"Kalau kamu di sini kuliah kamu gimana, La?" tanya a' Galih, lalu ia menggambil telor gulung dan memakannya.
"Paling juga di DO otomatis a' karena gak bayar UKT." Jawabku dengan mudahnya.
"Terus kamu gak mau lanjut kuliah lagi?"
Aku bergumam, "Pingin sih, tapi enggak sekarang. Mungkin tahun depan? Atau tahun depannya lagi? Aku masih mau di sini dulu. Lagipula waktu aku masih ada 3 tahun lagi buat daftar kuliah." Jelasku.
Selesai memakan jajanan, kami memutuskan untuk berjalan-jalan keliling daerah sekitaran Alun-Alun. Menikmati indahnya malam di Kota Majalengka. Selama berjalan tidak ada obrolan diantara kami berdua, kami sama-sama tenggelam dalam suasana hening, sampai tangan kami berdua tak sengaja bersentuhan membuatku sedikit terkejut. Tiba-tiba suasana hening berubah menjadi canggung.
"La," panggil a' Galih.
"Iya a'?"
A' Galih terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan, "Saya- saya boleh pegang tangan kamu?" tanyanya dengan hati-hati.
Aku cukup terkejut dengan pertanyaan a' Galih, tapi disatu sisi aku senang karena dia tidak gegabah langsung menggenggam tanganku, melainkan meminta izin terlebih dahulu kepadaku, aku merasa sangat dihormati.
Sambil menahan senyum, aku mengangguk memberi izin kepada a' Galih. Melihat responku ia tersenyum, lalu mengambil tanganku dan mengapitnya. Kami berjalan dengan berpegangan tangan dan aku tidak bisa berhenti tersenyum begitupun a' Galih.Â
"Kamu suka seblak gak, La?" tanya a' Galih memulai percakapan di antara kami berdua.