Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ranti (1/2)

18 Juni 2022   10:01 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:12 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kondisi terang benderang, tampak jelas ruang itu penuh dengan banyak barang dan pajangan yang berdebu dan sarang laba-laba dimana-mana. Memperkuat dugaan jika rumah itu tidak dihuni alias kosong untuk sekian waktu lamanya.

"Yang perlu aku lakukan hanyalah menunaikan tugasku. Selesai tugas, pulang. Itu saja. Jangan berpikiran yang macam-macam!" gumamnya.

Menyaksikan kekacauan di hadapannya, ia bingung harus mulai darimana. Saat bersamaan HP-nya tiba-tiba berbunyi. Sebuah SMS susulan datang dari Bu Hilda seakan tahu apa yang sedang ia pikirkan. "Semua alat dan perlengkapan kebersihan ada di gudang sebelah dapur. Tks," pesannya.

Sambil mengerjakan tugasnya, pikirannya mengawang-awang. "Jika rumah ini kosong, kenapa Bu Hilda tidak terus terang saja. Kenapa harus ditutupi? Apakah ada maksud tertentu?"

Pandangannya tertuju pada sebuah lukisan besar yang dipajang di salah satu dinding. Lukisan itu memuat gambar seorang wanita muda dan cantik seperti keturunan Eropa. Mengenakan kebaya, ia duduk di kursi sambil tersenyum. Bermata hijau dan berambut hitam tergerai ke belakang, parasnya elok rupawan dan sedap dipandang. Namun bagi Ranti, tatapan tajam si wanita lama-kelamaan membuatnya bergidik.

"Siapakah dia? Adakah kaitannya dengan rumah ini?" ujarnya sambil beralih dari lukisan misterius itu.

Selain lukisan itu, ada tiga lukisan lainnya yang seukuran. Banyak sekali barang atau benda seni dan kuno di ruang itu. Ada keris, artefak, foto, replika, miniatur, porselen dan keramik berupa guci, piring, patung serta masih banyak lagi. Layaknya seperti museum saja, seluruh barang itu dipajang di atas meja, dalam lemari, dan digantung di dinding. Seakan si pemilik rumah ingin menunjukkan jika ia seorang kolektor dan pecinta benda seni dan antik sejati.

Satu per satu benda-benda itu dibersihkan dengan hati-hati. Termasuk sebuah cermin yang berbingkai kayu jati setinggi orang dewasa. Tanpa terasa hampir tiga jam berlalu, tugasnya bisa dirampungkan sesuai waktu yang ditargetkan. Sambil menghela nafas panjang, ia memperhatikan hasil kerjanya seraya tersenyum puas.

.......

Pagi itu, Ranti kembali pada rutinitas part time-nya. Tak terasa sudah dua minggu ia berkerja di rumah itu. Meskipun awalnya terasa sulit, ia masih bertahan. Alasannya bukan semata-mata karena imbalan. Namun sepertinya tidak ada alasan untuk menolak tawaran kerja itu karena berbagai pertimbangan yang cenderung mengarah kesana.

Seperti biasa, Bu Hilda mengirimnya SMS. Namun hari itu pesannya agak berbeda dibanding hari-hari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun