Mohon tunggu...
Aghniya Hanifatil Hakim
Aghniya Hanifatil Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi baca buku, nonton film, dan dengerin lagu. Suka banget sama drama Korea dan topik tentang psikologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I Live Alone

20 Juni 2023   09:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   10:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini buat kamu tidur Ila, emangnya kamu teh mau tidur di lantai terus besok pagi masuk angin?"

"Tapi aku gak enak jadi ngerepotin a' Galih, aku kan bisa beli."

Bohong. Sebenarnya dalam hati aku senang sekali tidak harus membeli kasur, tapi tetap saja ada perasaan tidak enak.

"Gapapa, lagipula kasur ini di rumah saya juga udah gak pernah dipake, makanya aku kasih ke kamu biar ada manfaatnya daripada dibuang." ucap a' Galih, lalu dirinya segera meletakan kasur lipat itu di ruang tengah.

"Makasih ya a' Galih. Makasih banyak." Ucapku tak henti-henti kepada a' Galih.

"Iya Ila, sama-sama." Jawabnya, "Saya juga punya kompor portable buat kamu masak, gasnya juga masih penuh, saya bawakan sekalian ya."

Sungguh a' Galih bagaikan malaikat berparas manusia. Ia sangat baik pada orang yang baru saja ia temui beberapa jam yang lalu. Aku sungguh bersyukur bertemu dengannya.

Aku tidak bisa menolak karena a' Galih segera ke rumahnya dan kembali ke rumahku dengan membawa kompor portabel. Bahkan a' Galih juga membawakan aku selimut, bantal dan juga guling agar tidak kedinginan saat tidur dan juga radio supaya aku tidak kesepian. Aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa kepada a' Galih, aku merasa sangat berutang budi padanya.

Selesai dengan a' Galih yang membawakan aku perabot rumah yang cukup penting, ia kembali ke rumahnya. Setelah kepergian a' Galih aku segera merapihkan barang bawaanku. di kamar tidur terdapat lemari plastik yang sepertinya sengaja ditinggalkan di sini. Aku memutuskan untuk membersihkan lemari itu dan menaruh baju-baju dan juga alat makan dan masak. Kini rumahku sudah siap untuk ditinggali beberapa waktu ke depan.

***

Aku kira dengan jauh dari mereka membuat pikiran ku sedikit lebih tenang, ternyata tidak. Setiap malam aku selalu menangis dan menyalah diriku sendiri, marah atas apa perlakuan Papa yang selama ini berselingkuh dari Mama, perasaan sakit karena dikhianati oleh sahabat dan juga pacarku. Semua perasaan sedih, marah, kecewa, semuanya masih terasa jelas. Bahkan saat aku jauh dari mereka.

Sudah hampir sebulan aku tinggal di Argalingga. Kegiatanku selama satu bulan tinggal di sini; jogging pagi untuk menjernihkan pikiran, setelah jogging aku ke pasar, memasak untuk sarapan, baca buku di siang hari dan tanpa sengaja terlelap, lalu terbangun di sore hari  dan segera memasak untuk makan malam, dan mendengarkan radio, begitu seterusnya. Hubungan aku dan a' Galih juga semakin dekat, kadang aku suka membantu a' Galih di kebunnya dan ikut mengantarkan sayur ke pasar, aku juga suka memberi makanan yang aku masak kepada a' Galih sebagai tanda terima kasihku kepadanya karena sudah membantuku sejak awal pindah sampai saat ini. Iya, a' Galih masih membantuku. Aku ingat sekali saat itu hujan dan aku harus menjemur pakaianku, lalu dengan baik hati a' Galih menawarkan aku menggunakan mesin penggeringnya supaya bajuku tidak bau apek. A' Galih sangat membantuku karena ia sering membantu membuat aku tidak begitu merasa kesepian tinggal di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun