Mereka semua tertawa, dan mulai menerima kenyataan---di Kerajaan Nepo-Nepotisme, jabatan bisa hilang, tapi akal sehat dan humor tetap bertahan.
Seiring berjalannya waktu, pasar kerajaan tempat para mantan menteri berkumpul semakin ramai. Orang-orang dari seluruh negeri lebih suka datang ke pasar daripada pergi ke istana, karena para mantan menteri dikenal lebih kompeten dibanding "pegawai keluarga kerajaan" yang sibuk dengan hal-hal aneh.
Suatu hari, seorang bangsawan dari kerajaan tetangga berkunjung ke pasar. Dia kebingungan saat melihat banyak mantan pejabat kerajaan berjualan di kios-kios kecil.
Bangsawan: "Apa yang terjadi di sini? Bukankah kalian semua dulunya menteri kerajaan?"
Menteri Pembangunan: "Betul sekali. Tapi di sini, jabatan hanya diberikan kepada mereka yang punya 'hubungan darah'---bukan pengalaman."
Bangsawan tertawa kecil. "Ah, ini pasti lelucon."
Menteri Keuangan: "Kalau saja itu benar. Kami sudah terbiasa dengan sistem di mana sepupu jauh bisa menjadi kepala bank, dan anak kecil menjadi jenderal perang."
Bangsawan: "Luar biasa! Kalau begitu, aku harus melapor ke rajaku. Mungkin kita bisa buka cabang kerajaan di sini---kerajaan tetangga kami sudah bosan dengan pemimpin yang terlalu kompeten."
Semua mantan menteri tertawa.
Namun, di tengah canda tawa mereka, kabar mengejutkan datang. Raja Nepo, yang selama ini memerintah dengan penuh nepotisme, tiba-tiba mengeluarkan dekrit. Seluruh rakyat diundang untuk sebuah acara besar di istana, di mana raja akan mengumumkan perubahan besar di kerajaan.
Menteri Pendidikan: "Kira-kira apa yang akan diumumkan Raja? Apakah dia akan menunjuk kucing peliharaannya sebagai penasihat militer?"