Menteri Keuangan: "Mungkin anak cucunya yang masih dalam kandungan akan ditunjuk sebagai gubernur."
Penasaran dengan acara itu, mereka pun memutuskan untuk menghadiri pengumuman tersebut. Di alun-alun istana, rakyat berkumpul dengan harap-harap cemas. Raja Nepo berdiri di podium, tersenyum lebar.
Raja Nepo: "Rakyatku yang tercinta! Hari ini, aku akan memperkenalkan kepala penasihat baru kerajaan, yang telah kupilih dengan hati-hati, tanpa melihat hubungan darah."
Kerumunan terkejut. Semua orang saling berbisik.
Menteri Pembangunan: "Tidak mungkin. Raja Nepo mau mengakhiri tradisi nepotismenya?"
Raja Nepo melanjutkan, "Izinkan aku memperkenalkan penasihatku yang baru... Nenekku!"
Seluruh alun-alun terdiam sejenak, lalu terdengar gumaman kecewa dari rakyat. Mantan menteri saling pandang sambil menahan tawa.
Menteri Keuangan: "Yah, setidaknya bukan kucingnya."
Tapi yang lebih mengejutkan lagi, nenek Raja Nepo ternyata seorang perempuan tua yang bijaksana dan langsung memberikan nasihat yang masuk akal. Dia berkata kepada Raja Nepo, "Cucuku, cukup sudah menunjuk keluarga. Lihatlah pasar! Rakyat lebih percaya kepada mantan menteri daripada para sepupu-sepupumu."
Raja Nepo yang selama ini hanya memikirkan nepotisme, tampak terkejut. "Tapi, Nek... mereka semua keluargaku..."
Neneknya menggelengkan kepala. "Ingatlah, cucuku. Keluarga adalah penting, tapi kompetensi dan keahlian itu tak ternilai. Kalau kamu terus begitu, kau bisa jadi raja tanpa rakyat."