Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional. Namun tidak dengan Gavin, ini momen pertama kalinya ia merayakan Hari Musik Nasional di Gedung Kesenian Jakarta. Gavin yang saat itu masih duduk dibangku SMP, kebingungan harus berbuat apa saat menghadiri acara tersebut.
Terlebih lagi ia menghadiri acara ini karena ada tugas dari sekolah untuk membuat laporan hasil observasi terkait perayaan Hari Musik Nasional yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta. Ditengah kebingungan Gavin, tiba-tiba terdengar seruan dari MC untuk berkumpul menuju panggung utama karena acara inti akan segera dimulai.
Gavin dan beberapa kerumunan orang bergerak menuju ke panggung utama untuk menyaksikan acara inti tersebut. Ternyata di panggung utama sedang ada penampilan dari salah band ternama di Indonesia.
Gavin sangat antusias sekali melihat band tersebut tampil, terlebih lagi gitaris band tersebut dapat memainkan melodi-melodi indah yang membuat Gavin terpukau. Dalam hati Gavin berkata, “Suatu saat, aku pasti bisa bermain gitar seperti itu.”
Setelah acara Hari Musik tersebut selesai, Gavin kembali pulang kerumah dengan membawa semangat yang menggebu-gebu untuk berlatih bermain gitar dan berkeinginan menjadi gitaris profesional. Namun Gavin sadar, ia belum punya gitar untuk dimainkan. Lalu ia mencoba menghampiri ibunya untuk meminta dibelikan gitar.
“Bu, aku ingin sekali berlatih bermain gitar. Tapi aku belum punya gitar bu,” kata Gavin. “Hahaha Ibu sudah menduga, pasti kamu ingin dibelikan gitar kan?” tanya Ibu.
“Iya bu…” ucap Gavin (sambil memasang muka penuh harapan).
“Ah.. Tidak-Tidak !!!” bentak Ibu.
“Kenapa bu?” tanya Gavin.
“Sudah lah kamu belajar saja yang rajin, tidak usah bermain gitar. Mau jadi apa kamu kalau bermain gitar saja.” ucap Ibu.
Akhirnya Gavin pergi menuju ke kamar dengan perasaan sedih dan pasrah karena Ibunya tidak mau membelikan gitar. Sesampainya Gavin dikamar, ia bertanya-tanya mengapa ibu tidak mau membelikan aku gitar? padahal dengan bermain gitar, aku dapat melatih kepekaan ku terhadap nada dan mungkin aku dapat menciptakan karya dari situ.
Namun Gavin sadar, ia tidak boleh egois karena saat ini ibunya lah yang menjadi tulang punggung keluarga dan merawat ia seorang diri. Gavin adalah anak tunggal dan ia hanya hidup berdua dengan ibunya saja, Ayah Gavin meninggal karena serangan jantung saat Gavin berusia 3 bulan.
Sampai sekarang Gavin tidak tau apa latar belakang ayahnya semasa hidup, Ibunya hanya berkata “Jadilah orang yang sukses dan berguna bagi orang lain, jangan seperti ayahmu dulu.” Dari perkataan ibu tersebut, seolah-olah ada yang ibu tutupi tentang masa lalu Ayah Gavin.
Keesokan harinya Gavin kembali menjalani rutinitas seperti biasa yaitu sekolah. Saat ini Gavin duduk dibangku kelas 2 SMP, yang dimana waktu tersebut sangat cocok untuk Gavin mengembangkan minat dan bakatnya.
Sampai suatu waktu terdapat acara demo ekstrakurikuler di sekolahnya. Saat itu satu persatu ekstrakurikuler unjuk gigi di depan siswa-siswi kelas 2, dengan harapan siswa-siswi tersebut dapat bergabung dengan ekstrakurikuler yang diminati. Gavin memperhatikan masing-masing demo ekstrakurikuler mulai dari ekstrakurikuler basket, voli, tari, karawitan, musik,dll.
Akhirnya Gavin tertarik pada ekstrakurikuler musik karena ia beranggapan bahwa dengan mengikuti ekstrakurikuler ini Ia dapat berlatih bermain gitar.
Setelah acara demo tersebut selesai, Gavin langsung menghampiri pengurus ekstrakurikuler musik untuk mendaftar menjadi anggota dan saat ini ia resmi menjadi anggota ekstrakurikuler musik.
Pada ekstrakurikuler musik ini terdapat beberapa bidang yang dapat diikuti sesuai dengan alat musik yang ingin dipelajari. Tentu saja Gavin memilih menekuni alat musik gitar karena ia ingin berlatih bermain gitar dan berkeinginan menjadi gitaris profesional.
Namun ia sadar bahwa ia tidak mempunyai gitar untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Untungnya sekolah telah memfasilitasi ekstrakurikuler tersebut dengan studio musik yang cukup luas dan peralatan musik yang lengkap.
Tak terasa sudah 3 bulan Gavin mengikuti ekstrakurikuler musik ini. Gavin mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bermain gitar. Bahkan ketika anggota lain masih belajar menghafal kunci dasar, Gavin sudah bisa mengiringi satu lagu dengan menggunakan kunci balok (barre).
Semua temannya heran, bagaimana Gavin bisa belajar secepat itu?. Ternyata Gavin bisa belajar secepat itu karena ia sering berlatih, ia berlatih di studio musik milik sekolah di luar jam ekstrakurikuler.
Oleh karena itu, ketika kegiatan ekstrakurikuler musik sedang berlangsung, Gavin lebih lancar bermain gitar dibandingkan dengan temannya yang lain. Tak sia-sia perjuangan Gavin dalam berlatih selama ini.
Pada suatu saat setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, tiba-tiba muncul kembali dalam benak Gavin bahwa ia ingin memiliki gitar sendiri untuk digunakan di rumah. Namun kali ini ia tidak meminta kepada ibunya lagi, melainkan ia akan menabung untuk membeli gitar baru.
Akhirnya Gavin pun mulai menabung untuk membeli gitar baru, ia sisihkan separuh uang jajannya untuk ditabung. Setelah satu bulan Gavin menabung, ia berpikir bahwa tabungannya tidak akan cukup untuk membeli gitar dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, Gavin memutar otak untuk membuka usaha berjualan alat tulis yang dijual kepada teman-temannya di kelas.
Dua bulan kemudian usaha Gavin tersebut membuahkan hasil yang maksimal, hingga ia dapat membeli gitar baru dari hasil keringatnya sendiri. Gitar baru tersebut yaitu Gitar Akustik dengan senar nylon, yang ia beli dengan harga 1,5 juta lengkap dengan pick dan capo nya. Gitar ini akan membantu Gavin untuk berlatih bermain gitar secara maksimal di rumah.
Namun dengan gitar barunya tersebut kebiasaan Gavin mulai berubah. Awalnya Gavin adalah anak yang rajin dan selalu tepat waktu, tapi kini ia sering lupa waktu karena asyik bermain gitar terus dikamar.
Kamar Gavin berada di lantai 2, sedangkan kamar ibunya berada di lantai 1. Gavin beranggapan bahwa beda lantai akan membuatnya leluasa bermain gitar tanpa sepengetahuan ibu. Namun kejadian apes dialami Gavin malam ini, ia bermain gitar cukup kencang hingga terdengar oleh ibunya di lantai bawah.
Mendengar suara gitar tersebut, sontak membuat Ibu terkejut bukan main, dan membuat Ibu penasaran dari mana suara tersebut berasal. Setelah ibu dengar baik-baik, ternyata suara tersebut berasal dari kamar Gavin yang berada di lantai 2. Tanpa berpikir panjang, Ibu langsung menuju ke kamar Gavin dengan keadaan emosi.
“Tok..tok..tok..“ (ibu mengetuk pintu kamar Gavin)
“Gavin… keluar kamu!” bentak Ibu.
Mendengar suara ibu tersebut, sontak Gavin terkejut dan berhenti bermain gitar.
“Iya bu,” ungkap Gavin (sambil membuka pintu kamar).
“Bermain apa kamu?” tanya Ibu.
“Gi--Gitar bu,” ucap Gavin.
“Dapat dari mana kamu gitar itu?” tanya Ibu.
“Gavin menabung bu untuk membeli gitar ini,” ucap Gavin.
“Kamu masih ingat kan perkataan ibu 2 bulan yang lalu?” tanya Ibu.
“I--Ingat bu…” ucap Gavin.
“Lalu kenapa kamu masih saja tidak menuruti perkataan ibu?” tanya Ibu.
“Gavin ingin berlatih bermain gitar dan menjadi gitaris profesional bu,” ucap Gavin.
“Sudah...sudah.. bawa kemari gitar mu,” ucap Ibu.
“Iya bu,” ucap Gavin.
Gavin pun mengambil gitarnya dan langsung diberikan kepada Ibu. Namun hal tak terduga dilakukan oleh Ibu, Ibu langsung membanting gitar tersebut di hadapan Gavin hingga rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Melihat kejadian itu Gavin sangat kaget dan sedih, sampai-sampai ia tak mau keluar kamar selama 2 hari karena trauma dengan apa yang telah dilakukan oleh ibunya.
2 tahun setelah kejadian tersebut berlalu, kini Gavin telah duduk di bangku SMA. Ia masuk di salah satu SMA terfavorit di kotanya. Kehidupan Gavin di SMA disibukan dengan belajar,belajar,dan belajar karena ia masuk di jurusan IPA yang dimana mata pelajarannya sangat sulit dan butuh waktu yang banyak untuk belajar.
Dikelas Gavin memang bukan anak yang terlalu pintar, namun saat pelajaran seni ia jagonya. Sampai suatu saat sepulang sekolah, Gavin melihat ada pengumuman perekrutan anggota band baru yang ditempel pada mading. Sempat terlintas dibenak Gavin, “apa aku mendaftar saja ya.” Namun Gavin masih trauma dengan kejadian yang ia alami 2 tahun silam.
Akhirnya Gavin melanjutkan perjalanan pulangnya, dengan dihantui oleh perasaan bimbang antara melanjutkan keinginan ia dulu atau tetap menjalani kehidupan seperti anak SMA pada umumnya. Sesampainya dirumah Gavin merenung di kamar untuk memikirkan pilihan yang cocok untuk dirinya.
Akhirnya Gavin memutuskan untuk ikut perekrutan anggota band baru disekolahnya, dan Gavin siap untuk menghadapi resiko yang akan datang. Keesokan harinya, Gavin langsung mendaftar untuk menjadi anggota band dengan posisi sebagai gitaris.
Sepulang sekolah, ia mulai mengikuti audisi dan menunjukan semua kemampuan yang ia pelajari dulu dalam bermain gitar. Alhasil dengan kemampuan yang Gavin miliki, ia diterima menjadi gitaris baru di band sekolahnya dan mulai besok ia dapat berlatih dengan anggota band lainnya.
Keesokan harinya ia mulai berlatih bermain band dengan teman-temannya. Band mereka tersebut memiliki 5 personil yaitu, Arvin sebagai basis, Reno sebagai drummer, Vano sebagai pianis, Rezvan sebagai vokalis, dan Gavin sebagai gitaris. Setelah kurang lebih 1 bulan mereka berlatih, akhirnya band mereka akan manggung di acara pensi di sekolah.
Penampilan perdana mereka di acara pensi tersebut membawakan lagu ‘Dan’ dari Sheila on 7 yang mampu membuat semua penonton bernyanyi bersama.
Esok harinya setelah penampilan perdana dari band mereka, tiba-tiba Reno menginformasikan kepada semua anggota untuk berkumpul di ruang kepala sekolah karena band mereka dipanggil oleh Bapak Kepala Sekolah.
Lantas Gavin dan teman-temannya yang lain bergegas menuju ruang kepala sekolah. Sesampainya di sana, Bapak Kepala Sekolah langsung menyambut mereka dengan senyuman hangat dan mempersilahkan mereka duduk di bangku yang telah disediakan.
“Assalamualaikum wr wb.. Selamat Pagi Semua,” ucap Kepala Sekolah.
“Waalaikumsalam wr w.. Pagi Pak,” ucap Reno,Vano,Rezvan,Arvin,dan Gavin.
“Terimakasih semuanya telah berkumpul di ruangan saya dan Mohon maaf sekali bapak mengganggu jam pelajaran kalian, Bapak disini mengumpulkan kalian untuk memberitahukan informasi yang penting dan ada peluang yang besar untuk band kalian.” ucap Kepala Sekolah.
“Peluang apa pak?” tanya Vano.
“Jadi, sekolah kita diundang oleh Kemendikbud untuk menjadi pengisi acara di Hari Musik Nasional. Acara kali ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya karena tahun ini akan disiarkan secara live oleh salah satu stasiun televisi terbesar di Indonesia. Ini adalah kesempatan kalian untuk unjuk gigi,” ucap Kepala Sekolah.
“Wah kesempatan besar untuk band kita,” seru Reno dengan bersemangat.
“Lalu apa saja pak yang perlu kami persiapkan?” tanya Rezvan.
“Pertama, kalian harus mengisi surat perizinan orang tua terlebih dahulu sebelum tampil di acara tersebut, suratnya nanti akan Bapak bagikan dan jangan lupa harus ditandatangani orang tua,” ucap Kepala Sekolah.
Mendengar perkataan Bapak Kepala Sekolah tadi, Gavin langsung lemas dan bingung karena Ibu Gavin pasti tidak menyetujui.
“Kedua, kalian harus berlatih dengan sungguh-sungguh supaya penampilan kalian di acara Hari Musik Nasional dapat maksimal,” ucap Kepala Sekolah.
“Siap pak…” sahut Reno,Vano,Rezvan,Arvin,dan Gavin.
“Baik kalau begitu Bapak akhir pertemuan hari ini, Jangan lupa untuk mengisi surat perizinan dan berlatih secara rutin,” ucap Kepala Sekolah.
Setelah itu mereka meninggalkan ruangan kepala sekolah dan kembali ke kelas masing-masing. Ditengah perjalanan menuju kelas Reno menegur Gavin karena dari tadi Gavin melamun terus,“Vin kenapa kamu tadi melamun saja saat di ruang kepala sekolah,ada masalah kah?” tanya Reno.
“Tidak kok ren, aku baik-baik saja.” jawab Gavin.
“Kalau ada masalah sebaiknya kamu cerita saja padaku,” ucap Reno.
“Iya ren..” jawab Gavin.
Gavin memang sengaja tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Reno karena ini adalah urusan keluarga Gavin. Sepulang sekolah Gavin langsung menuju kerumah dan bersiap untuk meminta izin Ibu terkait dengan tampil di acara Hari Musik Nasional. Sesampainya dirumah, Gavin langsung menemui Ibunya untuk meminta izin.
“Ibu, Gavin ingin bicara sebentar.” ucap Gavin.
“Iya vin, ada apa?” tanya Ibu.
“Jadi begini bu, Jujur..Gavin selama 1 bulan belakangan ini ikut bermain band di sekolah dan hari minggu kemarin Gavin dan teman-teman tampil di acara pensi sekolah,” ucap Gavin.
“Hah!! Apa kamu bilang..” seru Ibu.
“Ibu kan sudah bilang, tidak usah bermain band atau musik lagi. Kamu masih saja tidak nurut,” ucap Ibu.
“Maaf bu, Gavin tidak bisa meninggalkan minat Gavin ini karena Gavin terlanjur senang bermain Gitar,” ucap Gavin.
“Ibu kecewa dengan mu Vin,” ucap Ibu (dengan nada sedih).
“Maaf bu..” ucap Gavin.
Setelah Gavin merasa cukup berani, akhirnya Gavin berkata kepada Ibu tentang maksud dan tujuannya.
“Jadi begini bu, Gavin sebenarnya kemari ingin meminta izin kepada Ibu bahwa Gavin dan tim band ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mengisi acara Hari Musik Nasional yang diadakan oleh Kemendikbud dan disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi,” ucap Gavin.
“Sudah lah vin tidak usah aneh-aneh, kamu cukup belajar yang rajin saja Ibu sudah senang. Jangan sampai kamu mengulangi kembali kesalahan yang dilakukan oleh Ayahmu dulu,” ucap Ibu.
Mendengar perkataan Ibu tersebut menimbulkan rasa penasaran Gavin terhadap apa yang dialami oleh Ayahnya dulu.
“Ada apa sebenarnya dengan Ayah ku dulu bu, apa yang terjadi?” tanya Gavin.
Tiba-tiba Ibu menangis di hadapan Gavin karena tidak sanggup untuk menceritakan yang sebenarnya.
“Loh Mengapa Ibu menangis?” tanya Gavin.
“Mohon maaf bu jika perkataan Gavin salah,” ucap Gavin.
Dengan tersendu-sendu, akhirnya Ibu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan ayah Gavin dulu.
“Jadi begini Vin, dulu ayahmu adalah seorang gitaris yang terkenal. ia bergabung dengan salah satu band terbesar di Indonesia. Tapi…” ucap Ibu.
“Tapi apa bu?” tanya Gavin.
“Tapi ayahmu menyalahgunakan ketenaran dan kehebatannya untuk hal-hal negatif,” ucap Ibu.
“Sebenarnya sebelum bergabung dengan band itu, ayahmu adalah orang yang baik dan sopan. Namun sifat ayahmu berubah drastis ketika bergabung dengan band itu. Ayahmu menjadi pemabuk dan suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Katanya ia melakukan hal itu untuk mencari inspirasi dalam membuat lagu atau karya baru. Hingga suatu saat ketika kamu baru usia 3 bulan, kejadian naas menimpa ayahmu. Saat itu ayahmu sedang sakau karena ‘barang’ yang ia pakai telah habis, hingga Ayahmu mengalami serangan jantung. Dokter pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi karena serangan jantung yang dialami oleh ayahmu cukup fatal, hingga menyebabkan ayahmu meninggal dunia,” ucap Ibu.
Mendengar cerita Ibu tersebut membuat Gavin menangis sambil bersandar dibahu Ibu.
“Maafkan Ibu vin, Ibu baru cerita sekarang kepadamu,” ucap Ibu.
“Tidak apa-apa bu,” ucap Gavin.
“Gavin janji kepada Ibu bahwa Gavin tidak akan mengulangi kesalahan yang diperbuat ayah dulu, Gavin akan menjadi musisi yang bersih dari miras dan segala macam obat-obatan terlarang,” ucap Gavin.
“Ibu doa kan yang terbaik untukmu Vin dan ingatlah semua perkataan yang diucapkan Ibu,” pesan Ibu kepada Gavin. Akhirnya setelah percakapan Ibu dan Gavin selesai, Ibu mengizinkan Gavin untuk tampil di acara Hari Musik Nasional.
Hari penampilan Gavin pun tiba, dari pagi ia telah mempersiapkan dirinya sebelum tampil di acara Hari Musik Nasional. Latihan sudah dijalani dengan maksimal, doa restu pun juga sudah didapat dari Ibu.
Gavin berharap ia dapat tampil memuaskan malam ini karena penampilan Gavin ini menjadi ajang pembuktian kepada Ibu bahwa ia serius ingin menjadi musisi dan gitaris profesional.
Acara Hari Musik Nasional pun dimulai dan disiarkan secara langsung melalui stasiun televisi. Ibu Gavin ikut menyaksikan penampilan Gavin dari layar kaca televisi di rumah.
Saat giliran band Gavin tampil Ibu Gavin sangat bangga pada Gavin, hingga Ibu meneteskan air mata bahagia karena melihat anaknya bersungguh-sungguh dalam mengejar impian dan sukses tampil dengan maksimal di acara Hari Musik Nasional tersebut.
***
My Estafet team
'Tim Tanpa Nama'
Andre Zalukhu, Una Anshari dan Ade Guntur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H