RESENSI BUKU
Judul: Inspirasi Karier Kedua
Penulis: Mamad Samadi & Tim
Penerbit: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, 2018
"Karier kedua" adalah pekerjaan atau usaha yang anda tekuni setelah anda berhenti bekerja (mengundurkan diri, PHK atau pensiun). Seluruh bahasan dalam buku ini ditulis oleh 9 orang pakar yang profesional di bidangnya masing-masing, sehingga para pembaca dapat memperoleh kiat-kiat praktis dan terperinci yang benar-benar sangat membantu dalam mempersiapkan dan menjalani masa purna bakti. Dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami -- poin-poin yang hendak disampaikan para penulis sangat mudah diikuti dan tentu saja memberikan wawasan yang luas bagaimana para pembaca dapat menjalani masa pensiun yang bahagia dan sejahtera.
Adapun cakupan bahasan dalam buku ini meliputi:
1. Pentingnya memerhatikan masalah spiritualitas dalam hidup kita menjadi pokok bahasan Bab 1 "Mengenalku Berarti Mengenal-Mu". Ini adalah aspek mendasar dalam kehidupan, terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa peralihan dan menjalani masa purna bakti. Dengan memahami arti kehidupan, tujuan hidup dan memiliki panduan dalam menjalani kehidupan, maka apapun perubahan hidup yang kita alami dapat kita jalani dengan sukacita dan mendatangkan berkat bagi sesama.
2. Pentingnya mengubah pola pikir dan pengambilan keputusan yang tepat secara lugas dijelaskan dalam Bab 2 "Tak Ada Yang Tak Berubah". Yang umumnya menjadi momok di masa purna bakti adalah "Post Power Syndrome". Dengan merubah serta  menata pola pikir secara tepat, kita akan lebih siap menghadapi perubahan di masa purna bakti.
3. Pentingnya memiliki gaya hidup yang sehat, rutin cek kesehatan, aktif bersosialisasi dan menjaga hubungan dengan pasangan adalah beberapa hal yang dibahas di Bab 3 "Mensana Incorpore Sano". Tidak dipungkiri pertambahan usia dipandang berarti penurunan kekuatan fisik. Namun hal itu tidaklah berarti kita tidak dapat menjalani hari-hari yang efektif dan ceria meski dalam kelemahan dan sakit penyakit.
4. Pentingnya memiliki cara pengelolaan keuangan yang baik sebagaimana yang dibahas di Bab 4 "Ada Uang Ada Barang"adalah hal yang harus kita perhatikan terutama dalam masa purna bakti. Jika tidak demikian maka kita hanya akan menjadi anggota "ManTab" (= Menghabiskan Tabungan). Bab ini mengajak kita untuk tidak hanya menabung namun juga berinvestasi. Kita juga diingatkan akan hal-hal yang harus diwaspadai dalam hal mengelola keuangan dalam masa purna bakti.
5. Pentingnya memiliki asuransi dibahas dalam bab berikutnya yaitu Bab 5 "Sedia Payung Sebelum Hujan". "Memiliki asuransi bisa menjadi ikhtiar kita untuk mempersiapkan kehidupan dengan sebaik-baiknya, walau kondisi sedang kurang baik...Keuangan yang stabil akan menimbulkan rasa bahagia dan keringanan untuk menjalani usia senja" (h. 103-104).
6. Pentingnya investasi saham adalah hal yang harus kita pahami dengan benar. Topik ini menjadi pokok bahasan Bab 6 "Investasi Sekarang, Menuai Kemudian". Kebanyakan orang berpikir investasi saham sama dengan judi; ini keliru ... sangat keliru. Dalam bab ini kita dituntun untuk dapat menabung saham dengan benar.
7. Pentingnya melihat peluang di bidang properti dibahas di Bab 7 "Peluang Menanti di properti". Properti dapat menjadi sarana investasi bagus dan menguntungkan. Properti dapat menjadi sumber penghasilan yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Bahasan dalam bab ini mencakup di antaranya: strategi saat membeli, mengelola, dan menjalankan bisnis rumah bekas.
8. Pentingnya benar-benar memikirkan dan merencanakan wirausaha (Bab 8 "Ada Nyawa Ada Rejeki"). Bab ini memberikan pembaca panduan-panduan praktis bagaimana memulai wirausaha, bagaimana mengelola laba, hingga mengembangkan usaha. Dengan ini usaha yang akan anda rintis pasti akan berhasil.
9. Pentingnya tetap memiliki keberanian untuk bermimpi di usia senja (Bab 9 "Manusia Mengikhtiarkan Tuhan Menakdirkan"). Oleh karena keberanian untuk tetap memiliki mimpi akan membawa kita untuk tetap memiliki visi hidup. "Hanya dengan hidup yang memiliki mimpi dan harapanlah kita mampu melanjutkan perjalanan kita dengan gairah .." (h. 238).
10. Pentingnya meninggalkan "Warisan" hidup (Bab 10 "Hidup Biar Berjasa"). Warisan keuangan apa yang ingin kita tinggalkan? Keteladanan dan pencapaian berharga apa yang hendak kita berikan? Bab ini mengajak kita untuk memikirkan hal itu sehingga masa purna bakti kita dapat meninggalkan keteladan bagi orang-orang yang hidup setelah kita.
Sebagai Penutup buku ini mengajak kita untuk tetap bersemangat menjalani masa purna bakti dan jangan pernah merasa lelah untuk berkarya dan mengejar keberhasilan walau usia sudah beranjak senja. Selama hayat masih dikandung badan, masih ada harapan.
Judul: Aplikasi Ilmu Ketawa Di Dunia Bisnis
Penulis: Mimosa Torsina & Galatia Chandra
Penerbit: CV Gratia Tibi, Publishing Co, Jakarta, Indonesia
Tahun: 2016
Apa hubungan antara ketawa dengan dunia bisnis? Saya tidak tahu. Serius, saya bahkan sama sekali belum pernah memikirkannya sampai saya membaca buku ini. Selama ini saya beranggapan keduanya adalah dua dunia yang berbeda, yang tidak ada hubungannya. Yang saya mengerti perihal dunia bisnis adalah dunia yang berkutat soal bagaimana mendatangkan uang dengan sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan upaya yang sedapat mungkin sekecil-kecilnya. Sedangkan soal ketawa, dapat dikatakan saya lebih pesimis lagi. Yah, lihat saja dunia sekarang. Tidak terlalu mudah untuk ketawa ketika kita melihat apa yang ditampilkan di media massa, misalnya. Padahal ketawa sejatinya adalah ekspresi batin manusia yang dapat menjadi penanda bahwa kita menikmati hidup. Â
Yang penting untuk diingat adalah buku ini bukanlah buku humor agar para pembacanya dapat tertawa dengan mudah, namun humor digunakan sebagai "...salah-satu cara yang jitu untuk meningkatkan keintiman/hubungan Anda dengan orang lain sehingga urusan bisnis pun menjadi lebih lancar" (h. 7). Disinilah saya melihat bahwa dengan menggunakan humor untuk urusan bisnis, penulis sedang memanusiakan pembeli. Seperti yang diungkapkan penulis, "... tawa itu perilaku sosial yang mengasyikkan dan seru. Tawa mempunyai nilai penyembuhan, dan membantu agar dapat lebih memahami orang lain" (h. 12-13). Ini lebih besar daripada memperlakukan pembeli sebagai raja. Raja bisa mendapatkan penghormatan dan pelayanan yang palsu dan tidak tulus, namun jika kita sebagai pembeli diajak untuk ketawa sesungguhnya kita diajak untuk menjadi sahabat alih-alih sekadar target penjualan.
Harus diakui tidak semua orang bisa melucu, dan tidak semua lelucon itu lucu alias bisa membuat orang tertawa. Sebagai contoh, tentu sangat tidak menyenangkan bila menonton acara komedi namun kemudian kita menyesalinya karena sama sekali tidak lucu. Untuk dapat membanyol, orang harus kreatif dan mengumpulkan banyak ide. Buku yang sarat dengan lelucon ini menyediakannya untuk para pembaca. Namun sejak awal penulis telah memberikan rambu-rambu agar memperhatikan kesalahan-kesalahan humor yang harus dihindari (Bab 2). Menurut saya, penulis sangat memahami keadaan dunia ini yang sudah kehilangan "sense of humor" yang benar.
Baik bagi orang yang dapat dikatakan tidak terlalu paham soal dunia bisnis seperti saya, maupun bagi orang yang telah bergelut di dunia bisnis buku ini terasa benar manfaatnya. Dengan gaya bahasa yang tidak berbelit-belit, penulis memberikan penjelasan yang teliti mengenai cara berbisnis. Tahap demi tahap diulas, mulai dari bagaimana melakukan kontak kunjungan (Bab 6) hingga bagaimana melakukan penutupan transaksi (Bab 11), karena tentunya seorang "Sales yang tidak bisa melakukan penutupan bukanlah seorang sales.Ia hanya seorang teman ngobrol" (h. 212).
Manfaat lainnya nyata terlihat dengan banyaknya tips praktis yang diberikan penulis dalam buku ini. Tidaklah berlebihan jika dikatakan tips-tips praktis tersebut diberikan dengan berkelimpahan dan murah hati. Saya melihat semua itu adalah karena penulis memiliki kerinduan agar pembaca buku ini bertambah fasih dalam  pergaulan bisnis, dan dengan demikian sukses selalu.
Salam ketawa... J
C. Ferdinandus
Yogyakarta, 16 September 2016 Â
MENYAMBUT MASA PERSIAPAN PENSIUN ANDA
"Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk setiap hal di bawah langit ada saatnya"
(Salomo)
Hidup dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya terus bergerak, berubah, beranjak dari satu fase kepada fase berikutnya. Orang-orang yang tadinya ada bersama kita satu persatu pergi. Apa yang ada dalam tangan kita hari ini mungkin esok sudah tidak ada lagi. Di suatu saat kita dapat berada "di atas", namun besar kemungkinan suatu ketika kita akan mendapati diri kita berada "di bawah". Â Bila memikirkannya dan bertanya mengapa, seringkali kita hanya akan mengangkat bahu dan berkata, "Yah... itulah hidup".Â
Ada beragam cara orang menjalani hidup dan menghadapi perubahan-perubahan yang dibawa oleh hidup itu sendiri. Ada orang yang menjalani masa sekarang dengan "berdiam" dalam masa lalu. Di dalam benaknya hanyalah kenangan-kenangan pengalamannya. Apa yang sedang ia alami saat ini senantiasa diukur dengan masa lalu, dan ia tidak mampu melihat masa depan. Ada pula orang  yang menjalani hidupnya saat ini dengan prinsip "mengalir saja". Orang seperti ini akan berkata "Jalani saja, dan mari kita lihat hidup akan membawa kita kemana". Ia akan cenderung benar-benar melupakan masa lalunya, dan menatap masa depan dengan ringan bahkan tanpa tujuan. Orang yang pertama dan kedua rentan mengalami keterkejutan saat mendapati apa yang diberikan masa depan pada mereka, dan ketidaksiapan senantiasa akan menempatkan kita sebagai "mangsa".Â
Hal ini berlaku di dalam dunia kerja kita. Bukankah tidak selamanya kita berada di usia produktif? Bahkan ketika kita menjalani hari kerja kita yang pertama, sesungguhnya kita telah mulai berjalan ke arah masa persiapan pensiun untuk kelak di kemudian hari kita akan benar-benar pensiun. Pernahkah kita memikirkan "hari itu"? Sebaik apakah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Sangat disayangkan bila kita tidak benar-benar mengambil waktu untuk memikirkan dan mempersiapkan diri untuk itu. Â Seseorang pernah berkata kepada saya, "Saya menolak untuk pensiun. Selama saya masih dapat bekerja, maka saya akan bekerja. Pensiun mematikan orang. Teman-teman saya baru pensiun enam bulan langsung sakit jantung, ada yang terkena stroke, bahkan meninggal". Teman saya yang lainnya pernah menceritakan pada saya bagaimana para pensiunan menjadi korban investasi bodong. Uang pesangon yang mestinya dapat menjadi penopang di hari tua raib oleh orang-orang yang sangat tidak bertanggung-jawab. Ketidaksiapan senantiasa akan menempatkan kita sebagai mangsa.
Masa persiapan pensiunsejatinya merupakan masa dimana kita dipersiapkan untuk menghadapi dan menjalani hari-hari kita sebagai pensiunan; hari-hari dimana ketika kita sudah tidak sekuat dulu lagi, ketika berbagai fasilitas dan kemudahan sudah berkurang bahkan tidak tersedia lagi. Sekarang pertanyaannya adalah, "Lalu sebaik apakah masa persiapan pensiun kita?" Bagaimana kita bisa yakin bahwa kita telah mempersiapkan diri untuk menjalani hari-hari pensiun dengan sebaik-baiknya? Untuk itu sudah barang tentu kita memerlukan panduan, bimbingan, disertai pelatihan yang lengkap dan praktis. Ini akan membuka wawasan kita, dan memberi banyak pilihan dan peluang bagi kita serta pengharapan.Â
Bimbingan dengan disertai pelatihan yang lengkap dan praktis yang kita terima dalam masa persiapan pensiunakan membuat kita menjadi para pensiunan yang berdaya. Sebut saja misalnya Winston Churchill. Sumbangan-sumbangannya yang terbesar muncul ketika ia sudah menjadi "warga negara yang sudah tua". Bila kita menjalani masa persiapan pensiunkita dengan sebaik-baiknya, dengan bantuan bimbingan dan pelatihan yang memadai maka kita akan dapat  tetap optimis dan produktif di usia tua, bahkan lebih banyak berbuah; tidak hanya sekadar menjadi pengasuh cucu atau penonton televisi "yang setia".
Yogyakarta, 28 Juni 2016
SELANGKAH LEBIH: PEMBEKALAN PURNA TUGAS ANDA
Pasar kecil di kompleks perumahan kami dapat dimasuki dari dua arah, yaitu dari Timur dan dari Barat. Keduanya dijaga oleh tukang parkir yang lebih bertugas sebagai penjaga sepeda motor ibu-ibu yang sedang berbelanja. Yang berbeda dari kedua tempat parkir tersebut adalah tempat parkir yang berada di sisi Barat lebih ramai daripada sisi Timur. Setelah saya perhatikan, itu ternyata karena tukang parkir di sisi Barat menggunakan kardus-kardus bekas mi instan atau air mineral untuk menutupi jok motor para Ibu yang sedang berbelanja sehingga tidak menjadi panas, sedangkan tukang parkir di sisi Timur lebih sering terlihat hanya duduk berpangku tangan.
Tukang parkir di sisi Barat pasar melakukan sesuatu yang lebih, yang tidak dilakukan rekannya di sisi Timur. Itu membuatnya mendapatkan pelanggan yang lebih banyak, yang berarti lebih banyak pemasukan. Bila kita mempunyai sikap seperti itu dalam hidup kita, tentunya tidaklah mengherankan jika akan ada lebih banyak berkat yang datang menghampiri kita.
Ketika kita berada dalam usia produktif dengan pekerjaan yang tetap, kepastian menerima gaji setiap bulan dan fasilitas yang mendukung, maka dapat dikatakan kita sedang berada dalam zona nyaman kita. Namun kita tahu bahwa kita tidak akan selalu berada disitu, bukan? Berjalannya waktu dan pertambahan usia akan mengakhiri semua itu. Apakah yang akan kita lakukan dengan zona nyaman kita? Apakah kita hanya akan duduk berpangku tangan, ataukah ada sesuatu yang lebih yang dapat kita lakukan?
"Berjalan selangkah lebih jauh" atau melakukan sesuatu yang lebih daripada sekadar menikmati zona nyaman dunia kerja saat ini adalah dengan melakukan pembekalan purna tugas.Penghalang yang umum kita temukan adalah tidak terlalu memikirkan masa pensiun karena berpikir masih akan menerima uang pensiun kelak, dan ketika saatnya tiba kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan dengan hari-hari pensiun kita. Sikap seperti ini akan sangat merugikan kita.
Jika kita bersedia "berjalan selangkah lebih jauh" untuk melakukan pembekalan purna tugas, kita akan ditolong untuk mengelola uang pesangon atau uang pensiun kita dengan lebih baik. Kita benar-benar perlu memikirkan hal ini karena ketika kita pensiun tidak serta merta kebutuhan kita berkurang. Di saat-saat seperti ini misalnya kita membutuhkan uang untuk menikahkan anak, pembiayaan kesehatan kita di usia lanjut, dan sebagainya; semua itu jumlahnya tidak sedikit.
Dalam pembekalan purna tugaskita juga akan ditolong untuk memanfaatkan hari-hari pensiun yang akan kita jalani. Masa pensiun memberi kita waktu yang dapat dikatakan  "sangat banyak" bahkan untuk diri kita sendiri. Para pensiunan yang telah melakukan pembekalan purna tugasmendapati diri mereka adalah orang-orang yang justru "lebih sibuk" daripada saat mereka masih di dunia kerja. Dengan waktu yang kini dapat mereka atur sendiri, mereka berdaya dan berkarya bagi sesama dan lingkungan melalui pengalaman mereka di dunia kerja, ilmu dan keahlian yang mereka miliki.  Mereka pun menjadi orang-orang yang lebih bahagia karena kini berkesempatan menyalurkan hobi dan meningkatkan hubungan dengan pasangan.
 Saat melakukan pembekalan purna tugaskita diajak untuk memandang ke masa depan, kepada hari-hari yang akan kita jalani kelak di masa pensiun. Untuk itu kita harus memberi kesempatan bagi otak kita untuk memikirkannya, bahkan mungkin melakukan perbaikan dan perubahan gaya hidup kita yang sekarang kita jalani. Namun jika kita berani "berjalan selangkah lebih jauh" maka berkat-berkat itu akan menjadi milik kita.
Untuk pembekalan purna tugas yang lengkap dan praktis, dapat dilihat di: KarierKedua.com
Yogyakarta, 28 Juli 2016
PELATIHAN PURNA TUGAS UNTUK MEREBUT HARI
"Carpe Diem,...Rebutlah harimu, buatlah hidupmu luar biasa"adalah kalimat yang diucapkan sosok Mr. Keating yang diperankan mendiang Robin Williams dalam adegan awal film Dead Poets Society. Dan seperti juga dalam film-filmnya yang lain, sebut saja Mrs. Doubtfiredan Patch Adam,Robin Williams tampil memerankan sosok yang penuh semangat dan mencintai kehidupan. Ironisnya, aktor dan komedian kenamaan itu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Â Berita kematiannya mengejutkan banyak orang dan dunia hiburan merasa sangat kehilangan.
Dunia kerja, usia produktif, fasilitas, kepastian menerima gaji setiap bulan adalah beberapa hal yang dapat memberi kita gairah dan membuat kita bersemangat dalam hidup. Namun, tidak dapat dipungkiri semua itu akan berhenti ketika kita memasuki masa pensiun. Lalu pertanyaannya adalah: apakah kemudian gairah dan semangat kita akan kehidupan pun turut berhenti? Ya! Sangat besar kemungkinan hal itu akan terjadi. Mengapa? Karena umumnya kita memandang masa pensiun adalah sebuah akhir, sehingga tidak heran jika kita mendapati tidak sedikit para pensiunan yang mengalami penurunan drastis dalam banyak hal setelah mereka menyandang predikat "pensiunan".
Namun sesungguhnya masa pensiun tidaklah harus menjadi seseram itu. Masa pensiun bahkan dapat menjadi sebuah awal, suatu permulaan kehidupan baru yang juga penuh semangat. Alih-alih masa untuk "melakukan bunuh diri", masa pensiun dapat melahirkan kita kembali, seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Itu dapat terjadi bila kita mempersiapkan diri dengan melakukan pelatihan purna tugas.
Lalu apa saja yang perlu kita ketahui? Dalam pelatihan purna tugaspertama-tama tentunya kita akan mengetahui dan mendapatkan bimbingan mengenai bagaimana cara mengelola uang pesangon atau uang pensiun yang kita terima. Kita perlu mengelolanya dengan baik bukan hanya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun juga untuk menolong kita mengembangkannya agar dapat memperoleh pemasukan tambahan. Bukankah itu menyenangkan?
Kedua, kita perlu mengetahui bagaimana cara mengelola waktu yang kita miliki oleh karena dapat dikatakan dalam masa pensiun kita memiliki "segudang waktu". Apakah kita akan menghabiskan waktu kita mengenang masa lalu ketika kita masih muda dan masih bekerja, mengasihani diri dan secara praktis tidak melakukan apa-apa? Dengan mengikuti pelatihan purna tugaskita dibantu untuk dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki di masa pensiun untuk mengembangkan diri dan kehidupan sosial kita. Inilah saatnya untuk kembali  menciumi semerbak wanginya mawar di kebun, mempererat hubungan dengan belahan jiwa yang telah mendampingi kita selama ini, menikmati kehangatan kebersamaan dengan para sahabat dan membangun hubungan yang lebih mendalam dengan Tuhan.
Ketiga, kita perlu mengetahui bagaimana menua dengan baik. Secara sederhana, menua berarti mengalami penurunan kemampuan fisik seiring pertambahan usia. Namun bukan berarti kita tidak lagi dapat menikmati hidup yang sehat. Juga bukan berarti manusia batin kita pun melemah. Mungkin langkah kaki kita sudah tidak secepat dulu lagi, tetapi pengalaman hidup, ilmu, dan ketrampilan yang kita miliki adalah aset batin yang berharga yang adalah kekayaan kita. Dalam pelatihan purna tugas kita akan dibimbing untuk dapat mengembangkan "aset-aset batin" yang kita miliki tersebut, sehingga dalam usia lanjut pun kita masih dapat tetap aktif dan produktif.
Bimbingan serta pelatihan yang lengkap dan praktis dalam pelatihan purna tugas akan sangat menolong kita di usia senja untuk dapat tetap "merebut hari dan menjadikan hidup kita luar biasa".
Untuk pelatihan purna tugasyang lengkap dan praktis, dapat dilihat di: KarierKedua.com
Yogyakarta, 22 Juli 2016
RESENSI BUKU
Judul: "Pensiun, VRP & PHK? NO! -- INOVASIKAN KARIER KEDUA ANDA"
Penulis: Tessie Setiabudi & Tim
Penerbit: PT Elex Media Komputindo -- Kompas Gramedia, 2016
Disadari atau tidak, hidup terus mengalir dan membawa kita mengalami tahapan-tahapan dan perubahan-perubahan. Yang diminta dari kita bukanlah sekadar ketangguhan diri, tetapi juga kemampuan untuk membaca dan menyikapi perubahan apa yang sedang kita alami dalam hidup, dan dalam tahapan dimana kita berada sekarang.
Salah satu tahapan hidup yang dapat dikatakan kritis adalah ketika memasuki masa pensiun atau mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Lebih banyak orang memandangnya sebagai sebuah akhir semata, alih-alih sebagai sebuah permulaan. Melalui buku ini, penulis membuka mata pembaca bahwa pensiun atau PHK bukanlah akhir dalam berkarir, melainkan sebuah permulaan untuk karir yang kedua, atau karir berikutnya. Justru inilah saatnya untuk berubah (h.23).
Buku yang berisikan kontribusi dari beberapa penulis yang cakap di bidang mereka masing-masing ini dimulai dengan pemaparan bahwa bekerja itu adalah sebuah karunia dan nikmat dari Tuhan sendiri.
Mengingat pada umumnya kaum pria adalah pencari nafkah bagi keluarga, maka merekalah yang pertama-tama akan mengalami "kegoncangan" ketika memasuki masa pensiun atau tiba-tiba di-PHK. Berbagai reaksi akan muncul, dan disinilah pendampingan keluarga memainkan peranan yang sangat penting (h.15).
Selanjutnya buku ini  banyak memberikan berbagai ulasan dan panduan yang bersifat praktis yang dapat langsung dimanfaatkan oleh para pembaca. Misalnya, pembaca diingatkan untuk dapat bersikap bijak dalam mengelola uang pesangon dan disediakan pula contoh bagan neraca pribadi yang dapat digunakan untuk benar-benar mengelola keuangan pribadi dengan sebaik-baiknya (h.33).
Dipaparkan pula contoh berbagai macam bisnis yang dapat dikerjakan setelah memasuki pensiun, lengkap dengan modal awal yang harus disediakan (h.38). Jika pembaca berminat untuk melakukan investasi, penulis memberikan berbagai macam kendaraan investasi seperti properti, emas dan sebagainya. Juga disertai dengan tips untuk mewaspadai penipuan (h.60), atau yang seringkali kita kenal dengan istilah "investasi bodong" yang belakangan ini telah memakan banyak korban.
Pembaca juga akan mendapatkan ilmu bagaimana cara menjadi seorang "freelance" yang profesional. Pembaca akan dipandu untuk melakukan investasi saham atau menjadi seorang penulis, menjadi seorang pengusaha yang bergerak di bidang waralaba maupun agribisnis.
Kekayaan muatan informasi dan bimbingan praktis dalam buku ini sungguh menjadikan buku ini panduan yang berharga bagi para pembaca dalam  memulai tahapan hidup yang baru dalam masa pensiun atau PHK, untuk memulai KARIR KEDUA. Sebuah buku yang wajib anda miliki.
SELEKTIF MEMILIH PEMBEKALAN PENSIUN ANDA
Ibu saya dapat dikatakan cerewet soal membawa bekal ke sekolah. Setiap hari, mulai dari ketika saya masih di TK hingga SMA, Ibu saya selalu menyiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah dan memastikan saya membawanya. Saya mulai merasa enggan membawa bekal ketika telah duduk di bangku SMA, karena saat itu, di tahun 80-an, hanya saya yang membawa bekal ke sekolah. Berbeda dengan sekarang, membawa bekal ke sekolah dan ke kantor dapat dikatakan sudah menjadi bagian dari gaya hidup hemat dan sehat.
Berbeda dengan saya, anak-anak saya yang sekarang sudah SMA merasa bekal adalah hal kedua yang harus dibawa ke sekolah setiap hari selain buku pelajaran. Alasannya antara lain untuk menghemat uang saku, makan makanan yang lebih sehat dan bersih daripada jajan, serta menghemat waktu istirahat karena tidak usah jalan ke kantin yang pasti penuh dengan teman-teman yang juga mengantri memesan makanan. Â "Segudang" manfaat membawa bekal kemudian bertambah satu lagi ketika suatu hari tiba-tiba jam bubar sekolah mereka berubah dari jam 12.15WIB ke 15.00WIB karena ada kegiatan tambahan.
Saya mengandaikan masa pensiun itu seperti hari sekolah; ada bekal yang harus dipersiapkan untuk dibawa. Hal itu harus dilakukan agar dapat menjalani masa pensiun dengan tentram dan nyaman tentunya. Dan seperti halnya kotak bekal anak yang harus berisi makanan dengan kandungan gizi beragam, pembekalan pensiunkita pun hendaknya memiliki pandangan yang holistik, yang terdiri dari beberapa poin berikut ini:
Yang pertama tentunya adalah hal mengelola keuangan. Ketika kita pensiun, kita tidak lagi menerima gaji secara teratur dan pasti seperti ketika kita masih bekerja, bukan? Pembekalan pensiunyang baik semestinya mempersiapkan kita untuk mengelola uang pensiun kita dengan baik. Bukan hanya agar dapat mencukupi kebutuhan bulanan, tetapi juga membantu kita melihat pintu-pintu pemasukan lain yang dapat kita manfaatkan untuk menambah penghasilan.
Yang kedua adalah pemilihan aktifitas sesudah pensiun. Masa pensiun memberikan banyak waktu luang bagi kita. Kita tidak lagi terikat dengan rutinitas dan jam kantor yang ketat. Pembekalan pensiunyang baik akan menolong kita untuk dapat memilih aktifitas yang sesuai, bermanfaat, dan yang bahkan membuat kita lebih berdaya.
Masa pensiun juga dapat mendatangkan "sindrom sarang kosong". Rumah dan hati kita dapat terasa seperti sarang yang kosong karena anak-anak sudah dewasa, mempunyai hidup dan keluarga mereka sendiri ketika mereka telah menikah, bahkan tinggal di kota lain. Tidak jarang ini dapat menimbulkan depresi. Alih-alih memandang hal ini sebagai sesuatu yang negatif yang dibawa oleh masa pensiun, bukankah ini adalah kesempatan emas untuk memperindah hubungan antara suami istri? Inilah poin yang ketiga yang harus ada dalam pembekalan pensiunyang baik.
Selain kesempatan untuk memperindah hubungan suami istri, masa pensiun juga dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan kehidupan kerohanian kita. Memang hidup rohani hendaknya sudah dijalani sejak muda, namun jika kita diberi anugerah oleh Tuhan untuk memasuki usia lanjut dan masa pensiun bukankah itu artinya Tuhan masih  membukakan pintu bagi kita untuk membangun relasi yang lebih mendalam dengan-Nya?
Poin penting yang juga seharusnya ada dalam sebuah pembekalan pensiunyang baik adalah membantu kita untuk dapat tetap sehat di usia lanjut. Ini adalah hal penting yang harus kita pikirkan dan persiapkan, karena menjadi tua itu sesuatu yang pasti namun menua dengan baik dan anggun adalah pilihan kita.
Untuk pembekalan pensiun yang lengkap dan praktis, dapat dilihat di: KarierKedua.com
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H