Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rendahnya Partisipasi Orang Tua dalam Kegiatan Gereja dan Dampaknya bagi Pasangan Baru Menikah

30 Juli 2024   06:04 Diperbarui: 30 Juli 2024   16:06 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Charles Taylor (2007), dalam A Secular Age, mengamati bahwa perubahan dalam nilai-nilai budaya dan masyarakat yang semakin sekuler telah memengaruhi cara keluarga memandang dan menjalankan agama mereka.

Selain itu, faktor-faktor eksternal yang menyebabkan rendahnya partisipasi orang tua terhadap kegiatan Gereja.

Perubahan sosial dan budaya: sekularisme dan individualisme. Hal ini memiliki dampak signifikan terhadap partisipasi orang tua Katolik dalam kegiatan Gereja. Sekularisme, yang menekankan pemisahan antara kehidupan beragama dan kehidupan publik, telah membuat banyak orang merasa bahwa iman dan praktik keagamaan adalah urusan pribadi yang tidak relevan dalam konteks sosial yang lebih luas. 

Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium (2013) menyatakan, "Salah satu tantangan terbesar bagi iman kita di zaman modern ini adalah sekularisme yang berusaha menghilangkan dimensi religius dari kehidupan publik."  

Selain itu, individualisme mendorong pandangan bahwa kebahagiaan dan keberhasilan pribadi lebih penting daripada komitmen terhadap komunitas atau lembaga keagamaan.

Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Ketika komunitas sekitar tidak aktif dalam kehidupan Gereja atau tidak memberikan dorongan kepada anggotanya untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan, orang tua dapat merasa terisolasi dan kurang termotivasi untuk berpartisipasi. 

Paus Yohanes Paulus II dalam Christifideles Laici (1988) menekankan bahwa Gereja membutuhkan komunitas yang hidup dan dinamis yang dapat mendukung anggotanya dalam perjalanan iman mereka.

Perubahan dalam struktur dan program Gereja. Gereja yang tidak lagi menawarkan program yang relevan atau menarik bagi keluarga muda mungkin melihat penurunan partisipasi. Hal ini termasuk kurangnya program untuk anak-anak, remaja, atau keluarga, serta kurangnya fleksibilitas dalam jadwal misa dan kegiatan Gereja lainnya. 

Paus Fransiskus (2016) menekankan pentingnya adaptasi program Gereja untuk memenuhi kebutuhan keluarga modern. Gereja harus terus-menerus memperbarui dan menyesuaikan program-programnya agar dapat menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga saat ini.

Dampaknya terhadap Pasangan yang Baru Menikah

Kurangnya dasar iman yang kuat. Pasangan baru menikah yang tidak memiliki dasar iman yang kuat sering menghadapi kesulitan dalam menghadapi tantangan pernikahan. Iman yang kuat memberikan landasan moral dan spiritual yang kokoh, yang membantu pasangan mengatasi konflik dan rintangan dalam kehidupan pernikahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun