Mohon tunggu...
Ahmad BurhanZulhazmi
Ahmad BurhanZulhazmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi

NIM : 55523110040 | Program Studi : Magister Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Universitas : Universitas Mercu Buana | Pajak Internasional | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2 - Memahami Peluang dan Tantangan Perpajakan Controlled Foreign Corporation di Indonesia, Pendekatan Teori Pierre Bourdieu

26 November 2024   09:19 Diperbarui: 26 November 2024   09:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : PPT Prof. Apollo

3) Interaksi antara Arena dan Habitus dalam konteks Controlled Foreign Company (CFC)

  • Habitus Perusahaan: Habitus perusahaan yang terbentuk melalui pengalaman sosial dan interaksi dengan lingkungan dapat mempengaruhi bagaimana mereka beroperasi dalam arena CFC. Perusahaan yang memiliki habitus yang kuat dalam kepatuhan pajak cenderung lebih patuh terhadap regulasi CFC, sementara perusahaan dengan habitus yang lebih permisif mungkin mencari cara untuk menghindari kewajiban pajak.
  • Adaptasi terhadap Perubahan: Ketika regulasi CFC berubah, perusahaan harus beradaptasi dengan cepat. Habitus yang adaptif memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan strategi mereka dan mematuhi regulasi baru. Sebaliknya, perusahaan dengan habitus yang kaku mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi, yang dapat mengakibatkan sanksi atau kerugian finansial.

Konsep arena dalam teori Pierre Bourdieu memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang yang dihadapi dalam perpajakan Controlled Foreign Company (CFC) di Indonesia. Dengan memahami dinamika arena, baik pemerintah maupun perusahaan dapat mengidentifikasi strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kepatuhan pajak dan memanfaatkan peluang yang ada. Pendekatan yang mempertimbangkan habitus dan interaksi sosial dalam arena CFC dapat membantu menciptakan sistem perpajakan yang lebih adil dan berkelanjutan.

C. Modal

Sumber: PPT Prof. Apollo
Sumber: PPT Prof. Apollo
Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Prancis yang berpengaruh, mengembangkan konsep modal sebagai bagian integral dari teorinya tentang praktik sosial. Modal dalam konteks Bourdieu tidak hanya merujuk pada modal ekonomi, tetapi juga mencakup berbagai bentuk modal lainnya yang mempengaruhi posisi individu dalam masyarakat.

 Konsep modal menurut Pierre Bourdieu memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami bagaimana sumber daya yang berbeda mempengaruhi interaksi sosial dan posisi individu dalam masyarakat. 

Dengan memahami berbagai bentuk modal dan bagaimana mereka beroperasi dalam arena sosial, kita dapat lebih baik menganalisis dinamika kekuasaan, kesempatan, dan mobilitas sosial. Modal bukan hanya sekadar sumber daya, tetapi juga alat untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi perubahan dalam masyarakat. Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai konsep modal menurut Bourdieu:

Definisi Modal:
Modal adalah sumber daya yang dimiliki individu atau kelompok yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam arena sosial. Bourdieu mengidentifikasi beberapa jenis modal, yang masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda:

  • Modal Ekonomi: Ini mencakup sumber daya finansial, seperti uang, aset, dan kekayaan. Modal ekonomi adalah bentuk modal yang paling langsung dan sering kali paling terlihat dalam interaksi sosial. Dalam konteks bisnis, modal ekonomi memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi, memperluas operasi, dan bersaing di pasar.
  • Modal Sosial: Modal sosial merujuk pada jaringan hubungan dan koneksi yang dimiliki individu. Ini mencakup hubungan dengan keluarga, teman, kolega, dan kontak profesional yang dapat memberikan dukungan, informasi, dan akses ke sumber daya. Modal sosial sangat penting dalam konteks bisnis dan politik, di mana jaringan yang kuat dapat membuka peluang baru dan memfasilitasi kolaborasi.
  • Modal Budaya: Modal budaya mencakup pengetahuan, keterampilan, pendidikan, dan bentuk-bentuk budaya lainnya yang dimiliki individu. Modal ini dapat mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dalam arena tertentu, seperti pendidikan atau seni. Misalnya, seseorang dengan pendidikan tinggi dan pengetahuan yang luas tentang seni mungkin memiliki akses lebih baik ke dunia seni dan budaya.
  • Modal Simbolik: Modal simbolik adalah bentuk pengakuan dan legitimasi yang diperoleh individu atau kelompok dalam masyarakat. Ini mencakup status, reputasi, dan penghargaan yang dapat mempengaruhi bagaimana individu diperlakukan dalam interaksi sosial. Modal simbolik sering kali berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi sosial seseorang.

Interaksi Antara Habitus, Modal, dan Arena

Ketiga konsep habitus, modal, dan arena, saling berinteraksi dan membentuk praktik perpajakan di masyarakat. Habitus individu dan kelompok mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan modal yang mereka miliki dalam arena perpajakan. 

Misalnya, individu dengan habitus yang kuat dalam kepatuhan pajak mungkin lebih cenderung untuk menggunakan modal sosial mereka untuk membangun jaringan yang mendukung kepatuhan tersebut. Di sisi lain, individu atau perusahaan yang memiliki modal ekonomi yang kuat mungkin merasa lebih berdaya untuk bernegosiasi dalam arena perpajakan, mempengaruhi kebijakan yang menguntungkan mereka.

  • Arena sebagai Ruang Sosial: Arena adalah ruang di mana individu dan kelompok berinteraksi dan berjuang untuk mendapatkan modal. Setiap arena memiliki aturan dan norma yang mengatur perilaku individu. Misalnya, arena pendidikan memiliki aturan yang berbeda dibandingkan dengan arena bisnis. Dalam arena pendidikan, nilai akademis dan prestasi menjadi modal yang penting, sedangkan dalam arena bisnis, keuntungan dan inovasi lebih diutamakan.
  • Habitus dan Modal: Habitus, yang merupakan pola pikir dan perilaku yang terinternalisasi, berfungsi sebagai panduan bagi individu dalam beroperasi di dalam arena. Modal yang dimiliki individu mempengaruhi habitus mereka, dan sebaliknya, habitus dapat mempengaruhi cara individu mengakumulasi dan menggunakan modal. Misalnya, individu yang tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan modal budaya cenderung mengembangkan habitus yang menghargai pendidikan dan pengetahuan.

Pentingnya Modal dalam Praktik Sosial

  • Kesempatan dan Mobilitas Sosial: Modal yang dimiliki individu dapat mempengaruhi kesempatan mereka dalam kehidupan. Individu dengan modal ekonomi yang kuat mungkin memiliki akses lebih baik ke pendidikan, kesehatan, dan peluang kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mobilitas sosial mereka. Sebaliknya, individu yang kekurangan modal mungkin terjebak dalam siklus kemiskinan dan kesulitan untuk meningkatkan status sosial mereka.
  • Strategi dan Taktik: Dalam setiap arena, individu dan kelompok mengembangkan strategi dan taktik untuk memanfaatkan modal yang mereka miliki. Misalnya, dalam arena bisnis, perusahaan mungkin menggunakan modal sosial untuk membangun kemitraan strategis atau modal budaya untuk menciptakan produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Strategi ini dapat mencakup inovasi produk, pemasaran yang efektif, dan pengembangan hubungan yang saling menguntungkan.
  • Perubahan Sosial: Modal juga dapat berperan dalam perubahan sosial. Ketika individu atau kelompok mengakumulasi modal yang cukup, mereka dapat mempengaruhi struktur sosial dan norma yang ada. Misalnya, gerakan sosial yang didukung oleh modal sosial dan budaya dapat mendorong perubahan kebijakan publik. Dalam konteks ini, modal menjadi alat untuk memperjuangkan keadilan sosial dan hak-hak individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun