"Ada satu hal lagi yang ingin saya tanyakan jika boleh," imbuhnya.
"Silahkan!" katanya.
"Darimana Ibu dapat nomor HP saya?" tanyanya.
"Perlu diketahui, banyak orang yang bekerja pada saya. Seperti halnya anda sekarang. Banyak informasi yang saya peroleh dari mereka. Termasuk nomor HP. Masih ada pertanyaan lagi?" tanyanya seperti buru-buru ingin menyudahi.
"Sementara itu saja," tukasnya.
"Baiklah. Oya, pintu itu tidak terkunci. Silahkan, masuk saja! Selamat bekerja!" ujarnya.
"Baik. Terima kasih," tutupnya.
.........
Kesan suram, gelap, dan pengab, kembali ia rasakan saat pintu rumah itu terbuka. Kecemasan seketika meliputinya. Dengan langkah berat, ia menapak masuk ke ruang tamu itu. Jantungnya berdebar disertai nafas yang tidak beraturan saat ia memperhatikan kondisi ruang itu dalam keremangan.
Namun tekadnya yang keras telah mengalahkan kecemasannya. Apa yang diperolehnya dari pembicaraan dengan Bu Hilda di pagi itu, sedikit banyak telah memacu dan menguatkan dirinya. Sebagian keraguannya sudah terjawab namun sebagian lagi masih menjadi tanda tanya. Namun satu yang pasti, Bu Hilda telah memberinya kepercayaan yang sudah semestinya tidak disia-siakan.
Merasa tersemangati, dengan segera ia meraih dan menyingkap seluruh gorden di ruang itu. Seketika suasana terang dan cerah menyinari seluruh sudut ruangan. Rasa was-was dan takut yang sempat melandanya, berangsur reda.