Mohon tunggu...
Adara Rachma
Adara Rachma Mohon Tunggu... Lainnya - Tentor

Masih dan terus seorang yang berusaha untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obat Insomnia Sang Chef

26 Juli 2024   00:00 Diperbarui: 26 Juli 2024   00:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tadi IGD penuh, dan nungguin Pak mantri dulu nganterin pasiennya harus di bawa ke Star Hospital." Jawab dokter sambil memakai jas dokternya

"Maaf ya para putri, maklum pasien di desa lagi banyak dan harus diantar ke RS." Pria yang mengenakan setelan perawat menjelaskan seraya mengatupkan kedua tangan seraya memohon dan untuk mencairkan suasana.

"Tenang para putri pesanan kalian sudah siap semua di mobil dan Pak Hasan siap mengantarkan kalian Gang lampu lalu pulang ke Istana masing-masing." Pria yang menggunakan kemeja warna biru muda dan sedang bergantian tugas dengan apoteker sebelumnya menambahkan ucapan supaya suasana mencairkan suasana.

Sebenarnya hal seperti itu sudah biasa terjadi, karena mereka sahabat saat menjadi relawan di wilayah bencana kemudian berlanjut persahabatannya dengan mendirikan sebuah klinik.Dari pakaian dan beberapa kalimat ucapan mereka, Kasa tau kalau ada seorang dokter, satu perawat dan satu orang apoteker yang merangkap sebagai kasir. Kasa keluar dari klinik dan hendak berjalan pulang. Di jalan Kasa melihat becak dan penariknya di dalamnya sedang asyik menyeruput minuman jahe hangat, ia tak pernah naik becak. Kasa tak pernah tega naik becak karena penariknya harus mengayuh dan ada penumpang di dalamnya. Namun, malam itu Ia ingin menikmati angin malam dan memandang sekeliling.

Kasa menghampiri becak dan penariknya menyambutnya dengan ramah.

"Mari den, mau ke mana saya antarkan?" Tawarnya ramah sambil mengembalikan gelas ke pemilik warung.

"Ke perumahan berlian Pak ."Jawab Kasa sambil menunjuk belokan depan.

"Oh ya, mari den, dekat kok itu." Ia memutar posisi becaknya dan menyilahkan Kasa naik.

Ayuhan becak yang pas untuk menikmati angin malam beserta pemandangan malamnya. Ada perasaan berbeda pada Kasa, ada perasaan tak tega pada Bapak penarik becak, namun ada perasaan kagum padanya. Kalau Kasa hanya sekedar memberi uang pada Bapak penarik becak, pasti Bapak penarik becak juga tak mau menerimanya. Kasa menangkap perasaan tulus dari seorang penarik becak ini dalam bekerja. Apakah ia tak takut kalau terkena penyakit karena angin malam ? Salah satu pertanyaan pada benak Kasa. Ketika becak hampir belok, sebelumnya ada gang yang memancarkan cahaya dari lampu, namun lampunya terang sekali. Aroma masakan tercium ketika baru di depan gang, membuat Kasa sangat lapar dan ingin ke sana.

"Pak, kita makan dulu di sini ya?" Spontan Kasa mengajak penarik becak yang ia naiki.

Kasa kaget dengan diri sendiri, tak pernah ia sepeduli dan seakrab ini pada orang lain. Penarik becak itupun juga kagetdengan yang baru saja di dengarnya. Tak percaya dengan orang seperti Kasa mau makan di tempat yang tak mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun