Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran yang Bisa Diserok dari Mengikuti Even Fiksi ‘Aku Punya Impian’ di Kompasiana

8 Juli 2015   04:01 Diperbarui: 8 Juli 2015   06:17 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung mati. Tanah kerontang dan rumah-rumah kosong. Semua penduduk mengungsi ke kota karena alam tak bisa lagi dimanfaatkan.

Aku menelusuri jalanan, berharap ada tumbuhan atau apa pun yang bisa dimakan. Hingga di sebuah gubuk, terdengar rintihan. Kubuka pintu lapuknya. Di atas lantai tanah, anak-anak kucing menggeliat.

"Satu, dua, tiga... delapan ekor!" pekikku. Bahagia, takjub, dan heran campur aduk.

"Kau heran tidak ada induknya?" tanya seorang kakek dari belakangku. "Induk-induk kucing ikut majikan mereka ke kota," lanjutnya.

Kakek tua itu bakal mengurangi jatahku. Aku kira sudah tak ada orang.

"Kau lapar, bukan? Aku empat. Kau empat...," ucapnya sembari mengangkat anak-anak kucing. (lathifahedib)

 

Dari even fiksi di Kompasiana ini saya jadi lebih banyak belajar, bahwa seni menulis flash fiction mengajarkan kita tentang nilai kejujuran dan kesederhanaan, sebagaimana makna sejati cerita fiksi itu sendiri, seperti yang pernah diucapkan oleh dedengkot fiksi mini yang juga terkenal akan buah ketiknya yang berjudul ‘The Old Man and The Sea’ yang amat fenomenal itu.

Cerita fiksi itu cuma 6 kata, selebihnya hanya imajinasi (Ernest Hemingway).

 

“Kalimat harus tidak mengandung kata-kata yang tidak perlu, paragraf tanpa kalimat yang tidak perlu, karena alasan yang sama bahwa sebuah gambar seharusnya tidak perlu garis dan mesin tidak ada bagian yang tidak perlu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun