Penggunaan bahasa informal dan daerah, penegasan komitmen dan janji, narasi mendengarkan aspirasi dan keluhan, ungkapan empati, penyampaian solusi dan tindakan nyata, serta interaksi dengan pengikut memperkuat citra responsif dan solutif.
Konten membentuk wacana kepemimpinan populis dan pragmatis. Kepemimpinan populis menekankan kedekatan dengan rakyat, sedangkan kepemimpinan pragmatis menekankan solusi konkret, tindakan nyata, dan kesinambungan program.
Ideologi yang mendasari wacana ini adalah kombinasi dari populisme dan pragmatisme. Populisme menekankan representasi "rakyat" sebagai kekuatan moral dan politik, sedangkan pragmatisme menekankan efisiensi, efektivitas, dan hasil yang terukur.
Secara ringkas, representasi gubernur dalam konten Instagram blusukannya bertujuan untuk membangun citra sebagai pemimpin yang "merakyat," peduli terhadap masalah masyarakat miskin, dan berkomitmen untuk memberikan solusi. Strategi ini memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menjangkau khalayak luas dan membangun hubungan emosional dengan pemilih.
Implikasi Kampanye Politik di era media sosial
 Media sosial sangat bergantung pada visual. Konten visual yang kuat, seperti foto dan video blusukan, menjadi strategi utama untuk membangun citra dan menyampaikan pesan politik. Interaksi langsung dengan masyarakat yang divisualisasikan secara menarik dapat menciptakan dampak yang lebih kuat daripada sekadar pernyataan verbal.
Pemilih di era media sosial mencari autentisitas dan kedekatan dengan kandidat. Konten yang menampilkan interaksi yang tulus, penggunaan bahasa informal, dan penekanan pada empati dapat membantu membangun kesan autentik dan dekat dengan rakyat.
 Narasi yang personal dan emosional lebih efektif dalam menjangkau dan mempengaruhi pemilih di media sosial. Cerita tentang mendengarkan keluhan warga, berbagi harapan, dan memberikan solusi dapat menciptakan koneksi emosional yang kuat.
Media sosial memungkinkan interaksi dua arah antara kandidat dan pemilih. Membalas komentar, mengadakan diskusi online, dan merespons masukan publik dapat memperkuat keterlibatan dan membangun komunitas pendukung.
Kampanye politik di media sosial tidak boleh berdiri sendiri. Strategi konten harus terintegrasi dengan strategi kampanye offline, seperti blusukan, rapat umum, dan kegiatan lainnya. Konten media sosial dapat memperkuat dan memperluas jangkauan pesan kampanye offline.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa konten Instagram blusukan gubernur merupakan bagian dari strategi kampanye yang canggih dan terencana dengan baik, memanfaatkan kekuatan media sosial untuk membangun citra, menyampaikan pesan, dan berinteraksi dengan pemilih. Pemahaman tentang bagaimana representasi visual dan verbal bekerja dalam membentuk wacana politik sangat penting bagi keberhasilan kampanye politik di era digital.