"Dih, Bang Joncik. Ingat. Jangan banyak makan selama KKN," kataku.
"Oiya. Benar. Jangan banyak makan supaya tidak ingin BAB tiap hari. Itu kesepakatan kita berikutnya."
"Walaaah."
"Tidak boleh protes. Ini kondisi darurat. Kalian yang cowok-cowok, harap kendalikan nafsu makan kalian. Supaya sehat juga, lho. Sekalian diet. Oke, ya. Ini kaitannya dengan air juga. Makanya kita mandi cuma sekali sehari. Biar ada stok cukup kalau ada yang mau BAB. "
Mas Totok tiba-tiba berkata, "Kamu tanggung jawab lho, Fa, kalau pulang KKN nanti badanku jadi kurus kering. Ibuku pasti heran, padahal aku sudah dibekali lauk yang enak-enak. Ada abon sapi, serundeng daging, sarden, belut goreng, ayam goreng kalasan. Dibekali camilan enak-enak juga. Ada nastar, kacang telur, ceriping singkong super, bolu tape. Minumannya susu, kopi, cokelat."
Suasana mendadak hening. Beberapa detik kemudian kami kompak berteriak, "Kok tidak dikeluarkan? Pelitnyaaa!"
"Sudaaah. Kemarin sore langsung kuserahkan ke Bu Dusun. Kukira ayam goreng kalasan untuk lauk makan malam kita. Ternyata sampai siang ini tidak muncul tuh ayam goreng. Aku khawatir basi kalau kelamaan disimpan."
"Bolu tapenya juga mudah basi," kata Kak Heni.
"Itulah. Tadi pagi kukira akan dikeluarkan bersama kopi dan susu. Ternyata kita sarapan teh dan legendar goreng. Semoga paling lambat besok sudah dibuka bolunya. Kalau ayam gorengnya semoga nanti malam," timpal Mas Totok.
"Kita belum selesai membahas kesepakatan. Malah belok ke makanan. Yuk, fokus lagi. Tinggal 'dikit, kok."
"Baik, Ibu Kormasit. Semoga tidak makin aneh aturannya."