Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranti (3/3)

30 Juli 2022   10:01 Diperbarui: 30 Juli 2022   10:07 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wallpaperbetter.com)

"Penderita seakan-akan melihat obyek atau mendengar sesuatu tapi sebenarnya hal itu tidak ada dan tidak dilihat atau didengar oleh orang lain. Banyak sekali halusinasi yang dialami Ranti. Contohnya, ia mengaku menyaksikan berbagai hal aneh saat berada di rumah itu. Padahal semua hanya khayalannya saja."

"Kedua, delusi. Seorang penderita delusi menganggap apa yang dialami, dilihat, atau didengarnya benar-benar terjadi dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta. Ini jelas sekali terlihat pada saat dilakukan uji kebohongan pada Ranti. Ia mampu mengelabui alat detektor kebohongan. Seakan-akan apa yang disampaikannya itu benar adanya. Ini terjadi tidak lain dikarenakan delusi yang diidapnya."

"Lebih rinci lagi, Ranti mengalami beberapa tipe delusi. Delusi paranoid dimana ia merasa ada kekuatan tak kasatmata ingin menyakitinya padahal tidak ada. Delusi bizarre dimana ia memercayai suatu hal yang cenderung tidak masuk akal. Misalnya ia mengaku dilarikan dan dirawat di sebuah klinik akibat disiksa habis-habisan oleh kekuatan gaib. Padahal kondisinya sehat dan baik-baik saja sementara klinik yang dimaksud tidak terbukti ada."

"Delusi erotomania dimana Ranti meyakini ada seseorang yang memiliki perhatian dan punya hubungan dekat atau akrab dengannya. Dalam hal ini orang itu adalah Bagas, tokoh fiktif rekaannya. Delusi kebesaran dimana Ranti meyakini bahwa dirinya seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Nyatanya sebaliknya."

"Ketiga, psikosis. Penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi. Ini terjadi karena gangguan di otak yang memengaruhi cara kerja otak dalam memproses informasi. Kondisi ini mengubah cara berpikir dan berperilaku si penderita. Ranti mengaku bekerja paruh waktu di rumah kosong, hanya berkomunikasi via SMS dengan majikannya, dan hanya mendapat gaji sebulan. Kenyataannya lebih banyak yang tidak sesuai."

"Kemudian, terkait penyakit atau gangguan mental. Diagnosis saya mengarah pada kepribadian ganda. Kondisi ini terjadi ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Dalam suatu contoh kasus, penderita kepribadian ganda yang taat pada hukum, sopan, dan berperilaku sesuai norma yang ada di masyarakat, bisa saja melakukan tindakan kriminal, brutal, atau anarki."

"Saat penderita kepribadian ganda ditanya mengapa ia melakukan hal tidak yang biasa, ia akan memungkirinya. Ia beralasan tidak ingat pernah melakukannya atau malah merujuk pada orang lain di dalam dirinya sebagai pelakunya."

"Hal yang sama terjadi pada Ranti. Saat berbagai kebohongan itu dikonfirmasi padanya, ia mengaku itu bukanlah dirinya tapi dirinya yang lain. Penyakit ini termasuk langka di Tanah Air bahkan dunia dan tergolong kronis karena bertahan lama hingga seumur hidup. Demikian laporan yang dapat saya sampaikan kepada anda," paparnya.

Setelah penjelasan panjang lebar Dokter Sarah itu, Inspektur Vito tampak terdiam beberapa saat. Apa yang dikatakan firasatnya, kini terbukti sudah. Sulit baginya menerima fakta tersebut tapi apa hendak dikata. Dia pun pernah menduga seperti itu sebelumnya.

"Baik, Dok. Terima kasih banyak atas laporan sangat berharga yang anda berikan. Tampaknya tidak jauh beda dari perkiraan saya. Sepertinya saya terpaksa harus merevisi kasus ini. Dan jelas itu bukan pekerjaan yang mudah," keluhnya.

"Saya mengerti apa yang anda rasakan. Maafkan saya, Inspektur. Saya hanya melakukan apa yang saya bisa. Menurut aturan, anda tidak bisa menuntut orang yang mengalami gangguan jiwa," tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun