Adalah Pak Miko (nama samaran) seorang pedagang lalapan di tengah kota. Pak Miko debitur setia di kantor. Sudah empat kali kredit. Tiga yang pertama lancar jaya. Satu yang terakhir punya skor buruk.Â
Ketika disambangi, akhirnya terungkap. Pak Miko berbaik hati mengajukan pembiayaan sebuah iPhone buat seorang sahabat di luar pulau dengan bekal track record yang mulus. Dua bulan lancar, bulan ketiga dan seterusnya batuk-batuk.Â
"Bayarin dulu lah Bro, ntar ta ganti uangnya," demikian permintaan si sahabat.Â
Demi persahabatan, Pak Miko pun menalangi. Namun pola yang sama terulang lagi di bulan -bulan berikutnya. Akhirnya Pak Miko cekcok dengan istrinya yang tak ingin dana modal usaha lalapan diambil buat bayar cicilan sebesar satu jutaan setiap bulan.Â
Kekesalan sang istri kian bertambah lantaran gara-gara kontrak kredit menunggak ini harapan mereka mengajukan kredit rumah ditolak oleh Bank.
Celakanya lagi, apa yang dilakukan Pak Miko diketahui oleh mertua. Pak Miko tidak hanya harus pasang badan dengan sang istri, tapi juga dengan panasnya lidah mertua.Â
Mau terus dibayarin karena kadung sudah pakai namanya dia, tapi yang sudah dibayarkan oleh Pak Miko di bulan-bulan sebelumnya belum juga dikembalikan si sahabat, serba salah memang.Â
Pak Miko meminta dengan sangat agar jangan datang lagi ke rumahnya karena bila dilihat oleh sang mertua yang sedang dalam kondisi sakit menahun, bisa menambah beban pikiran mertua.Â
"Masa harus nalangin terus. Teman tapi kok gitu ya. Nyusahin," curhatnya.
"Lah dirimu sok jadi dinas sosial," celetuk istrinya dengan sedikit emosi.Â
Waduh, kok malah melebar kemana-mana!!Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!