Beberapa unggahan menampilkan sentuhan fisik, seperti jabat tangan, tepukan bahu, dan elusan kepala anak-anak (video 26 September di Kampung Bayam dan 20 September di Rusun Daan Mogot). Gestur ini, menurut deskripsi, bertujuan "menunjukkan kehangatan dan kepedulian."
Gubernur sering ditampilkan berjongkok atau duduk sejajar dengan warga, terutama anak-anak dan lansia (video 26 September di Kampung Bayam dan foto 8 September dengan ibu penjual). Gestur ini secara eksplisit dijelaskan untuk "menciptakan kesan setara dan menghilangkan jarak hierarki."
Kontak Mata dan Senyum: Gubernur sering terlihat melakukan kontak mata dan memberikan senyum tulus, memperkuat kesan ramah dan mudah didekati.
 Video diambil dari jarak dekat, memperlihatkan interaksi detail dan intim, menekankan kehadiran dan keterlibatan gubernur. Contohnya, video di Sunter (21 Oktober) yang menampilkan gubernur bergurau dan berjoget dengan warga. Video di Koja pada hari yang sama menunjukkan interaksi yang akrab dan gurauan dengan warga. Video 24 Oktober di Jakarta Utara menampilkan percakapan intens dengan lansia, dan video 25 Oktober menunjukkan gubernur memakaikan selendang Betawi kepada seorang ibu sambil mendengarkan keluh kesahnya.
Gubernur dalam blusukannya mengenakan pakaian kasual dan sederhana dengan cukin atau selendang khas Betawi, "mencerminkan kesetaraan dengan masyarakat yang dikunjungi" dan sebagai "simbol kolaborasi Betawi."
Latar belakang visual seringkali memperlihatkan kondisi lingkungan permukiman yang sederhana atau bahkan kumuh, memperkuat konteks blusukan di masyarakat miskin kota (foto 28 September). Kontras antara citra formal seorang gubernur dengan setting lingkungan yang sederhana ini menekankan pesan kedekatan dengan rakyat.
Bahasa Informal dan Daerah: Penggunaan frasa "kagak ribet dah" (3 dan 7 Oktober) menciptakan kedekatan dan menghilangkan kesan formal.
Penegasan komitmen, janji, dan ungkapan empati menggunakan bahasa yang persuasif dan menyentuh emosi. Contohnya, "Saya sudah menandatangani pakta integritas" (Kampung Bayam), "Mendengarkan keluh kesah warga" (Kali Sunter), dan "Jangan tambah bebannya" (27 September).
Narasi mengungkapkan empati dan kepedulian terhadap masalah yang dihadapi masyarakat, misalnya respon terhadap keluhan warga Kampung Bayam dan pesan tentang peran ibu (27 September).
Narasi dalam caption menekankan kegiatan mendengarkan aspirasi dan keluhan warga (contoh: kunjungan ke Kampung Bayam dan Kali Sunter). Penandatanganan pakta integritas (Kampung Bayam) dan janji untuk menyelesaikan masalah banjir dan KJP yang macet memperkuat citra responsif dan peduli. Ungkapan empati dan kepedulian (contoh: pesan tentang ibu-ibu pada 27 September) membangun koneksi emosional. Ajakan "urun rembug" dan tawaran Balaikota sebagai tempat mengadu menunjukkan komitmen untuk bertindak dan melibatkan partisipasi publik. Referensi ke program gubernur sebelumnya dan penekanan pada kesinambungan menunjukkan pendekatan pragmatis.
 Beberapa unggahan menginformasikan tindakan atau solusi yang akan diambil, seperti ajakan "urun rembug mengatasi banjir" (13 Oktober) dan tawaran "Balaikota sebagai tempat mengadu warga."