Kapitalisme, dengan mekanisme perdagangan bebas, kepemilikan pribadi, dan ekonomi pasar, umumnya diklaim oleh para ekonom sebagai sistem yang efektif dalam mendorong kebebasan positif. Dalam sistem pasar bebas, individu memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan mereka—baik itu melalui usaha bisnis, inovasi, atau investasi. Pasar menyediakan peluang bagi individu untuk mengambil inisiatif, bersaing, dan mendapatkan imbalan finansial yang memungkinkan mereka mencapai lebih banyak tujuan dalam hidup.
Buku teks ekonomi standar seringkali berargumen bahwa kapitalisme memungkinkan kebebasan positif lebih luas karena individu memiliki kendali lebih besar atas sumber daya mereka, dan dengan demikian dapat menentukan jalan hidup mereka sendiri. Dalam sistem ini, kekayaan pribadi tidak hanya menciptakan kebebasan ekonomi, tetapi juga memungkinkan akses ke berbagai peluang sosial, pendidikan, dan budaya.
Di sisi lain, argumen umum melawan sosialisme adalah bahwa meskipun sosialisme sering mengklaim untuk mempromosikan kebebasan positif dengan memastikan redistribusi kekayaan yang adil, dalam praktiknya sosialisme justru membatasi kebebasan. Kebijakan kontrol negara yang ketat terhadap sumber daya dan pengambilan keputusan ekonomi cenderung mengurangi inisiatif individu dan kebebasan untuk menentukan jalan hidup sendiri. Dalam sistem di mana negara memiliki kontrol besar, pilihan individu seringkali dibatasi oleh peraturan dan kebijakan negara yang memprioritaskan kolektif di atas kebebasan individu.
Meskipun sosialis berpendapat bahwa sosialisme idealnya meningkatkan kebebasan positif melalui distribusi kekayaan yang adil, ini tidak berarti bahwa sosialisme dalam praktiknya memberikan banyak kebebasan positif. Negara yang terlalu dominan dalam ekonomi dapat membatasi otonomi individu, menghambat kreativitas, dan mempersulit pencapaian tujuan pribadi.
Kesimpulannya, meskipun kita mengakui pentingnya kebebasan positif dan peran kekayaan dalam mendukung kebebasan ini, kita tetap bisa memilih kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang lebih baik untuk mempromosikan kebebasan. Ini karena kapitalisme secara empiris dianggap memberikan lebih banyak ruang bagi individu untuk mengendalikan sumber daya mereka dan mengejar tujuan hidup mereka dibandingkan sosialisme yang mungkin cenderung membatasi kebebasan individu melalui kontrol negara yang berlebihan.
Perselisihan antara seorang kapitalis laissez-faire dan seorang sosialis bisa jadi tidak terletak pada nilai-nilai moral atau filosofis yang mereka anut, melainkan lebih pada perbedaan dalam pemahaman empiris tentang bagaimana dunia berfungsi dan cara-cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Kedua pihak mungkin sepakat tentang nilai-nilai yang mendasari kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat. Mereka mungkin berbagi pandangan bahwa semua orang berhak memiliki kesempatan untuk mengejar kehidupan yang baik, meraih tujuan mereka, dan hidup dalam masyarakat yang adil. Namun, pandangan mereka tentang bagaimana cara mencapai nilai-nilai tersebut sangat berbeda.
1. Klaim Empiris tentang Ekonomi
a. Kapitalis Laissez-Faire
 Mereka berargumen bahwa sistem pasar bebas, tanpa intervensi pemerintah, adalah cara terbaik untuk mencapai efisiensi ekonomi dan inovasi. Dalam pandangan mereka, ketika individu diberi kebebasan untuk berbisnis, bersaing, dan mengambil keputusan ekonomi, hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
b. Sosialis