Obat Insomnia Sang Chef
Arrgh! Sambil mengerang kesakitan Ia mengucuri tangannya dengan air dingin. Baru sebulan setelah tangan kanannya pulih dari siraman air panas, sekarang tangan kirinya harus mengalami hal serupa.
"Biar saya bantu oleskan salepnya Chef." Ucap salah satu anak buahnya
"Tidak perlu. Ini tidak butuh waktu yang lama kok, lagian kamu harus bantu saya untuk melanjutkan menyelesaikan hidangan yang tadi saya belum selesai.
"Baik Chef. Chef yakin tidak perlu ke Rumah Sakit ? atau perlu saya telponkan dokter untuk ke sini ? Tawarnya lagi, sambil menyerahkan handuk putih lembut untuk alas tangan atasannya itu.
Sambil mengoleskan tangannya dengan salep, ia menggeleng dengan senyum pada anak buahnya itu. Anak buahnya dengan sigap memastikan kembali barang-barang yang perlu dibereskan, terutama posisi ceret air panas yang terjatuh dan airnya mengenai tangan Chefnya. Namun, semuanya sudah rapi seperti sedia kala, dibereskan oleh Sang Chef setelah ia mengucurkan air dingin ke tangan yang terluka.
Jam kerjanya baru selesai 1 jam lagi. Ia akan pulang saat jam kerjanya saat jam kerjanya selesai. Hidangan untuk sore hari yang dipesan oleh pelanggan serta hidangan untuk diletakkan di buffet Restoran sudah selesai, tinggal proses platting yang akan dikerjakannya dan bagian pelayan yang akan mengantarkannya.
"Platting Chef! Ucap anak buahnya
Tangan kirinya ia alasi dengan handuk lembut, tangan kanannya lincah menata hidangan lezat agar tertata dengan rapi serta indah dipandang.
Tring! Tanda hidangan siap diantarkan oleh pelayan
Sudah dua kali tangannya tersiram air panas, sebulan yang lalu saat ia masih bekerja hingga malam. Penyebabnya karena Ia terserang Insomnia sehingga menyebabkan tidak focus dalam bekerja. Setelah kejadian tersebut Ia menghadap pimpinanya untuk mengurangi waktu bekerjanya pada malam hari, sempat berat pimpinannya untuk mengabulkan permintaannya. Chef Karkasa merupakan Chef berbakat dalam mengolah bahan makanan dan minuman. Terlebih, saat itu lebih sering para orang penting daerah dan para public figure Ibukota menyantap hidangan dan minuman di Restaurant hotel saat malam hari. Namun, karena mempertimbangkan kinerja maka pimpinan Restaurant dan hotel menyetujui permintaan Chef Kasa, nama panggilannya.
Kenyataannya setelah Ia mengurangi jam kerjanya di malam hari, tetap saja ia mengalami Insomnia, kadang pula ia bisa tidur namun kualitas tidurnya tidak baik. Sering ia mengalami demam karena kurang tidur. Untuk mengatasinya Ia membuat urutan kegiatan setelah pulang bekerja. Kegiatan setelah pulang bekerja :
Membeli bahan makanan atau makanan dan minuman jadi.
Sampai di rumah, bersih-bersih diri.
Makan malam dan menonton film.
Istirahat.
Setelah dua minggu mengerjakan kegiatan-kegitatan itu, Ia merasa hidupnya sama seperti robot. Meski terkadang ia selingi dengan mengobrol melalui video call dengan keluarganya atau dengan beberapa teman dekatnya. Tetap saja masalah susah tidur kali ini benar-benar menyusahkannya.
Jam 17.00, jam kerjanya selesai. Chef  yang bertugas untuk malam hari sudah datang satu jam sebelumnya. Koki, pelayan dan petugas dapur yang bekerja dari pagi juga akan menyelesaikan jam kerjanya di pukul 19.00. Sebelumnya hanya ada satu chef untuk restaurant hotel, namun ada beberapa kali istirahat dan juga ada asisten chef. Namun, semenjak Kasa minta dikurangi jam kerjanya, terpaksa pihak hotel merekrut chef lain.
Kasa berjalan tiba di basemen hotel untuk menuju ke mobilnya, saat hendak membuka mobilnya, ia baru tersadar akan susah menyetir karena tangannya yang cidera. Memutuskan untuk pulang naik taksi.
"Permisi Pak." Ucap Kasa di depan kantor keamanan bagian basemen
Tak lama muncul, seorang tinggi tegap sambil membawa cangkir yang berisi kopi.
"Oh ada Chef Kasa. Iya Chef,ada yang bisa di bantu?" Tanyanya ramah penuh senyuman
"Saya mau parkir mobil, sekitar tiga sampai lima hari sampai tangan saya mendingan" papar Kasa seraya tersenyum dan menunjukkan tangannya yang masih merah.
"Hoalah, chef Chef kok tangan disiram-siram pakai air panas tho? Ya mending bakso aja yang disiram kuah panas."
Mendengar candaan petugas keamanan tersebut, sedikit mengobati sakit kepala karena nyeri tangannya. Bercakap-cakap sebentar tak lupa mengucapkan terimakasih, kemudian Ia pamit. Ia sudah memesan taksi online, sebenarnya pasti akan terkena macet walau sebentar, namun kepalanya sudah mulai pusing. Nyeri di tangannya akibat tersiram air panas lumayan terasa, beda seperti sebulan yang lalu saat tangan kanannya tersiram air panas juga. Kasa berjalan ke depan hotel, dan ternyata taksi online yang dipesannya telah datang.
"Pak Danang ya ? Tanyanya sembari mencocokkan nama supir yang akan mengantarnya
"Betul mas, Ke Berlian Residence ya Mas ?
"Iya Pak." Jawab Kasa sambil menganggukan kepala.
Kasa duduk di belakang, sebenarnya jika Ia menggunakan taksi online seperti ini, Kasa akan memilih duduk di samping supir. Walau Ia tak bisa selalu mengobrol namun setidaknya Ia lebih nyaman jika Ia duduk di samping supir jika Ia sendirian seperti saat ini. Namun, sekarang ini Ia ingin lebih santai menikmati perjalanan pulang. Jarak dari tempatnya bekerja ke rumahnya jika tak terjebak macet hanya 10 menit, jika terkena macet maka akan memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit. Mobil yang ia naiki, cukup bersih, wangi, dan dibelakang jok mobil, ada kantong yang berisi snack ringan, permen, kacang, kurma. Di tengah ada keranjang kecil berisi beberapa minuman otol kecil seperti air mineral, teh botol, jus buah. Kemudian di atas kantong gantung dan keranjang kecil ada tulisan berbunyi :"Silahkan Ambil Gratis J!". Cukup lengkap cemilan dan minumannya, membuat Kasa berpikir apakah si supir tidak rugi?
Melihat Kasa celingukan, Supir taksi mempersilahkan Kasa untuk mengambil snack dan minuman yang ada. Kasa menganggukan kepala sembari bertanya untuk meyakinkan kembali.
"Tidak apa-apa Pak? Tanyanya penasaran
"Ya, enggak apa-apa to Mas, sudah disediakan kok."Logat jawa yang kental dan senyuman yang ramah.
Kasa mengambil kurma, buah yang hanya Ia makan setaun sekali dan tak banyak. Menurutnya hanya moment tertentu saja buah ini cocok untuk dimakan. Keheranan masih muncul di pikirannya, apakah tak rugi Pak supir ini ? Atau supir taksi ini hanya pekerjaan sampingan? Di luarnya Ia punya usaha yang lebih besar? Banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya membuat makin pusing kepalanya. Ingin banyak bertanya pada supir tapi kepala pening akibat Insomnia dan nyeri tangan semakin bertambah. Sambil mengunyah kurmanya, Ia memejamkan mata.
Semenjak Ia pindah bekerja di restaurant hotel yang sekarang, memang sering ia mengalami insomnia. Apakah karena ia terpaksa bekerja di sini karena permintaan Ayahnya? Sebelumnya Ia bekerja di restaurant hotel dikota besar, kota di mana keluarganya juga tinggal di sana. Tempatnya bekerja dulu sering dikunjungi para atlit Nasional dan Internasional. Kasa bekerja dengan sungguh-sungguh, ia kerahkan semua kemampuannya. Hidangan yang di suguhkan kebanyakan hidangan khas Luar Negeri. Awalnya Kasa menolak untuk bekerja di tempat yang sekarang, merasa bukan tempatnya saja dan merasa kurang handal untuk memasak hidangan khas daerah dengan bahan masakan yang kebanyakan dari hasil bumi. Ayahnya terus membujuk, Ibunya serta kakaknya yang juga chef juga membujuk, ia merasa tersudut. Selama 1 tahun menurut Ayah dan kakaknya merupakan waktu yang ideal untuk melihat perkembangan hotel dan setelah setahun kalau Kasa masih tidak betah, maka keluarganya tidak akan memaksanya lagi, dan Kasa boleh kembali ke restaurant hotel tempat bekerja sebelumnya.
Sudah 4 bulan ia berada di kota kecil ini, ia belum merasa betah. Melakukan banyak rutinitas yang ia senangi salah satu cara untuk menghilangkan rasa bosan dan menambah betah di tempatnya sekarang ini. Â Â
Mobil berhenti di depan rumahnya. Sopir taksi kaget di awal melihat jumlah uang yang Kasa berikan namun tersenyum setelahnya mendengar penjelasan Kasa. Memberi dengan jumlah yang lebih dari harga seharusnya merupakan salah satu bentuk menghargai jasa taksi tersebut menurut Kasa.
Setelah berganti pakaian santai ia menjatuhkan dirinya di kasur. Rumah dengan fasilitas lengkap dan mewah seharusnya mampu membuatnya betah tanpa rasa bosan. Setahun itu sangat lama bila ditunggu. Namun hari itu tangannya tersiram air panas lagi merupakan hari yang akan membuatnya betah dan merasakan perasaan bahagia yang berbeda dari perasaan lainnya dalam hidupnya.
Tengah malam saat ia berhasil tidur hingga terlelap walau terbenagun beberapa kali,dan yang membuatnya terbangun tak bisa tidur lagi karena tangan kiri yang bertambah sakit, warnanya semakin merah dari sebelumnya. Diambilnya es batu yang ia balut dengan handuk kecil untuk mengompres tangannya. Sedikit reda namun tak menghilangkan rasa sakitnya. Kasa memutuskan pergi ke Rumah sakit atau klinik terdekat dengan berjalan kaki. Tak jauh dari perumahan tempat tinggalnya, ada suatu klinik kecil namun desainnya mewah dari kejauhan seperti bangunan caf namun jika didekati ada keterangan bahwa itu klinik.
Tangannya langsung diberi suntikan obat oleh dokter jaga disitu. Dokter perempuan yang menyuntiknya dan memberikan salep khusus, ada perawat perempuan juga yang membantunya. Dokter mengatakan karena penanganan awal yang dilakukan saat terksiram air panas tadi kurang optimal sehingga tangan makin bengkak dan menimbulkan nyeri. Tangan Kasa tak dibalut perban atau sejenisnya, tapi tetap ditutup dengan tempat tangan tujuannya agar mengurangi resiko terkena debu dan orang-orang sekitar tau kalau tangannya sedang sakit. Kasa diberi obat sesuai yang diresepkan, saat pembayaran ada seorang petugas kasir yang tak dilihatnya saat masuk tadi. Harga yang terjangkau, sebenarnya Kasa bisa saja menggunakan asuransi kesehatan, namun melihat para perempuan bekerja hingga tengah malam rasanya iba, sehingga ia memilih membayar tunai.
Sakit ditangannya berkurang dan rasa dingin karena olesan salep cukup membuatnya nyaman. Sambil berjalan keluar klinik, empat orang laki laki masuk. Lalu terdengar salah satu dari mereka berkata "Kami sudah datang para putri sudah bisa pulang !"
"Akhirnya kalian datang!" Ucap dokter perempuan dengan tatapan menagih penjelasan penyebab datang terlambat
"Kenapa sampai jam 01.00 pagi baru datang ? Tanya apoteker perempuan dengan mata setengah menahan kantuk.
"Bukannya jam 21.00 malam sudah pada selesai shift masing-masing?" Tanya perawat perempuan sembari menyeruput minuman buahnya.
Sembari dokter, perawat dan apoteker bersiap-siap mau pulang, para tenaga kesehatan laki-laki juga bersiap siap jaga.
"Tadi IGD penuh, dan nungguin Pak mantri dulu nganterin pasiennya harus di bawa ke Star Hospital." Jawab dokter sambil memakai jas dokternya
"Maaf ya para putri, maklum pasien di desa lagi banyak dan harus diantar ke RS." Pria yang mengenakan setelan perawat menjelaskan seraya mengatupkan kedua tangan seraya memohon dan untuk mencairkan suasana.
"Tenang para putri pesanan kalian sudah siap semua di mobil dan Pak Hasan siap mengantarkan kalian Gang lampu lalu pulang ke Istana masing-masing." Pria yang menggunakan kemeja warna biru muda dan sedang bergantian tugas dengan apoteker sebelumnya menambahkan ucapan supaya suasana mencairkan suasana.
Sebenarnya hal seperti itu sudah biasa terjadi, karena mereka sahabat saat menjadi relawan di wilayah bencana kemudian berlanjut persahabatannya dengan mendirikan sebuah klinik.Dari pakaian dan beberapa kalimat ucapan mereka, Kasa tau kalau ada seorang dokter, satu perawat dan satu orang apoteker yang merangkap sebagai kasir. Kasa keluar dari klinik dan hendak berjalan pulang. Di jalan Kasa melihat becak dan penariknya di dalamnya sedang asyik menyeruput minuman jahe hangat, ia tak pernah naik becak. Kasa tak pernah tega naik becak karena penariknya harus mengayuh dan ada penumpang di dalamnya. Namun, malam itu Ia ingin menikmati angin malam dan memandang sekeliling.
Kasa menghampiri becak dan penariknya menyambutnya dengan ramah.
"Mari den, mau ke mana saya antarkan?" Tawarnya ramah sambil mengembalikan gelas ke pemilik warung.
"Ke perumahan berlian Pak ."Jawab Kasa sambil menunjuk belokan depan.
"Oh ya, mari den, dekat kok itu." Ia memutar posisi becaknya dan menyilahkan Kasa naik.
Ayuhan becak yang pas untuk menikmati angin malam beserta pemandangan malamnya. Ada perasaan berbeda pada Kasa, ada perasaan tak tega pada Bapak penarik becak, namun ada perasaan kagum padanya. Kalau Kasa hanya sekedar memberi uang pada Bapak penarik becak, pasti Bapak penarik becak juga tak mau menerimanya. Kasa menangkap perasaan tulus dari seorang penarik becak ini dalam bekerja. Apakah ia tak takut kalau terkena penyakit karena angin malam ? Salah satu pertanyaan pada benak Kasa. Ketika becak hampir belok, sebelumnya ada gang yang memancarkan cahaya dari lampu, namun lampunya terang sekali. Aroma masakan tercium ketika baru di depan gang, membuat Kasa sangat lapar dan ingin ke sana.
"Pak, kita makan dulu di sini ya?" Spontan Kasa mengajak penarik becak yang ia naiki.
Kasa kaget dengan diri sendiri, tak pernah ia sepeduli dan seakrab ini pada orang lain. Penarik becak itupun juga kagetdengan yang baru saja di dengarnya. Tak percaya dengan orang seperti Kasa mau makan di tempat yang tak mewah.
"Den yakin mau makan di sini dan ajak saya ?" Ia balik Tanya seraya meyakinkan
"Boleh kan Pak saya makan di sini? Atau hanya boleh warga lokal yang makan di sini?
"Ya boleh to. Saya cuma heran aja kok Den Mas ini mau makan di tempat yang ndak mewah. Pak becak sudah turun dari tempat kemudi dan menarik becaknya ke sisi belakang untuk parkir.
"Saya ingin makan di sini Pak, kok bagus ya tempatnya sama jam segini masih rame."Kasa menjelaskan sambil menaikkan retsleting jaketnya.
Pak becak tersenyum seolah tau yang dimaksud Kasa.
"Gang ini namanya gang lampu Den Mas, memang para penjual makanan di sini mulai buka warungnya dari jam sembilan malam sampai pagi jam tujuh, jam delapan sudah sepi, mereka pulang dan istirahat. Siapa saja boleh makan di sini, kalau ada yang ndak bisa bayar dikasih gratis dan dibantu sedang kesulitan apa saat itu." Pak becak mulai menceritakan gang lampu ini.
"Ayo Pak, kita masuk dulu sambil cari makanan hangat."Ajak Kasa
"Kalau orang yang belum tahu, dikiranya gang ini tempat ndak benar karena bukanya malam banget. Tapi penjual di sini selalu kompak berbuat baik. Penjual di sini rata-rata penduduk yang tinggal di kampung pertokoan dan gedung besar ini Den Mas. Dulunya kampung belakang itu kumuh banget, penjual yang di sini pun kalau juaalan banyak yang pakai penyedap rasa yang enggak baik sama bahan makanan dan minuman seadanya. Kurang memperhatikan kebersihan, akibatnya penjual dan pembeli sama sama terkena penyakit. Gang ini pun dulunya termasuk gang terkumuh." Pak becak menghentikan ceritanya karena Kasa menawari masuk di sebuah warung yang menjual bakmie, nasi goreng dan sejenisnya.
Dua gelas teh hangat untuk Kasa dan Pak becak, tak butuh lama tiba di meja mereka berdua. Satu orang bertugas membuat makanan dan satu lagi membuatkan minuman terlebih dahulu. Kasa menyeruput teh hangatnya,aroma khas teh dan manis yang pas. Tidak ada rasa kemasan di segelas teh itu. Kasa tau betul perbedaan yang mana dibuat dari bahan alami langsung dan mana yang sudah diproses untuk dikemas instan. Tak ada rasa kantuk sama sekali pada Kasa padahal sudah dini hari. Biasanya jam segini ia harus beberapa kali membolak-balikkan badannya mencari posisi nyaman untuk tidur. Â Dan bisa terlelap dengan beberapa kali terbangun dengan perasaan gelisah, emosi dan perasaan tidak enak lainnya. Namun malam ini, seolah lupa dengan rasa sakit pada tangannya.
"Karena banyak yang sakit dan makin kumuh kampung dan gang ini. Berita ini sampe ke pimpinan daerah. Lalu pimpinan tertinggi daerah ini menugaskan petugas kebersihan dan ngajak para warga bersih-bersih kampung dan gang ini. Setelah itu dokter dan para tenaga kesehatan pada ke sini buat kasih materi kebersihan dan kesehatan. Sering juga kasih vitamin buat para warga sama penjual di sini." Pak becak menghentikan ceritanya karena pesanan makanannya datang.
Kasa terkesima dengan cerita tentang gang lampu ini. Dari sekian banyak tempat yang telah ia singgahi. Tempat ini dengan segala ceritanya yang baru sedikit ia dengar mampu menarik hatinya untuk kembali di sini. Bakmie Jawa kuah yang Ia makan sangat enak, rasanya unik karena semuanya dari bahan alami dan dibuat oleh tangan. Dari mienya, sayur, bumbu-bumbunya pun terasa di lidah Kasa yang telah mencoba berbagai macam makanan. Penjual di gang lampu ini sungguh memikirkan lanjutan dari yang mereka buat dan hidangkan. Pak becak menyantap capcay kuah, terlihat juga sayurannya segar, dan aromanya sangat harum. Di tengah menyantap makanannya, Kasa melihat seorang laki-laki berpakaian petugas hansip sekitar menghampiri warung tempatnya makan. Terlihat sangat akrab dengan penjualnya, kemudian memberikan kotak vitamin dan cairan pembersih tangan. Kasa teringat kardus yang ada di klinik tadi, juga seperti itu. Tak lama setelah itu, beberapa orang yang ternyata dokter dan apoteker di klinik tadi lewat menuju keluar gang. Tapi kemana perawatnya ? Apakah sudah pulang ?
"Bro, ini vitamin sama buat bersihin tangan ya dari para putrid cantik klinik."Ucap Pak Hansip sambil menyapa pada Pak becak.
"Siap! Makasih bro." Penjual sambil menjawab sambil tangannya tetap lincah membuatkan pesanan lain.
Ternyata vitamin dan lainnya tadi untuk penjual di sini. Kasa menghabiskan makanannya tanpa tersisa. Ia juga memasak makanan daerah, namun tampilannya di buat berbeda seperti makanan Internasional. Namun, makanan yang dibuat dengan ketulusan dan senang saat membuatnya memang meninggalkan rasa yang lebih dari lezat. Di antara para penjual ada ruko kecil bukan warung melainkan laundry yang bisa ditunggu. Tempat laundry itu kecil tapi didesain seperti caf kecil, ada tempat duduknya. Di papan laundry terdapat tulisan "Laundry Lavender Bisa Ditunggu". Ada seorang perempuan yang sedang menyetrika. Rasanya ia pernah melihatnya. Sambil menghabiskan minumannya ia mencoba mengingat kembali di mana Ia pernah bertemu perempuan itu?
"Oh Iya! Itu kan perawat di klinik tadi."Ucapnya dalam hati
Namun Kasa penasaran dengan perawat itu, dan tak tega rasanya melihatnya sampai pagi begini masih bekerja.
"Pak, Bapak tau laundry itu?" Kasa tampak sangat penasaran.
"Tau, dong Den Mas. Den Mas mau cuci baju?"
"Enggak Pak, penasaran saja, kok si Mbaknya bekerja sampai pagi."
"Oh iya Den Mas. Karena banyak orang yang nginep di penginapan sekitar sini, dan yang lainnya laundry di situ jadi Mbak Kara harus lembur. Cuman kalau Mbak Kara kerja di klinik ya laundrynya tutup. Mbak Kara pekerja keras tapi baik hati Den Mas, dia harus membiayayai hidupnya sendiri di sini. Tidak mau merepotkan Bapak Ibunya yang tinggal jauh di luar pulau." Penjelasan Pak becak membuat Kasa tak berkedip.
Ada perasaan kagum dan sangat ingin mengenalnya lebih jauh dan melindunginya. Kasa membayar makanan dan minuman semuanya. Kasa ingat kalau besok ia tak harus masuk karena sudah minta surat dokter untuk tiga hari istirahat. Kasa dan Pak becak berjalan keluar gang. Kasa mengucapkan terimakasih karena sudah ditemani makan dan ngobrol, serta Kasa membayar biaya becaknya dengan selembar uang ratusan ribu. Awalnya Pak becak sangat kaget dan tak mau menerimanya, sudah lebih dari cukup Kasa mengajak makan dan mantraktirnya, namun Kasa meyakinkannya bahwa beliau pantas menerimanya. Kasa memilih berjalan menuju rumahnya.
Perasaan bahagia muncul di hatinya, serta bayangan wajah perawat tadi masih membayanginya. Malam itu merupakan kali pertama semenjak Kasa berada di kota kecil tersebut tidur dengan sangat nyenyak Pelajaran hidup hari ini bisa dibilang sebagai obat insomnianya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H