"Oke" jawab Soni.
Sesampainya di meja geprek. "Cabe berapa? Mau pake sambal apa?" tanya mas geprek sembari menunjuk macam sambal yang tersedia. Ada matah, keju, terasi, dan lainnya yang menurut Soni udah keluar dari sekte ayam geprek. Ia mengerutkan wajah, "Original aja mas, cabe 5" ujarnya.
Mas geprek langsung beraksi dengan cobek besarnya. Garam, cabe, bawang putih sepotong kemudian dihaluskan, lalu tambahkan ayam dan geprek hingga tercampur tulang dan daging. Geprek an dituangkan ke dalam piring, kemudian Soni bergegas menuju tempat nasi setelah membayar.
"Mas, saya cabe 3 sama saos keju, sama es teh tadi dua yak" ujar Iyok.
Setelah mengambil nasi Soni dan Iyok pun kembali di tempat duduknya. Mereka segera menyantap hidangan nasional mahasiswa:, ayam geprek.
Ditengah makan, Iyok menyadari sesuatu "Eh ini es teh refill kan yak, kenapa tadi kita ga pesen satu aja ya?" tanyanya.
"Jangan dong," Soni menyahut tidak setuju sembari menguliti tulang yang sudah mulai bersih. "Jangan ... sekarang ngomongnya" lanjutnya sembari tertawa dengan leluconnya sendiri. Iyok mengernyitkan dahi sambil berkata "Heleh".Â
"Eh tapi gua penasaran yak, kenapa cuma es teh gitu yang biasa di refill di warung-warung. Kenapa ga es jeruk atau es susu -eh mahal ni- atau es nutrisari gitu," lanjut Iyok sendiri.
Soni yang hampir menghabiskan nasinya berusaha menanggapi, "Murah, mudah, enak" jawabnya singkat, lalu melanjutkan gepreknya.Â
"Ngobrolin es teh hari ini tu beda Son, gak kayak es teh kemarin," Iyok menambahkan. Sesekali ia membersihkan tulang ayam dan menyeruput es tehnya.
"Oh karna gus dan pak sonhaji yak?" Soni mulai menyambung.