Secara faktual bisa dikatakan, Ikhwanul Muslimin adalah anak kandung ideologi Barat yang sekaligus memusuhi induknya. Dari fasisme-Mussolini Itali, Ikhwanul Muslimin mengadopsi sistem totalitarianisme dan negara sentralistik, namun menolak nasionalisme. Dari komunisme Uni Soviet, mereka mengadopsi totalitarianisme, sistem penyusupan dan perekrutan anggota (cell system), strategi gerakan, dan internasionalisme, namun menolak ateisme. Berdasarkan fakta ini beberapa ahli menyebut Ikhwanul Muslimin dan garis keras lainnya sebagai Islamofasisme, yakni sebuah gerakan politik yang bertujuan mewujudkankekuasaan mutlak berdasarkan pemahaman mereka atas al'Qur'an.
(h.79-80)
c.      Perkawinan Wahabi-Saudi danIkhawanul Muslimin = Al Qaeda
Perang Afghanistan melawan Uni Soviet memikat banyak anggota garis keras dari seluruh dunia, termasuk pendiri Laskar Jihad, Ja‘far ‘Umar Thalib, dan beberapa pelaku kampanye teror Jamaah Islamiyah, termasuk Hambali, Imam Samudra, dan Ali Ghufron. Bahkan, Jamaah lslamiyah —yang didirikan oleh mantan anggota Darul Islam, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir— punya kaitan erat dengan al Qaedah melalui Hambali, yang sebelum tangkap termasuk pengurus inti alQaedah.
Secara struktural, para pengurus inti al Qaedah beretnik Arab dan berasal dari Timur Tengah kecuali Hambali. Hambali adalah komandan militer jamaah Islamiyah yang berjuang untuk melenyapkan NKRI dan menggantinya dengan khilafah internasional. Jamaah Islamiyah bertanggung jawab atas banyak peledakan bom di Indonesia seperti pemboman hotel Marriott, Bursa Efek Jakarta(BEJ), Bandara Soekarno-Hatta, Bom Bali, pemboman di berbagai gereja, dan usaha pembunuhan Duta Besar Filipina. Bahkan, bom di Masjid lstiqlal yang berskala kecil termasuk aksi JI sebagai usaha menumbuhkan sentimen keagamaan bahwa ada serangan terhadap Islam Indonesia.
Al Qaedah adalah keturunan lain dari perkawinan Wahabi— IkhwanulMuslimin, yang jelas terlihat dari kehadiran para Wahabi-Saudi yang dipimpin Osama bin Laden (murid Muhammad Qutb-pengganti Al Banna dan dijadikan oleh Arab Saudi dosen di Universitas Al Azhar) dan Ayman al—Zawahiri bersama para pengikutnya.Al-Zawahiri yang sudah menjadi anggota lkhwanul Muslimin sejak berusia 14 tahun sangat kuat dipengaruhi Sayyid Qutb, dan adalah pemimpin kedua al Jihad—dikenal dengan nama Egyptian Islamic Jihad— yang bertanggung jawab atasterbunuhnya Presiden Mesir, Anwar Sadat pada tahun 1981.
(h.84)
d.     Gerakan Transnasional di Indonesia
Awal Wahabi di Indonesia
Gerakan Padri
Gerakan Padri berawal dari perkenalan Haji Miskin, Haji Abdurrahman, danHaji Muhammad Arif dengan Wahabi saat menunaikan ibadah haji pada awal abadke-l9, ketika itu Makkah dan Madinah dikuasai Wahabi. Terpesona oleh gerakanWahabi, sekembalinya ke Nusantara (Indonesia) Haji Miskin berusaha melakukangerakan pemurnian sebagaimana dilakukan Wababi, yang juga didukung oleh duahaji yang lain.(29) Pemikiran dan gerakan mereka setali tiga uang denganWahabi, mereka memvonis tarekat Syattariyah, dan tasawuf secara umumnya, yangtelah hadir di Minangkabau beberapa abad sebelumnya sebagai kesesatan yangtidak bisa ditoleransi, di dalamnya banyak takhayul, bid‘ah, dan khurafat yang harus diluruskan, kalau perlu diperangi.(30) Tuanku Nan Renceh, misalnya, memusuhi Tuanku Nan Tuo, gurunya sendiri karena yang disebut terakhir lebih memilih bersikap moderat dalam mengajarkan Islam. Tuanku Nan Renceh jugamengkafirkan Fakih Saghir, sahabat dan teman seperguruannya, dan menyebutnyasebagai raja kafir dan rahib tua hanya karena tidak berbagi pandangan keagamaandengannya.(31)