penyuka kereta api, pengagum danau dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak-anak Langit

16 November 2013   22:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sekarang Aku punya tekad kuat untuk berhenti menggelandang, aku akan terus belajar meningkatkan kualitas lukisanku, ditambah belajar keterampilan lain, seperti keterampilan menjahit di sore ini, di komunitas ini, yang dibina oleh Kak Hakim dan Kak Tazkiya di bantaran kali cisa done ini, setiap sabtu dan minggu sore. kak Hakim dan kak Tazkiya terima kasih sudah datang kemari, untuk mengajari kami keterampilan menjahit.”

Suasana disore itu meriah sekali. Lalu terdengar sambutan tepuk tangan lagi.... Setelah tepuk tangn reda, suasana disaung bambu itu lengang sejenak, karena suara Azan Ashar berkumandang dari arah Masjid kali pasir, masjid tertua dikpota Tangerang itu.

Setelah azan selesai. “Aku ingat pernah kak Tazkiya bercerita padaku disini, sebelum kami semua diajarkan menjahit secara kelompok. Kak Tazkiya menceritakan pengalamannya tentang pengemis, penjahat dan penjahit padaku, unik dah ceritanya.” Kata Saglik penuh inisiatif, memecah suasana, “Silakan kak Tazkiya bercerita lagi pada kami semua, jika tak keberatan?”

Terdengar tepuk tangan menyambut Tazkiya, tak lama kemudian langsung berdiri ditengah lingkaran... “Apa perlu saya cerita lagi?” tanya tazkiya pada,

Semua Anggota anak langit mengangguk setuju, banyak terlontar tatapan penasaran pada wajah mereka.

“Nah kawan-kawan, sebelum giliran saya bercerita, perkenalkan ini dia teman saya, Junaidi namanya, dialah orang yang akan membantu kita belajar keterampilan tepat guna lainnya, untuk tambahan bekal hidup kita. Kak Jun mulai sekarang Akan menjadi bagian dari keluarga kita disini. Maka.... karena sudah masuk Waktu Ashar kita jeda sholat dulu ya... nanti di imami oleh Kak Junaidi. Oekke,,,

Semua orang menoleh ke arah Junaidi. Lantas Junaidi tersenyum kepada semua yang menatapnya di saung bambu Anak Langit di sore itu. Lalu mereka bergegas berwudu, untuk sholat ashar berjamaah.

***

Setelah Sholat Ashar berjamaah selesai, mereka kembali duduk seperti formasi semula, setengh lingkaran. Kini tazkiya berada ditengah mereka....

“Baiklah,” kata Tazkiya, “Begini ceritanya:

“Saya—sedikit atau banyak—hidup bersama mesin jahit.” Tazkiya mulai bercerita di hadapan Hakim, Junaidi dan serombongan Anak langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun