Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Geger di Tanjung Priuk: Siapa Penjahatnya?

10 September 2015   21:45 Diperbarui: 11 September 2015   04:16 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Creng… creng… creng… Tiuuuuuuttttt…

Tiba-tiba terdengar suara kecapi dipetik. Nyaring. Tajam, walau bunyi akhirnya begitu memuakkan seperti suara berpuluh-puluh orang buang gas perut bersamaan.

“Panggilan rapat di pendopo kuning, Menor,” seru Mbah Mupeang sambil melesat dengan amat bergegas.

Sambil misuh-misuh Indira menggandeng tangan Dayat dan berlari dengan ginkangnya yang memang nyaris tanpa tanding.

“Mentang-mentang cerita silat sok-sokan Mandarin dengan berkecapi ria. Kenapa tak memakai angklung atau gending saja sih biar terkesan lebih nusantara…? Huh!”

***

Ketika Indira dan Dayat tiba di pendopo kuning, situasi telah ramai. Bisik-bisik terdengar riuh sambil sesekali menyebut nama Dayat, untuk kemudian kembali menjadi gelombang bisik yang amat berisik.

“Biarkan remaja itu duduk di sampingku, Indira!” seru seseorang yang duduk di bale bambu. Agaknya pemimpin dari mereka.

Hufh. Sekali melayang mereka berdua tiba di hadapan sang pemimpin, yang ternyata… Bay!

Ribut-ribut kembali menggaung lebah. Semua pendekar yang ada di pendopo kuning sontak berdiri dan terkagum-kagum melihat bentuk tulang dan paras Dayat.

“Subarashi!” teriak Weedy Khosino berjepang ria. Buku-buku tangannya yang menggenggam erat gagang katana terlihat agak memutih saking keras dan bersemangatnya dia mencengkeram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun