Kau tahu berapa banyak rahasia yang pernah dipendam hujan, Rhein? Mengingatkanku pada tetes pertama, saat bulir-bulir dingin itu mengkilau di pendar wajahmu…”
Gie terdiam sejenak, memandangi deretan azaleas dan rhododendron yang menjuntai beraneka warna di kiri-kanan tebing.
“Sejak saat itu, aku terus mencari hujan, Rhein. Mencari setiap tetes yang pernah amat manja menggelayut di ujung dagumu, hanya demi bisa merupa ulang setiap lekuk dan sudut yang ada di…”
“Jangan bicara seperti itu lagi, Gie. Aku…” Rhein tak sanggup menahan ledakan yang bergemuruh di dalam dadanya. Dipeluknya Gie dengan amat erat, seakan hanya dengan cara itulah dia dapat mengusir jelaga yang selama ini bersemayam di dadanya.
***
kita adalah
manusia-manusia tanpa batas
warna, atau kelas
yang terlahir dari benih
kecurangan