Definisi Tarekat Â
    Dari segi etimologi, kata tarekat yang berasal dari bahasa arab  merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata - - yang memiliki arti (jalan, cara), (metode, sistem), (madzhab, aliran, haluan), dan (keadaan) (Ahmad Warson Munawwirr, 1997: 849). Dari pengertian yang dipaparkan di atas, istilah tersebut dapat mempunyai dua arti, yaitu suatu sistem ilmu jiwa akhlak yang mengelola ruh individu dan berbagai sistem persiapan dunia lain yang dijalankan sebagai persekutuan dalam suatu pertemuan persaudaraan Islam. (Muhammad Sabit al Fandi, dkk.: 172).
    Pentingnya tarekat harus terlihat dari sikap, Zamakhsyari Dhofier yang mencirikannya sebagai perkumpulan hierarkis (dalam iklim adat islam) yang melengkapi tindakan pengakuan tertentu serta mengemukakan sumpah dimana persamaannya tidak sepenuhnya ditentukan oleh otoritas organisai  tersebut.
   Sementara itu, Trimingham mencirikannya sebagai cara mengarahkan yang masuk akal, mengarahkan siswa secara tertata dengan pemikiran dan aktivitas, yang terus-menerus dikendalikan ke tingkatan yang lebih tinggi (maqamat) untuk merasakan hakikat yang sebenarnya. (Trimingham, Madzhab Sufi, h. 3-4.)
    Abu Bakar Aceh menggambarkan tarekat sebagai suatu cara, sekaligus arahan dalam mengerjakan sesuatu ibadah, dimana ibadah tersebut disesuaikan dengan anjuran dan diteladani oleh Nabi dan diselesaikan oleh sahabat dan tabi'in, yaitu di sela-sela waktu kepada para guru, berbaur dan berpegangan. Guru yang memberikan bimbingan dan wewenang disebut mursyid, tugasnya bukan hanya memberikan pelajaran tetapi juga dapat memimpin murid-muridnya setelah mendapat pengakuan dari gurunya, sesuai tertuang pada garis keturunan keluarganya. Sejalan dengan itu, para ahli tasawuf yakin bahwa persyaratan ilmu syariat dapat dijalankan dengan cara yang paling ideal. (Abubakar Aceh, 1993: 67).
    Pengertian "tarekat" masih bersifat spekulatif, namun disebutkan bahwa "tarekat" berfungsi sebagai pedoman bagi tumbuhnya syariah hingga terwujud sepenuhnya dengan tingkatan pendidikan tertentu yang dikenal dengan "maqamat" dan "ahwal." Adapun pengertian tarekat adalah hasil usaha diri sendiri melalui jalan yang mengarahkan kepada Allah SWT, seperti yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Nawawi al-Banteni al-Jawi tarekat adalah mengerjakan perkara yang wajib dan sunnah, meninggalkan hal-hal terlarang, berdiam diri, menghindari sesuatu yang berlebihan dan berusaha ikhlas melalui ikhtiar mujahadah dan riyadhah (Muhammad Agus & Muhammad Kamil, 23 April 2014).
    Dicirikan pula bahwa tarekat adalah suatu perkumpulan ramah tamah yang ditetapkan berdasarkan standar dan pengaturan tertentu, dimana perkumpulan ini berpusat pada kumpulan tindakan cinta dan pengakuan yang dibatasi oleh pedoman tertentu, yang pelaksanaannya bersifat umum dan mendalam.
    Dengan melakukan taubat, wara', muhasabah, muraqabah, tawakal, ridha, taslim, mengembangkan lebih lanjut etika, memantau kelemahan diri, atau mungkin menjalankan cinta karena amanah karena keridhaan Allah SWT dan kebutuhan untuk memperoleh Nur Makrifat, tarekat, dikatakan juga sebagai demonstrasi nafsaniyah yang bertumpu pada sir (misteri) dan jiwa
   Maka dikatakan kembali bahwa tarekat adalah pekerjaan mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan melalui kesatuan dengan-Nya. Meskipun demikian, ini adalah pertemuan individu sehingga pelaksanaannya kadang-kadang berubah dari satu ke yang lain. Selanjutnya dinyatakan bahwa tidak ada batasan jumlah individu yang terikat, mengingat setiap individu harus mencari dan membuat tingkah lakunya sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh bakat dan kesanggupannya atau tingkat kerapian jiwanya.
Unsur-Unsur TarekatÂ
1. Guru