4. Pentingnya Justifikasi
Dalam dunia seperti ini, jika seseorang ingin membuat klaim kepemilikan yang membatasi kebebasan orang lain, mereka harus bisa membenarkan mengapa klaim tersebut perlu diterima oleh orang lain. Justifikasi ini mungkin melibatkan argumen bahwa klaim tersebut akan mengarah pada manfaat kolektif atau mengurangi konflik yang akan terjadi di masa depan. Namun, tanpa justifikasi yang kuat, klaim kepemilikan ini hanya akan tampak sebagai tindakan egois yang mengurangi kebebasan dan keadilan dalam masyarakat.
Dalam dunia tanpa kepemilikan, klaim pertama atas tanah atau sumber daya oleh individu tampak sebagai tindakan yang membatasi kebebasan orang lain dan harus dipertanyakan. Mengapa orang harus tunduk pada klaim yang secara sepihak mempengaruhi hak-hak mereka? Kecuali ada justifikasi moral, sosial, atau ekonomi yang kuat, orang-orang mungkin tidak perlu menghormati klaim kepemilikan ini, karena itu hanya akan menguntungkan segelintir orang dengan mengorbankan kebebasan dan kesetaraan masyarakat luas.
John Locke, dalam argumen filsafatnya tentang kepemilikan, memberikan jawaban untuk pertanyaan mengapa seseorang bisa mengklaim kepemilikan atas tanah dengan argumen bahwa kerja produktif atas tanah itu memberi hak kepada individu untuk memilikinya. Locke percaya bahwa seseorang yang menggunakan tenaga, waktu, dan upaya mereka untuk mengolah tanah (misalnya, dengan bertani) berhak mengklaimnya sebagai miliknya. Namun, Locke juga menambahkan batasan moral penting: klaim kepemilikan ini hanya sah jika orang tersebut menyisakan "cukup dan sama bagusnya" bagi orang lain.
1. Prinsip "Cukup dan Sama Bagusnya"
Menurut Locke, klaim kepemilikan tidak boleh merampas hak orang lain untuk mengakses sumber daya. Artinya, ketika seseorang mengklaim sebidang tanah, mereka harus memastikan bahwa masih ada cukup tanah yang tersedia dengan kualitas yang sama baiknya untuk orang lain. Prinsip ini mencoba menjaga keseimbangan antara hak individu untuk memiliki dan hak orang lain untuk juga mendapatkan akses yang adil ke sumber daya.
2. Kritik terhadap Prinsip Locke
a. Kelangkaan Sumber Daya
Salah satu keberatan utama terhadap prinsip Locke adalah kenyataan bahwa sumber daya alam, seperti tanah dan minyak, bersifat terbatas. Ketika seseorang mengklaim tanah atau mengambil sumber daya, seperti minyak atau air, jumlah yang tersisa untuk orang lain secara otomatis berkurang. Sebagai contoh, jika seseorang mengambil dua hektar tanah yang subur, maka jumlah tanah subur yang tersisa untuk orang lain pasti berkurang. Di dunia nyata, sumber daya tidak bisa begitu saja diperbanyak, sehingga sulit untuk menjamin bahwa apa yang tersisa setelah klaim akan cukup dan sama bagusnya.
b. Standar Kualitatif yang Sulit Dipenuhi
 Selain kelangkaan, kriteria "cukup dan sama bagusnya" juga sulit dipenuhi secara kualitatif. Kualitas tanah atau sumber daya tidak merata. Sebidang tanah subur di satu daerah mungkin jauh lebih berharga daripada tanah yang tandus di tempat lain. Ketika seseorang mengklaim tanah subur, tanah yang tersisa mungkin tidak sama baiknya, sehingga klaim kepemilikan ini menyebabkan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya. Prinsip Locke yang mengharuskan tanah yang tersisa "sama bagusnya" menjadi tidak realistis dalam situasi di mana kualitas tanah, air, atau sumber daya lainnya sangat bervariasi.