Sebaliknya, real food, terutama yang segar dan tidak dikemas berlebihan, sering kali tidak memerlukan banyak kemasan. Dengan membeli produk segar seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian dari pasar lokal atau petani, kita dapat mengurangi jumlah kemasan yang kita konsumsi, sehingga mengurangi limbah yang dihasilkan.
b. Energi dan Emisi Karbon
Produksi makanan olahan melibatkan banyak tahap, seperti pengolahan, pengawetan, dan distribusi, yang membutuhkan energi dalam jumlah besar. Pabrik-pabrik pengolahan makanan menggunakan bahan bakar fosil untuk menjalankan mesin-mesin besar yang memproses makanan, dan ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Selain itu, transportasi makanan olahan dari pusat produksi ke berbagai toko di seluruh dunia memperbesar jejak karbon, terutama ketika makanan tersebut diimpor dari negara lain.
Dengan mengonsumsi real food yang bersumber secara lokal dan diproduksi secara minimal, kita dapat membantu mengurangi emisi karbon. Makanan segar, terutama yang diproduksi secara organik, memerlukan lebih sedikit energi untuk diproses dan didistribusikan. Dengan memilih makanan yang tumbuh secara lokal, kita juga membantu mengurangi jejak karbon dari transportasi jarak jauh.
c. Penggunaan Bahan Kimia dan Pestisida
Banyak makanan olahan mengandalkan bahan tambahan kimia, seperti pengawet, pewarna, dan perasa buatan, yang tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan manusia tetapi juga bagi lingkungan. Pembuatan bahan kimia ini membutuhkan energi dan bahan baku yang sering kali bersifat beracun dan sulit terurai di alam. Selain itu, produksi massal tanaman untuk bahan dasar makanan olahan biasanya melibatkan penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang dapat mencemari tanah dan air.
Sebaliknya, pola makan berbasis real food, terutama yang bersumber dari pertanian organik, menghindari penggunaan bahan kimia sintetis. Pertanian organik mempromosikan praktik yang lebih ramah lingkungan, seperti rotasi tanaman, penggunaan kompos alami, dan pengendalian hama alami, yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi polusi.
d. Keanekaragaman Hayati
Industri makanan olahan sering kali memusatkan produksinya pada beberapa jenis tanaman dan hewan tertentu, seperti jagung, gandum, dan sapi, yang dibudidayakan secara intensif. Praktik monokultur ini dapat mengurangi keanekaragaman hayati karena tanah sering dieksploitasi tanpa rotasi tanaman, menyebabkan kerusakan pada kesuburan tanah dan hilangnya spesies asli.
Dengan mengonsumsi real food dari berbagai sumber alami, termasuk produk pertanian lokal yang beragam, kita mendukung keanekaragaman hayati. Pola pertanian yang berkelanjutan memungkinkan regenerasi tanah, mendukung ekosistem lokal, dan mendorong keberlanjutan sumber daya alam.
e. Mengurangi Jejak Karbon Secara Keseluruhan