Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranti (3/3)

30 Juli 2022   10:01 Diperbarui: 30 Juli 2022   10:07 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wallpaperbetter.com)

"Selepas SD, Ranti pindah ke kota untuk melanjutkan sekolah. Hal itu terpaksa dilakukan karena di desa kami belum ada SMP atau pendidikan yang setingkat saat itu. Kamipun terpaksa harus berpisah darinya. Walaupun terasa berat, kami merelakannya demi pendidikan dan masa depan yang lebih baik baginya."

"Di kota, ia dititipkan di salah seorang kerabat bapaknya. Saat SMA, ia mulai ikut membantu usaha yang dimiliki pamannya. Selain karena memang rajin, ia kepengin membantu ekonomi keluarganya. Maklum saja bapaknya hanya petani sementara adiknya ada dua orang yang masih bersekolah dan seorang lagi masih balita."

"Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Dengan alasan lapangan kerja disana lebih terbuka dan menjanjikan. Awalnya saya kurang setuju tapi lama-kelamaan saya tak tega menolaknya. Sejak kerja di ibu kota, ia rutin mengirim uang ke kami setiap bulan. Dan itu masih berlangsung hingga sekarang," urainya.

"Apakah Ranti punya teman laki-laki yang dekat dengannya dan berasal dari daerah yang sama?" tanyanya.

"Sepengetahuan saya, tidak ada. Tapi itu lebih karena kami sudah lama terpisah darinya sehingga wajar kalau kami tidak tahu. Apalagi ia tidak pernah cerita."

"Bu Dokter, Ranti anak yang baik. Tidak mungkin ia melakukan perbuatan jahat seperti yang dituduhkan. Ia bahkan telah menjadi tulang punggung keluarga terutama setelah bapaknya tiada. Tolong bantu dia, Bu! Saya mohon sekali pada Ibu," ungkapnya haru.

"Ranti akan baik-baik saja, Bu. Saya akan melakukan semua yang saya bisa," ucapnya sambil menyentuh tangan Ibu Ranti.

.......

Hari yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Di malam sebelumnya, Inspektur Vito merasa sulit untuk memejamkan matanya saat menerima telepon dari Dokter Sarah. Hanya selang seminggu, secara mengejutkan Dokter Sarah sudah mengontaknya. Tampak lebih cepat dari perkiraannya. Ia merasa antusias dengan kabar itu sekaligus deg-degan.

"Setelah melalui serangkaian tes dan uji klinis juga medis disertai observasi dan diagnosis yang menyeluruh, saya sampai pada kesimpulan. Dari hasil tes darah, tidak ditemukan zat-zat atau kandungan berbahaya seperti narkoba dan alkohol. Kondisinya normal. Begitupun hasil dari CT scan pada kepala, tidak ada indikasi kerusakan pada sel dan jaringan otak ataupun tanda yang mengarah kesana. Kondisinya juga normal."

"Akan tetapi, secara psikologis diperoleh hasil temuan yang mencengangkan. Pertama, halusinasi. Merupakan gangguan persepsi inderawi yang diciptakan oleh pikiran penderita sendiri tanpa adanya sumber yang nyata."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun