“Lho, yang kedua, apa?
“Nggak ngasih kopi.”
Rekanku langsung membuka tasnya. Terdengar suara kresek-kresek. Dan tiba-tiba rekanku melemparkan satu renteng kopi sasetan ke mejaku.
“Nih, kopinya! Jangan nambah-nambahin jadi brengsek lho, ya?!”
“Yang sudah di cangkir, asapnya masih mengepul-ngepul dong.”
“Lu anggep gue opis boi?! Lu kire gue kemaruk, ngambil kerjaan orang?! Sori! Ganteng-ganteng begini aku tahu diri, Bung!”
“Ganteng-ganteng kucing garong. Ha-ha-ha-ha!”
*
Kedai Kopi Paste, Mal Citraland, pkl. 18.40 WIB. Sebuah poster terpampang dengan satu nama yang tulisannya paling besar, “Komunitas Kata Khayal”. Juga, di bawahnya, meja dan kursi tersusun memanjang. Di situ tampak beberapa orang. Laki-laki dan perempuan. Ada yang melihat-lihat daftar menu pada sebuah album katalog. Ada yang ngobrol serius. Ada yang sibuk mengutak-atik gadget.
Poster semacam itu mengingatkanku pada masa lampaui, semasa masih berstatus mahasiswa. Aku membantu komunitas kawan dengan membuat poster “Menulis Mengubah Dunia”. Sangat bombastis. Tapi memang itu yang dulu disukai. “Mengubah Dunia” meski diri sendiri masih belum jelas perubahannya, selain naik status, dari pelajar menjadi mahasiswa.
Sambil mengenang masa mahasiswa, aku celingak-celinguk seolah pengunjung biasa di depan sebuah kafe minuman lainnya. Sengaja mau mendinginkan suhu tubuh sebab tadi aku datang dengan hanya berjalan kaki melewati jalan aspal alternatif yang bersebelahan langsung dengan sebuah parit agak lebar di belakang Mal Citraland. Lumayan berkeringat juga, meskipun jalan sekitar sana sudah terlihat dua-tiga perempuan yang akan merentalkan panasnya gelora badan bersama pasangan mereka.