Bagi libertarian, prinsip-prinsip moral ini dianggap berlaku secara universal, termasuk dalam hubungan antara pemerintah dan warganya. Libertarian percaya bahwa pemerintah, sama seperti individu, tidak boleh ikut campur dalam kebebasan individu, kecuali untuk melindungi hak-hak dasar seperti keamanan dan properti. Mereka berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak memaksakan kebaikan tertentu atau membatasi kebebasan pribadi atas nama tujuan yang lebih besar, karena ini akan melanggar prinsip moral bahwa setiap individu memiliki hak atas kebebasannya sendiri.
Namun, komunitarian dan kelompok lain berpendapat sebaliknya. Mereka percaya bahwa kebebasan individu perlu diimbangi dengan tanggung jawab sosial dan kepentingan komunitas. Bagi mereka, pemerintah memiliki peran penting dalam membentuk nilai-nilai bersama dan menjaga tatanan sosial, sehingga intervensi pemerintah dalam kehidupan pribadi kadang diperlukan demi kebaikan umum.
Perbedaan ini mencerminkan perdebatan ideologis tentang sejauh mana prinsip-prinsip moral berbasis akal sehat ini berlaku, dan bagaimana kebebasan individu seharusnya dilindungi atau diatur dalam masyarakat. Libertarian lebih condong pada perlindungan kebebasan individu dari campur tangan pemerintah, sementara komunitarian menekankan pentingnya keseimbangan antara kebebasan dan kepentingan sosial.
Mengatakan bahwa kebebasan memiliki nilai instrumental berarti bahwa kebebasan dianggap berharga karena ia cenderung menghasilkan hasil-hasil lain yang bernilai. Dalam pandangan ini, kebebasan bukanlah tujuan akhir itu sendiri, tetapi lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain yang diinginkan, seperti kemajuan ilmiah, kesejahteraan ekonomi, atau perkembangan sosial.
Salah satu tokoh yang berargumen bahwa kebebasan bernilai secara instrumental adalah ekonom dan filsuf abad ke-19, John Stuart Mill. Mill berpendapat bahwa kebebasan dalam hati nurani, pemikiran, dan gaya hidup berkontribusi pada kemajuan ilmiah dan sosial. Menurutnya, jika orang dibiarkan bebas untuk mengeksplorasi berbagai ide dan cara hidup, masyarakat akan lebih mudah menemukan solusi yang lebih baik untuk berbagai masalah. Ini karena kebebasan memungkinkan munculnya berbagai pandangan dan pendekatan yang berbeda, sehingga memungkinkan proses seleksi ide-ide terbaik dan inovasi. Dalam pandangan Mill, kebebasan ini mendorong eksperimen sosial dan intelektual yang menjadi landasan kemajuan manusia.
Selain itu, para ekonom sering berargumen bahwa kebebasan ekonomi—hak untuk membuat keputusan tentang bagaimana seseorang bekerja, berinvestasi, dan berdagang—bernilai karena dapat meningkatkan kesejahteraan material. Ketika individu bebas untuk berinovasi, berdagang, atau menciptakan usaha tanpa intervensi yang berlebihan, ekonomi cenderung lebih efisien dan produktif. Dengan memberikan orang kebebasan untuk mengambil risiko dan mencari peluang, masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih makmur. Kebebasan ekonomi ini dianggap instrumental dalam menciptakan kemakmuran, karena ia mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan kemajuan teknologi.
Dengan demikian, dalam perspektif instrumental, kebebasan dihargai karena hubungannya dengan hasil-hasil positif lainnya. Ia bukan hanya sesuatu yang dihormati demi kepentingannya sendiri (seperti dalam nilai intrinsik), tetapi karena kebebasan tersebut memungkinkan tercapainya tujuan lain yang diinginkan, seperti kemajuan intelektual, kesejahteraan ekonomi, dan kemakmuran sosial.
Menentukan apakah kebebasan bernilai secara intrinsik atau instrumental tidak secara otomatis menentukan seberapa besar nilai kebebasan itu. Dalam konteks ini, orang yang percaya bahwa kebebasan bernilai secara intrinsik—yakni sebagai tujuan akhir yang dihormati demi kepentingannya sendiri—tidak harus selalu menganggap kebebasan sebagai hal yang sangat penting atau prioritas utama. Sebaliknya, meskipun seseorang menganggap kebebasan sebagai tujuan, mereka mungkin berpikir bahwa kebebasan hanyalah salah satu dari banyak tujuan lain, dan tidak selalu lebih penting daripada tujuan lainnya.
Sebaliknya, orang yang memandang kebebasan sebagai sesuatu yang instrumental—yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan lain—tidak berarti meremehkan pentingnya kebebasan. Justru, mereka bisa berargumen bahwa kebebasan sangat penting karena perannya dalam mencapai hasil-hasil lain yang sangat diinginkan, seperti kesejahteraan ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan, atau kebahagiaan individu. Sebagai contoh, oksigen tidak dianggap sebagai tujuan akhir dalam hidup kita, tetapi nilai instrumentalnya sangat tinggi karena tanpa oksigen kita tidak bisa hidup. Dengan demikian, meskipun oksigen hanya merupakan sarana, ia sangat esensial dan lebih berharga daripada banyak hal lain yang mungkin kita anggap sebagai tujuan.
Dalam perbandingan ini, seseorang yang berpikir bahwa kebebasan hanya bernilai secara instrumental dapat menganggap kebebasan sebagai sesuatu yang sangat penting karena tanpa kebebasan, banyak tujuan lain yang diinginkan tidak akan tercapai. Di sisi lain, seseorang yang berpikir bahwa kebebasan bernilai secara intrinsik mungkin menganggapnya penting tetapi tidak seberapa signifikan dibandingkan nilai-nilai lain yang ada. Jadi, nilai kebebasan dalam kedua pandangan ini bisa bervariasi tergantung pada bagaimana seseorang menilai signifikansi kebebasan dalam konteks kehidupan dan pencapaian tujuan-tujuan lainnya.
Jika kita menerima argumen kaum sosialis bahwa kekuatan untuk mencapai tujuan pribadi adalah jenis kebebasan yang penting, dan bahwa kekayaan memungkinkan seseorang memperoleh kebebasan semacam ini, kita masih bisa mendukung kapitalisme dibanding sosialisme. Ini bukan hanya soal teori, tetapi juga masalah empiris yang bisa diukur secara ilmiah: sistem ekonomi mana yang lebih baik dalam mempromosikan dan melindungi kebebasan semacam ini?