Sementara itu, Irin bengong karena tak menyangka bahwa mereka hampir menjadi korban dari hal yang berbahaya. Bulu kuduknya berdiri dan dia merasa kedinginan di punggungnya.
"Tapi, kenapa ruang obrolan mengundang kalian?" Syafira, yang sejak awal menyimak, menimpali dengan menusuk titik kecurigaan semua orang.
Nadila mengangkat bahu, itu sama untuk Irin yang juga bingung. Herlina menyentuh dagunya, mencoba menganalisis motif dari ruang obrolan misterius tersebut.
"Tidak mungkin memilih orang secara acak, kan? Lalu, darimana ruang obrolan itu memperoleh data kita?" Dinda ikut menyahut. Dia semakin khawatir dengan ancaman ruang obrolan ini.
"Kebocoran data?" Widia menoleh ke kursi sofa besar di Ethereal Cafe yang biasanya diduduki Anggie. Mereka sengaja tidak menduduki sofa itu untuk alasan yang membingungkan. Widia merasa tercekat sejenak.
Setiap kali hal yang berhubungan dengan data dan keamanan jaringan, mereka selalu meminta saran Anggie, itu seperti kebiasaan. Herlina dan lainnya, yang melihat tingkah Widia, tercenung.
"Lalu, apa yang harus kami lakukan? Apa baik-baik saja mengabaikannya?" Nadila mengalihkan pembicaraan kembali ke topik utama agar suasana aneh sebelumnya menghilang.
"Kita tunggu Kak Zoey dan Yoru dulu, mereka sepertinya tahu tentang kasus ruang obrolan ini," saran Herlina yang diterima oleh mereka tanpa ragu.
Lagipula, tak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Juga, mereka kekurangan informasi. Mereka tak tahu apa-apa tentang ruang obrolan 001 itu.
~~~
Di sebuah kamar apartemen yang cukup nyaman, Felia memindahkan barang-barangnya yang dia bawa dari hotel ke kamar apartemen rahasianya. Dia sudah membeli kamar apartemen ini sebulan yang lalu untuk berjaga-jaga tanpa menggunakan data pribadinya. Jadi, dia tidak khawatir untuk masalah registrasi karena dia memiliki identitas baru sekarang.