Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Geger di Tanjung Priuk: Siapa Penjahatnya?

10 September 2015   21:45 Diperbarui: 11 September 2015   04:16 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilihatnya orang-orang yang tadi menculiknya kini membentuk formasi mengepungnya.

Bukan mengepungnya, melainkan mengepung sosok yang baru saja menculik ulang dirinya dari grup penculik sebelumnya, mengingatkan kepada sejarah penculikan di negeri yang baru saja giat berbenah akhir-akhir ini.

Ada apa ini? Apa maksud mereka dan kenapa harus aku? Lalu…

Belum lengkap kebingungannya diuraikan, ketika tiba-tiba ia merasa dadanya begitu sesak. Sekilas ia melihat sosok yang menculiknya pertama kali bergerak-gerak seperti mengeluarkan begitu banyak buah sawit warna-warni dari tubuhnya, sebelum semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya kini ia merasa dikempit seseorang yang berlari dengan amat pesat.

“Indira…! Mupeang…! Tolong lindungi anak ini dari kuntitan orang…!” ucap si pengempit sembari melemparkan tubuh Dayat ke dua orang yang tengah asyik-masyuk bermain catur.

“Hey… hey… hey… ada apa ini…!” seru Mbah Mupeang sambil menimpuk beberapa bidak catur ke tubuh Dayat dengan gerakan Bang Haji Berdendang Jangan Begadang.

Ajaib, Dayat merasa ada suatu arus tenaga meledak-ledak yang menyelusup dari titik tubuhnya yang baru saja terkena timpukan pion, hingga membuatnya spontan berjumpalitan dan mendarat di bangunan pendopo tanpa kurang suatu apapun.

“Hak… hak… hak… Ternyata kau berhasil membawa bocah ini, Bay… Hak… hak… ha-hey! Kenapa kau…?!” Secepat kilat Mbah Mupeang menangkap sosok sengak berhidung gondrong yang hampir rubuh itu. Jemarinya bergerak cepat menotok beberapa jalan darah penting, sebelum akhirnya menghembuskan napas lega. Bergantian dengan Indira yang entah sejak kapan merangkapkan tangan dipunggung si Bay ini, dan menyalurkan iwekang Hati Gadis Suci aliran Kobongpay dengan amat khusuk hingga uap tipis melayang di ubun-ubun keduanya. Sementara Dayat hanya bisa terpaku dalam diam yang semakin bingung.

Tak terasa seperempat jam berlalu dengan penuh kecemasan, hingga akhirnya…

“Huakkk…!!!”

Sosok sengak berhidung gondrong tersebut memuntahkan beberapa gumpalan darah hitam, sebelum akhirnya benar-benar siuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun