Kegiatan keluarga. Kegiatan seperti retret keluarga, perayaan liturgi khusus untuk keluarga, dan acara sosial dapat memperkuat ikatan keluarga dan memperdalam iman mereka bersama-sama.
Paus Yohanes Paulus II (19181) menyatakan, "Keluarga adalah Gereja domestik di mana kehidupan iman dijalani dan dibagikan secara bersama-sama." Dengan menciptakan program yang menarik dan relevan bagi keluarga, Gereja dapat memperkuat komitmen mereka terhadap kehidupan iman bersama.
Membangun komunitas yang inklusif. Gereja harus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, sehingga semua anggota merasa diterima dan dihargai.
Paus Fransiskus (2013) menekankan pentingnya inklusivitas dalam gereja. Gereja harus menjadi rumah bagi semua orang, tempat di mana kasih Tuhan dirasakan dan dibagikan tanpa batasan. Dengan membangun komunitas yang inklusif, gereja dapat menarik lebih banyak keluarga muda dan meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan gereja.
Inovasi dalam program Gereja. Program-program yang relevan dengan kebutuhan keluarga modern dapat dikembangkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan spesifik yang dihadapi oleh keluarga-keluarga masa kini.
Paus Fransiskus (2016) menyatakan, "Gereja harus terus-menerus memperbarui dan menyesuaikan program-programnya agar dapat menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga saat ini."
Dengan berinovasi dan menyesuaikan program-program tersebut, Gereja dapat tetap relevan dan menarik bagi keluarga-keluarga modern, serta meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan Gereja.
Uraian di atas menunjukkan, rendahnya partisipasi orang tua Katolik dalam kegiatan Gereja merupakan isu yang kompleks dan multifaset. Hal ini berdampak signifikan pada pasangan baru menikah dan keluarga secara keseluruhan.
Kurangnya dasar iman yang kuat, kesulitan dalam membangun keluarga Katolik, kurangnya dukungan komunitas, dan tantangan dalam mengambil keputusan moral adalah beberapa dampak yang dirasakan oleh pasangan baru menikah ketika orang tua mereka tidak aktif dalam kehidupan Gereja.
Namun, dengan pendekatan yang holistik dan terencana, Gereja dapat mengatasi tantangan ini melalui pendidikan orang tua, kegiatan keluarga, pembangunan komunitas yang inklusif, serta inovasi dalam program Gereja.
Hal ini perlu dikaji lebih jauh dalam jangka panjang untuk memahami bagaimana partisipasi orang tua dalam kegiatan Gereja dan dampaknya terhadap pasangan baru menikah.