"Yang pak Son maju ke dekat panggung dan seolah minta untuk dilariskan gitu," jelas Iyok.
"Hmm..."Â
"Sebenarnya gua agak ga sreg juga sama niat beliau. Sekali lagi manusia gak berkapasitas men-jugde hati manusia lain, tapi jika memang niat belio untuk dilariskan tanpa bersusah payah ya menurut gua ga sepenuhnya salah juga sih,"
"Lah bukannya lu tadi nge-share video ustadz felix bahas belio, kayaknya kok ketangkep gue video tu kayak tidak membenarkan perilaku manusia dengan mental meminta-minta gitu yak?" Iyok membalas. Ia kembali ingin mendengarkan opini temannya ini.
"Sebenarnya itu kan datang dari kebiasaan gus yang suka memborong dagangan saat pengajian, ya gak masalah menurut gua. Mungkin prasangkan gua nih ya, bukan mental meminta, cuma pak sonhaji tu mau cari rezeki tambahan kali aja ada dengan menawarkan dagangan ke gus saat pengajian,"
"Berarti lu setuju dong sama video-video yang suka memborong dagangan orang gitu," tanya Iyok.
"Nah, justru gua gak setuju sama orang-orang yang mendokumentasikan kebaikan untuk keuntungan pribadi. Maksud gua, untuk nge-branding diri mereka kalau mereka tu baik, murah hati, dan suka menolong. Walau di sisi lain menguntungkan buat pedagang juga sih, cuma kan itu sifatnya random. Misal dibuat terorganisi, para pedagang makanan X di kumpulin jadi satu dan dibuat pameran atau acara, maka rezeki akan semakin meluas dampaknya ke banyak orang." jelas Soni.
"Wah gua masih gak paham, emang random salah ya?"Â
"Bukannya salah, kurang tepat aja caranya. Apalagi sampai dipamerkan di media sosyel. Kalau dibuat rapi, kan pedagang bisa berinovasi dengan grobaknya misal, atau dengan harga dan diskon. Jadi ada yang diusahakan, ada usaha yang dilakukan pedagang, sehingga rezeki yang datang sifatnya akan lebih terasa adil dan mensejahterakan"Â
"Tapi kan kalau rapi gitu, duitnya ga cepat Son, usaha dan waktu juga butuh lebih banyak daripada video ngeborong gitu," kata Iyok.
"Yee kan yang dicari dari bekerja itu ga cuma duit Yok,"