Mohon tunggu...
AG RONALD
AG RONALD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bakrie

Selalu ada harapan dan kekuatan yang lebih besar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Representasi Pramono Anung di Instagram Dalam Merangkul Warga Jakarta

8 Januari 2025   16:08 Diperbarui: 8 Januari 2025   16:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penggunaan bahasa informal dan daerah, penegasan komitmen dan janji, narasi mendengarkan aspirasi dan keluhan, ungkapan empati, penyampaian solusi dan tindakan nyata, serta interaksi dengan pengikut memperkuat citra responsif dan solutif.

Konten membentuk wacana kepemimpinan populis dan pragmatis. Kepemimpinan populis menekankan kedekatan dengan rakyat, sedangkan kepemimpinan pragmatis menekankan solusi konkret, tindakan nyata, dan kesinambungan program.

Ideologi yang mendasari wacana ini adalah kombinasi dari populisme dan pragmatisme. Populisme menekankan representasi "rakyat" sebagai kekuatan moral dan politik, sedangkan pragmatisme menekankan efisiensi, efektivitas, dan hasil yang terukur.

Secara ringkas, representasi gubernur dalam konten Instagram blusukannya bertujuan untuk membangun citra sebagai pemimpin yang "merakyat," peduli terhadap masalah masyarakat miskin, dan berkomitmen untuk memberikan solusi. Strategi ini memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menjangkau khalayak luas dan membangun hubungan emosional dengan pemilih.

Implikasi Kampanye Politik di era media sosial

 Media sosial sangat bergantung pada visual. Konten visual yang kuat, seperti foto dan video blusukan, menjadi strategi utama untuk membangun citra dan menyampaikan pesan politik. Interaksi langsung dengan masyarakat yang divisualisasikan secara menarik dapat menciptakan dampak yang lebih kuat daripada sekadar pernyataan verbal.

Pemilih di era media sosial mencari autentisitas dan kedekatan dengan kandidat. Konten yang menampilkan interaksi yang tulus, penggunaan bahasa informal, dan penekanan pada empati dapat membantu membangun kesan autentik dan dekat dengan rakyat.

 Narasi yang personal dan emosional lebih efektif dalam menjangkau dan mempengaruhi pemilih di media sosial. Cerita tentang mendengarkan keluhan warga, berbagi harapan, dan memberikan solusi dapat menciptakan koneksi emosional yang kuat.

Media sosial memungkinkan interaksi dua arah antara kandidat dan pemilih. Membalas komentar, mengadakan diskusi online, dan merespons masukan publik dapat memperkuat keterlibatan dan membangun komunitas pendukung.

Kampanye politik di media sosial tidak boleh berdiri sendiri. Strategi konten harus terintegrasi dengan strategi kampanye offline, seperti blusukan, rapat umum, dan kegiatan lainnya. Konten media sosial dapat memperkuat dan memperluas jangkauan pesan kampanye offline.

Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa konten Instagram blusukan gubernur merupakan bagian dari strategi kampanye yang canggih dan terencana dengan baik, memanfaatkan kekuatan media sosial untuk membangun citra, menyampaikan pesan, dan berinteraksi dengan pemilih. Pemahaman tentang bagaimana representasi visual dan verbal bekerja dalam membentuk wacana politik sangat penting bagi keberhasilan kampanye politik di era digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun