Saat itu waktu telah menunjukkan pukul duabelas siang ketika terdengar bunyi bel sekolah yang menandakan waktu belajar telah usai. Seketika ruang kelas berubah menjadi gaduh dari celoteh murid-murid yang bersemangat untuk bisa segera pulang ke rumah. Dengan sabar Pak Amir sebagai guru yang saat itu sedang mengajar di kelas meminta murid-murid untuk tenang sejenak. Setelah suasana ruang kelas kembali tenang, barulah Pak Amir mengajak seluruh murid-murid untuk berdoa bersama terlebih dahulu dan setelah selesai, Pak Amir mempersilakan murid-murid meninggalkan ruang kelas dan pulang ke rumah masing-masing.
Di halaman sekolah yang berdebu, terlihat Dimas dan Rifki sedang berjalan pulang bersama dan itu adalah saat terakhir kali mereka terlihat. Kedua anak itu telah menjadi sahabat karib sejak mereka masih kecil hingga saat ini mereka telah duduk di bangku kelas lima di sebuah Sekolah Dasar Negeri. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba muncul ide di kepala Dimas untuk mengajak Rifki bermain di pantai sambil menikmati sore yang cerah. Apalagi esok hari telah memasuki masa liburan sekolah selama dua minggu.
"Rifki, apakah kamu ada rencana nanti sore?" tanya Dimas sambil berjalan di samping Rifki.
"Sepertinya aku tidak ada rencana nanti sore. Apakah kamu mau mengajak aku bermain Dimas?" tanya Rifki dengan raut wajah penasaran.
"Sebenarnya aku ingin mengajakmu bermain di pantai, sambil aku juga ingin menunjukkan sesuatu kepadamu yang tentunya belum pernah kamu lihat," jawab Dimas dengan mengedipkan sebelah matanya untuk memantik rasa ingin tau Rifki.
"Wah! Sepertinya kamu mempunyai sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dari aku. Apakah ini benar-benar sesuatu yang sangat menarik Dimas?" tanya Rifki akhirnya dengan antusias.
"Aku jamin. Pasti kamu akan menyukainya serta terpesona ketika telah mengetahuinya," jawab Dimas dengan senyum bahagia di wajahnya.
"Baiklah kalau begitu. Kita akan bertemu di pantai pada pukul empatbelas lebih tigapuluh menit. Awas! Jangan sampai kamu tidak datang Dimas," timpal Rifki dengan tawa bahagia karena nanti sore akan bermain ke pantai dengan sahabat dekatnya.
"Aku pasti datang, tenang saja," pungkas Dimas dengan senyum bahagia.
Akhirnya Dimas dan Rifki berpisah di sebuah persimpangan jalan. Kedua sahabat itu berjalan ke arah yang berlawanan menuju ke rumah masing-masing.
***