“Kita hubungi Aldy saja di Pang Kehutanan, Sol. Bukankah aliran dia sama-sama pohon dengan Datuk Perkebunan?”
Tapi Desol seperti tak mendengar, tetap meributkan tentang apa atau siapa yang lebih menyebalkan tersebut, tak peduli bahwa Febri telah setengah mati menahan kesebalan terhadap topik anehnya yang mendongkolkan tersebut.
***
Berada dalam kempitan seseorang yang tengah berlari benar-benar tidak menyenangkan! Tapi Dayat tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya merasa bingung, tentang apa sebenarnya semua ini?
Masih terekam jelas dibenaknya saat malam tadi ia tengah asyik ‘membakar panggung’ dengan deretan lagu hits dari Band STANZA besutannya, ketika tiba-tiba kekacauan itu terjadi. Tiga lelaki dan dua orang wanita seperti tumbuh tiba-tiba ditengah panggung mengepungnya. Dan sebelum siapapun mengerti apa yang terjadi, tahu-tahu tubuhnya dipanggul seseorang dari mereka melayang melewati ribuan penonton.
Apakah mereka penggemar fantikku? Alangkah brutalnya penggemar di era yang kini, hingga tak sungkan-sungkan menculik idola mereka tepat di hadapan ribuan fans yang lainnya. Ah, tapi… bukankah penggemarku rata-rata remaja? Dan bukannya orang dewasa seperti yang membopongku saat ini? Atau bapak tua yang berlari mengiring di sebelahku? Atau dua wanita paruh baya yang menjaga dibelakangku ini? Ah…
Tengah asyik Dayat bertanya-jawab sendiri, ketika tubuhnya terasa melayang, terbang, dan mendarat halus di atas tanah beton kasar dengan punggung ditenteng seseorang.
Ada apa lagi ini?
TANJUNG PRIOK PORT
Hah? Bukankah tempat ini yang kemarin geger? Yang jika tidak salah sampai melibatkan salah satu Menko dan bahkan Wakil Presiden? Dan berakhir anti klimaks dengan korban salah satu petinggi kepolisian sebagai efek dominonya?
Kembali Dayat melihat sekeliling, dan kembali dia terkejut.