Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Legenda Pedang Tetesan Air Mata

21 September 2015   22:19 Diperbarui: 21 September 2015   22:19 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Harusnya hal itu ditanyakan kepada pengarang cerita silat semau gue ini,” keluh MJK Riau sambil mendelik kearah pengarangnya, yang hingga pukul sembilan dua puluh tujuh malam ini masih mengetik kisah pilu berlatar silat dengan amat khidmat. “Tapi karena kakek adalah tokoh pengantar di episode yang ke-4 kali ini, tak ada salahnya jika kakek yang menjelaskan,” lanjut MJK Riau sambil menghela napas dengan amat berat.

MJK Riau meneruskan kisahnya, bahwa setelah Sam Trader melihat kitab serta memeriksa pedang milik zul, dia segera tersadar, bahwa dari bercak serupa tetesan air yang terukir di batang pedang, menunjukan bahwa pedang itu adalah Pedang Tetesan Air Mata yang pernah menghentak jagad persilatan tanah Tiongkok.

“Pedang Tetesan Air Mata adalah simbol keadilan rimba persilatan Tiongkok, Nduk… Walau mungkin ada cukup banyak tosan aji bermutu di negeri ini, namun tak satupun yang mampu menepiskan kehebatan dan pedang ini,” wejang MJK Riau.

“Termasuk Keris Setan Kober yang terkenal sakti itu, Kek?” polos Hanna Chandra.

“Untuk urusan keris kakek kurang mendalami, Nduk…” senyum MJK Riau. “Tapi yang kakek tahu, pedang ini memang memilki riwayat yang amat menyayat” lanjut MJK Riau.

“Pedang ini adalah yang tertajam dari begitu banyak pedang kenamaan yang pernah ada sejak masa tiga ratus tahun yang lalu hingga sekarang. Bahkan masih lebih tajam dari cuwi-kiam yang pernah membuntungi tangan Sin Tiaw Tayhiap Yoko.”

Tanpa sadar Hanna Chandra berdecak kagum.

“Siapa pembuatnya, Kek?”

“Setahu kakek, yang menempa pedang ini seorang Taysu keturunan Ouw Cu-ki, dengan pemegang terakhir bernama Siau-ko, seorang pemuda pendiam yang amat misterius. Dan setahu kakek pula, pedang ini amat keji sehingga tiap kali keluar dari sarungnya niscaya selalu menyeruput darah lawan.”

Hanna Chandra bergidik ngeri.

“Benar-benar pedang yang jahat.” komentarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun