Maka tersebab itu bencana ini kemudian disebut Tsunami Selat Sunda, yang kisah pilu dari tragedinya diabadikan dalam film video dokumenter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN).Â
Nah, persoalannya, hingga kini, belum ada perangkat teknologi yang mampu memprakirakan kapan dan di mana tepatnya sebuah bencana akan gempa akan terjadi lagi.
Alhasil, bencana ini cepat atau lambat akan terus bertubi-tubi terjadi lagi di sekitar kita. Oleh karena itu, mau tidak mau, kita harus menerima dan sigap menghadapi kenyataan ini.Â
Caranya gimana? Â
Salah satu langkah yang masih bisa dikerjakan adalah beradaptasi terhadap lingkungan sekitar dengan melakukan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal
Baca juga:Â Menu Makanan Favorit Keluarga
Lalu, adakah kearifan lokal yang mendidik dan mengajarkan masyarakat untuk berdamai dengan alam yang rawan dengan bencana ini?
Saya yakin, setiap daerah dan setiap tempat yang mendiami atau menghuni suatu wilayah rawan gempa pasti memiliki kearifan lokal untuk memitigasi potensi bencana alam yang dipercaya mampu meminimalkan dampak gempa.
Misalnya dalam kearifan lokal di tempat desa saya tinggal. Kalau ada angin kencang, terasa gempa bumi atau hujan lebat yang datang menerpa.
Maka ketua RT atau Pak RW akan menabuh alat kentungan (kentongan) yakni alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu dengan lubang memanjang di tengahnya.