Tak hanya itu, BMKG juga melaporkan usai gempa pertama 20:07:03, berikutnya terjadi gempa lagi dengan magnitudo yang lebih rendah sebanyak 39 kali gempa susulan hingga Senin 26 Februari 2024 siang.
Beruntung, gempa yang terjadi hari itu hanya skala ringan. Getaran dirasakan hanya terbatas dalam rumah. Terasa getaran seolah-olah ada kendaraan besar (truk) lewat melintas.
Bahkan untuk gempa susulan yang lebih kecil, getaran mungkin tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang saja. Makanya, gempa susulan relatif tidak dirasakan jika saja tidak ada laporan BMKG.
Baca juga:Â Bisakah Kita Hidup Tanpa Listrik?
Berbeda halnya dengan fenomena gempa bumi yang terjadi pada 23 Januari 2018 silam. Siang itu terjadi gempa berkekuatan 6,1 skala richter.
Meski tidak menyebabkan tsunami, gempa utama yang berpusat di Lebak, Banten, telah memporakporandakan ribuan bangunan rumah di sejumlah lokasi yang berdekatan dengan pusat gempa.
Di tahun yang sama pada 22 Desember 2018 di pesisir wilayah Provinsi Banten pernah dilanda tragedi tsunami yang dahsyat.Â
Konon fenomena tsunami itu terjadi akibat kombinasi gempa vulkanik dan letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berimbas menelan ratusan korban jiwa kala itu.Â
Dan dampak terparah dirasakan di pesisir pantai wilayah Kabupaten Pandeglang. Sekira 50 km dari tempat saya tinggal.
Bencana tsunami ini tak hanya menerjang pesisir Provinsi Banten, tetapi juga merambah hingga menerjang sebagian pantai Provinsi Lampung.Â