Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran yang Bisa Diserok dari Mengikuti Even Fiksi ‘Aku Punya Impian’ di Kompasiana

8 Juli 2015   04:01 Diperbarui: 8 Juli 2015   06:17 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sangka dalam fiksi yang begitu mini ini, pun masih juga tetap mempertahankan kittah-nya sebagai karya sastra yang utuh?

Memiliki awal, tengah dan akhir. Memiliki elemen cerita yang utuh seperti, karakter, setting, konflik dan juga resolusi atawa pesan dan kesimpulan akhir. Juga penekanan terhadap twist ending binti akhir yang menikung, atau dalam bahasa lazim kita sebut sebagai akhir yang nyeleneh serta mengejutkan kecerdasannya. Serta yang terakhir –dan ini saya kira adalah yang terpenting, walau tentu saja menurut saya pribadi serta golongan hahahay…- yaitu bahwa kaidah-kaidah yang digunakan dalam fiksi mini menjadi lebih ‘manusiawi’ bagi para penikmatnya, dengan tidak membodohi penikmatnya melalui penjejalan informasi pembangun cerita yang sebanyak-banyaknya serta sejelas-jelasnya, sekan tanpa itu semua pembaca tak lebih dungu dari seekor mamalia, yang tak akan pernah bisa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam ceritanya.

Mari kita intip sedikit contohnya, karena bukankah peradaban kita telah ‘terbiasa’ dibangun dengan cara pengujian melalui pilihan ganda? Makanya saya kasih contoh sebagai alternatif jawaban atau bentuk nyata dari rentetan paragraf pembuka di atas yang kental aura teoritisnya itu. Tak tanggung-tanggung saya kasih 6 sekaligus, yang singmasing saya kira cukup untuk mewakili fiksi mini dengan kadar jumlah kata tertentu yang berbeda-beda, cekibrot…! ^_

Anjing 
Ia berubah jadi anjing. Itulah hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Anak istrinya yang kelaparan segera menyembelihnya.

 

Misteri Mutilasi

Ia memotong-motong tubuhnya sendiri, dan membuangnya ke kali. Polisi masih sibuk mencari pembunuhnya, sampai kini. (Agus Noor).

 

Sebab Akibat

Sontak seluruh penumpang menutup hidung.

“Aaalamaaak.. “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun