Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rendahnya Partisipasi Orang Tua dalam Kegiatan Gereja dan Dampaknya bagi Pasangan Baru Menikah

30 Juli 2024   06:04 Diperbarui: 30 Juli 2024   16:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katekismus Gereja Katolik (1992) menyatakan, "Komunitas gerejawi adalah tempat di mana anak-anak dapat menemukan dukungan dan bimbingan dalam hidup beriman." Partisipasi aktif dalam komunitas Gereja membantu memperkuat iman keluarga. 

Paus Benediktus XVI dalam Deus Caritas Est (2005) menyoroti pentingnya komunitas dalam kehidupan iman. Iman yang hidup harus diwujudkan dalam cinta kepada sesama, dan ini paling baik dicapai dalam konteks komunitas.

Faktor Penyebab Rendahnya Partisipasi Orang Tua

Berikut, beberapa faktor internal yang menyebabkan rendahnya partisipasi orang tua Katolik dalam kegiatan gereja.

Kesibukan modern: pekerjaan, keluarga, dan tuntutan hidup lainnya. Kehidupan yang penuh dengan tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan kegiatan sosial sering membuat orang tua merasa sulit untuk meluangkan waktu bagi kegiatan keagamaan. 

Paus Fransiskus dalam Laudato Si' (2015) menyatakan, "Kesibukan dan tuntutan kehidupan modern sering menjauhkan kita dari hal-hal yang benar-benar penting, termasuk kehidupan rohani kita." Ketika orang tua terjebak dalam rutinitas yang padat, waktu untuk berdoa bersama, menghadiri misa, atau mengikuti kegiatan gereja menjadi terbatas.

Kurangnya pemahaman tentang pentingnya iman. Banyak orang tua mungkin merasa bahwa pendidikan agama bukanlah prioritas utama, atau anak-anak mereka dapat belajar tentang iman di sekolah atau tempat lain. 

Paus Benediktus XVI (2005) menekankan bahwa pendidikan iman harus menjadi prioritas utama dalam keluarga, karena di sinilah dasar-dasar moral dan spiritual anak-anak dibangun. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang pentingnya iman, partisipasi dalam kegiatan gereja sering diabaikan.

Pengalaman negatif dengan Gereja. Insiden seperti ketidaksetujuan dengan ajaran Gereja, konflik dengan pemimpin Gereja, atau skandal yang melibatkan Gereja dapat membuat orang tua merasa kecewa dan menjauh dari komunitas Gereja. 

Robert Wuthnow  (2007), dalam After the Baby Boomers, mencatat bahwa banyak orang dewasa muda yang pernah mengalami kekecewaan dengan institusi keagamaan merasa sulit untuk kembali berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan setelah mereka berkeluarga.

Perubahan dalam praktik keagamaan keluarga. Banyak keluarga modern mungkin tidak lagi mempraktikkan tradisi keagamaan yang kuat seperti generasi sebelumnya. Perubahan dalam gaya hidup dan nilai-nilai budaya juga memainkan peran penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun