Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Hutan Terlarang

2 Februari 2024   10:59 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:19 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan napas tersengal-sengal dan tenaga yang sudah terkuras habis, Susan memaksa kakinya untuk terus berlari dan berlari sejauh mungkin. 

Sementara itu, di belakang Susan sekelompok pria bertopeng sedang mengejarnya dengan satu tujuan, yakni membunuh. Dengan perasaan putus asa dan tak berdaya, Susan sudah tidak mengetahui lagi arah yang sedang ditujunya saat ini. 

Hutan ini seakan berubah menyerupai labirin yang membingungkan serta bisa menjadi perangkap bagi siapa pun orang luar yang memasukinya.

Susan terus berlari masuk lebih jauh ke dalam hutan belantara yang kini mulai diselimuti dengan kegelapan pekat. Sinar jingga matahari sore seakan tidak dapat menembus masuk ke dalam hutan karena terhalang oleh rimbunnya pohon-pohon tua yang menjulang tinggi ke atas yang membentuk seperti perisai. 

Tidak lama lagi senja pun akan menghilang dan akan segera digantikan dengan malam yang membawa selimut kegelapan yang mencekam. Karena sudah tidak mampu untuk berlari lebih jauh lagi, Susan akhirnya berhenti dan menyandarkan tubuhnya di balik sebuah batang pohon tua yang sangat besar. 

Susan segera mengeluarkan botol air minum yang isinya tinggal sedikit, lalu segera meminum habis air yang ada di dalamnya karena tenggorokannya sudah menjerit dikarenakan rasa haus yang menyakitkan. Setelah merasakan air yang membasahi tenggorokannya, susan lalu meletakkan botol air minum yang sudah kosong itu di tanah.

Dalam kesendirian dan kepanikan, Susan berusaha menenangkan kembali dirinya serta mengatur kembali napasnya yang sudah tidak beraturan. 

Tanpa sadar tubuh Susan perlahan-lahan mulai merosot hingga terduduk di tanah hutan yang lembap dan berbau kayu busuk. Susan berusaha memejamkan matanya untuk menghalau mimpi buruk yang sedang dialaminya sekarang. 

Akan tetapi, kejadian ini bukanlah sebuah mimpi buruk dan lebih parahnya lagi, saat ini Susan tengah terjebak di tengah hutan belantara tanpa ada seorang pun di luar sana yang mengetahui keberadaannya, ditambah lagi ada sekelompok pria misterius bertopeng yang sedang mengejarnya dengan niat untuk membunuh. 

Tanpa sadar air mata Susan mulai turun membasahi pipinya dan disusul dengan suara isak tangis seorang wanita yang sudah tidak berdaya, lemah, serta terperangkap seorang diri di tengah hutan belantara pada saat menjelang malam tiba.

Entah sudah berapa lama Susan menangis sambil duduk bersandar di sebuah batang pohon tua. Ketika Susan kembali membuka matanya, hutan telah diselimuti dengan kegelapan pekat dan terlihat kabut tipis melayang-layang rendah di udara bagaikan seorang penari. 

Tiba-tiba tubuh Susan menggigil hebat entah karena udara dingin malam yang menusuk atau dikarenakan kecemasan yang ia rasakan semakin memuncak. Susan semakin merapatkan tubuhnya di tanah hutan yang lembap dengan air mata yang sesekali masih turun membasahi pipinya. 

Tanpa sengaja, telinga Susan samar-samar mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berjalan mengendap-endap di dalam hutan yang sunyi dan sepi. Susan segera kembali duduk tegak dan memfokuskan indra pendengarannya untuk menangkap lebih jelas suara apa pun yang ada di tengah hutan belantara ini.

Susan akhirnya dapat memastikan, jika suara langkah kaki orang yang sedang mengendap-endap itu berasal dari balik pohon besar dan sepertinya sedang mengarah ke tempat Susan tengah beristirahat. 

Susan tidak punya pilihan lain kecuali kembali bergerak dengan perlahan supaya keberadaannya tidak diketahui oleh para pengejarnya. Susan mulai berdiri perlahan, lalu mengintip dari balik batang pohon tempatnya bersembunyi. 

Apa yang Susan lihat hanya berupa kegelapan pekat sejauh mata memandang. Akan tetapi, kali ini telinga Susan kembali mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berjalan perlahan, dan suara itu sepertinya berasal dari arah sebelah kanan dari tempat Susan berdiri.

   Susan menduga dirinya sedang disudutkan agar lebih mudah untuk ditangkap. Namun, Susan bertekad tidak akan membiarkan dirinya tertangkap dan menghadapi nasib yang sudah pasti. Susan mulai berjalan dengan perlahan agar langkahnya tidak menimbulkan suara berisik di tengah kesunyian hutan belantara. 

Dalam gelapnya hutan belantara, ditambah kabut yang semakin tebal membuat Susan hanya bisa meraba-raba jalan yang dilaluinya. Susan dapat merasakan kehadiran sekelompok pria bertopeng yang memburunya berada tidak jauh dari tempatnya berjalan sekarang.

Karena didorong oleh rasa takut akan keberadaan dirinya diketahui oleh sekelompok pria betopeng yang mengejarnya. Susan akhirnya memutuskan untuk berlari secepat yang ia bisa lakukan tanpa mempedulikan lagi apa yang ada di depannya. Dengan sisa-sisa tenaga yang hampir habis, Susan mulai berlari menerobos gelapnya hutan belantara. 

Keputusan yang Susan ambil ini langsung membuat keberadaan dirinya diketahui dan dimulailah kembali pengejaran terhadap Susan. Ketika sedang berlari kencang, Susan tidak menyadari ada sebuah ranting pohon yang mencuat ke samping. Hingga akhirnya, bagian kiri perut Susan menabrak ranting pohon tersebut hingga patah. Kejadian ini langsung membuat tubuh Susan jatuh ke tanah yang disusul dengan jerit kesakitan.

Susan masih mengerang kesakitan sambil kedua tangannya meraba-raba bagian kiri perutnya. Dan alangkah terkejutnya, saat Susan mendapati ada sebuah patahan ranting pohon yang saat ini sedang menancap di perutnya. Susan berusaha bangkit untuk dapat berlari kembali, akan tetapi tubuhnya sudah tidak mampu lagi. Susan merasakan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan setiap kali ia berusaha menggerakkan tubuhnya. 

Campuran dari kelelahan, ketakutan, dan luka di perutnya membuat Susan akhirnya muntah-muntah dan mengeluarkan seluruh isi perutnya di atas tanah hutan yang basah. Saat ini kondisi Susan sudah sangat memprihatinkan karena kehilangan banyak darah, ditambah lagi dengan hawa dingin hutan yang membuat tubuhnya sudah tidak mampu untuk bangkit kembali. Susan akhirnya hanya terkapar diam di atas tanah yang dingin dengan napas yang mulai putus-putus. 

Pada saat itulah telinga Susan mendengar beberapa langkah kaki berjalan mendekat ke tempat ia tengah sekarat menanti ajal. Dalam waktu singkat, beberapa pria bertopeng telah berhasil menemukan tubuh Susan dan kini berdiri mengelilinginya.

Susan mengetahui jika sekelompok pria bertopeng itu telah menemukan dirinya dan kini sedang mengawasi dari balik topeng yang menutupi wajahnya. Dengan pandangan yang semakin lama semakin kabur dikarenakan kehilangan banyak darah dan juga kelelahan. Susan sempat berkata dengan suara pelan dan bergetar:

"Tolong ampuni aku ... Tolong ampuni aku ..."

Akhirnya, sang pemimpin kelompok pemburu itu muncul dari belakang dan langsung berdiri di atas tubuh Susan. Tersembunyi di balik topeng yang menyeramkan, pria itu mengawasi tubuh susan dengan dingin dan tanpa perasaan. Sang pemimpin segera berjongkok di samping kepala Susan, lalu tangan kiri sang pemimpin mulai mengangkat kepala Susan dengan perlahan. 

Susan masih bisa merasakan kepalanya mulai terangkat dari tanah. Tiba-tiba sesuatu yang Susan takutkan selama ini akhirnya benar-benar terjadi. Dengan perlahan tangan kanan sang pemimpin mengeluarkan sebuah belati tajam dari sarungnya, lalu dengan dingin dan tanpa belas kasihan menggorok leher Susan hingga putus dan terpisah dari tubuhnya. 

Mata Susan sempat terbelalak manakala besi tajam itu mulai mengiris lehernya yang segera diikuti dengan tubuhnya yang mulai mengejang hebat hingga akhirnya berhenti untuk selamanya. 

Setelah kejadian singkat itu, sang pemimpin menyuruh beberapa anak buahnya untuk membawa kepala beserta tubuh Susan yang sudah tidak bernyawa ke suatu tempat. Dalam hening dan dinginnya malam, sekelompok pria bertopeng itu pergi begitu saja meninggalkan tempat di mana baru saja terjadi pembunuhan sadis seolah hal itu tidak pernah terjadi.

*** 

Semua kejadian berdarah ini bermula ketika dua orang sahabat sedang melakukan perjalanan untuk menjelajah sambil berkemah menikmati alam bebas di tengah hutan belantara. Pada awalnya semua berjalan sesuai rencana. Susan bersama sahabatnya Andy terlihat begitu bersemangat menikmati suasana hutan yang sampai sejauh ini masih jarang dijamah orang. 

Jalan tanah yang dilalui Susan bersama Andy diapit oleh pohon-pohon raksasa yang sudah berusia ratusan tahun serta tumbuh tinggi menjulang ke atas. Selama perjalanan menjelajah hutan belantara terdengar suara burung yang saling bersahut-sahutan. Tidak terasa jalan kecil yang membelah hutan belantara ini akhirnya tiba di sebuah persimpangan. 

Di depan ada sebuah tanda berupa anak panah untuk selalu mengikuti jalur yang telah ditetapkan. Susan dan Andy melihat tanda anak panah itu, akan tetapi di kepala Andy muncul sebuah ide baru. 

Kedua sahabat itu memutuskan untuk berhenti sejenak sambil beristirahat menikmati roti isi beserta air putih yang mereka bawa sejak dari rumah. Setelah puas menikmati makanan ringan, Andy menoleh kepada Susan untuk menyampaikan sebuah ide gila yang ada di kepalanya.

   "Susan, aku mempunyai sebuah ide menarik yang ingin aku sampaikan kepadamu," kata Andy dengan penuh semangat.

   "Oh iya!" jawab Susan juga dengan penasaran. "Ide menarik apa yang kamu punya Andy, coba beri tahu aku?" pinta Susan dengan seulas senyum cantiknya.

   "Jika kita mengikuti tanda yang tertera di anak panah itu," kata Andy mulai menjelaskan, "maka kita hanya akan mengikuti jalan yang sudah sering dilalui oleh orang lain. Aku ingin mencoba rute jalan yang mungkin masih jarang dilalui oleh orang lain. Bagaimana kalau kita mencoba jalan hutan yang berlawanan dengan tanda dari anak panah itu?" tanya Andy pada akhirnya.

   "Kelihatannya menarik juga ide kamu Andy," jawab Susan spontan tanpa pikir panjang. "Aku setuju denganmu. Dan untuk mempersingkat waktu, mari kita lanjutkan perjalanan ini," pinta Susan dengan penuh semangat.

   Akhirnya, Susan dan Andy kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalan kecil yang tampaknya sampai sejauh ini belum banyak orang yang melaluinya. Dan benar saja, jalan itu lebih menantang serta memacu adrenalin mererka berdua. Sepanjang perjalanan, di kiri-kanan mereka dipenuhi dengan tanaman rambat yang tumbuh subur hingga hampir menutupi jalan. Dan sejauh mata memandang, terlihat deretan pohon-pohon tua yang tumbuh menjulang tinggi ke atas serta saling berdempetan hingga seperti membentuk sebuah kanopi alam bagi makhluk hidup yang ada di bawahnya. Setelah kurang lebih dua jam menyusuri jalan hutan yang asing ini, akhirnya Susan dan Andy tiba di depan sebuah jalan setapak yang dipahat dari batu. Jalan setapak ini terlihat menempel pada sebuah lereng bukit berbatu dan terus menanjak ke atas. Jalan setapak ini terlihat sangat berbahaya karena tidak memiliki pembatas di sampingnya dan langsung berbatasan dengan jurang yang sangat dalam. Sedikit kesalahan kecil saat melewatinya, maka nyawa yang menjadi taruhannya.

   Andy dan Susan berhenti sejenak untuk mengatur napas sambil menikmati pemandangan alam liar yang terbentang di hadapan mereka. Di kejauhan terlihat awan hitam pekat yang bergulung-gulung dengan sesekali kilatan petir menyambar keluar dari balik awan. Setelah beristirahat sejenak, Susan dan Andy mulai berjalan perlahan mendaki jalan setapak dengan sangat hati-hati. Perjalanan ini benar-benar membuat jantung Susan berdegup kencang dan napasnya kembali tak beraturan. Setelah memacu adrenalin dan bertaruh nyawa, akhirnya mereka tiba di ujung jalan setapak yang berada di atas sebuah puncak bukit. Susan dan Andy melihat keadaan sekitar yang ternyata begitu sunyi dan sepi, sejauh mata memandang hanya ada padang rumput bercampur dengan hutan. Situasi ini membuat Susan dan Andy seolah berada di tempat yang asing, terpencil, juga sedikit memancarkan aura misteri.

   Susan dan Andy kembali melanjutkan perjalanan dengan berjalan menyeberangi padang rumput setinggi orang dewasa. Setelah berhasil melalui padang rumput, kini mereka kembali memasuki hutan yang di beberapa tempat terlihat diselimuti dengan kegelapan. Ketika tengah berada di dalam hutan sambil berjalan, Susan tanpa sengaja melihat seperti ada sebuah tanah terbuka di depan mereka. Karena didorong oleh rasa penasaran, Susan dan Andy akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju ke tanah terbuka tersebut. Ketika mereka telah sampai di tepian tanah terbuka. Nampaklah apa yang ada di tengah tanah terbuka itu. Terlihat beberapa batu hitam dengan tinggi sekitar dua meter mencuat dari dalam tanah. Posisi dari batu-batu itu tidak beraturan dan seakan batu-batu itu muncul dari dalam tanah karena tertarik oleh suatu daya yang sangat kuat. Namun, ada sebuah benda yang berada tepat di tengah tanah terbuka yang begitu menarik perhatian Andy dan Susan.

   Benda itu mirip sebuah patung yang juga terbuat dari batu hitam dengan bentuk separuh badan orang dewasa, dan patung batu hitam itu memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Tidak cukup sampai di situ, tanah terbuka yang terbentang di hadapan mereka juga memiliki keanehan. Tidak terlihat satu pun rerumputan yang tumbuh di atas tanah terbuka yang berbentuk lingkaran sempurna. Seakan tanaman apa pun enggan atau tidak bisa tumbuh jika berada di dalam area tanah terbuka itu. Fenomena yang ada di hadapan mereka ini sungguh aneh dan juga tidak masuk di akal pikir Susan dan Andy dalam hati.

   "Andy," terdengar suara Susan berkata, "tempat apakah ini menurutmu?"

   "Aku tidak tahu Susan. Mungkin ini hanya sebuah tanah terbuka biasa yang berada di atas bukit dan sedikit terpencil, serta jauh dari jangkauan manusia."

   Susan mengeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan jawaban yang baru saja Andy sampaikan. Lalu, Susan kembali bertanya, "Apakah kamu tidak merasakan ada keanehan di tempat ini Andy? Di sini terasa begitu sunyi dan sepi, seakan ada nuansa misteri yang menyelimuti tempat di mana kita berada sekarang."

   "Jangan terlalu membayangkan hal yang bukan-bukan Susan. Seakan tempat ini seperti apa yang ada dalan film-film misteri Hollywood," jawab Andy dengan santai.

   "Andy," kata Susan. "Kata-kata yang baru saja engkau ucapkan terkesan merendahkan tempat ini. Sedangkan kita berdua tidak mengetahui tempat apakah ini sebenarnya. Jadi aku mohon, jaga ucapanmu di tempat asing seperti tempat di mana kita berada saat ini."  

   Mendengar nasihat yang baru saja Susan sampaikan, membuat Andy semakin tertantang untuk membuktikan jika tempat ini hanyalah sebuah tempat biasa dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, semua dugaan Andy ternyata salah dan harga yang harus dibayar dari semua kesalahan ini sangatlah mahal.

   "Aku akan berjalan masuk ke dalam area tanah terbuka ini untuk melihat lebih jelas bentuk batu-batuan yang mencuat dari dalam tanah itu. Apakah kamu mau ikut bersamaku Susan?" tanya Andy dengan penuh semangat sambil mengajak Susan untuk ikut bersamanya.

   Sebagai jawabannya, Susan hanya menggelengkan kepalanya. Karena ia tak ingin masuk ke sebuah tempat yang menurutnya asing tanpa meminta izin terlebih dahulu.

   "Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan lama dan segera kembali kemari, kamu tunggu di sini dan tetaplah waspada dengan keadaan sekitar," pinta Andy kepada Susan.

   "Aku akan menunggumu di sini, dan cepatlah kembali karena kita harus terus melanjutkan perjalanan," jawab Susan kini dengan raut wajah sedikit khawatir.

   Andy lalu berjalan dengan santai memasuki area tanah terbuka dan langsung menuju ke deretan batu-batuan yang mencuat dari dalam tanah. Ketika telah sampai di tempat batu-batuan itu berada, Andy mulai memerhatikan dengan seksama dan menemukan deretan simbol-simbol aneh, gambar-gambar serta tulisan yang tidak ia pahami maksud dan artinya terpahat di batu itu. Andy hanya mengeleng-gelengkan kepalanya karena bingung dengan apa yang baru saja ia temukan.

   "Andy, apa yang kamu lihat dan temukan dari batu-batuan yang mencuat itu?" terdengar suara Susan bertanya kepadanya dari tepian tanah terbuka.

   "Di seluruh batu-batuan yang mencuat ini terdapat beberapa simbol serta gambar, dan juga tulisan aneh yang tidak aku mengerti artinya sama sekali," jawab Andy dengan santai. "Sampai sejauh ini semuanya masih terlihat baik-baik saja," imbuhnya sambil melambaikan tangan.

   Setelah melihat batu-batuan hitam yang mencuat dari dalam tanah, Andy lalu berjalan menuju ke sebuah patung batu hitam dengan bentuk separuh badan orang dewasa yang berada tepat di tengah area tanah terbuka. Dengan santainya Andy menyapukan tangannya ke patung batu itu. Saat tangan kanannya mengusap wajah patung batu itulah, Andy merasakan ada sesuatu yang sedang menjalar ke sekujur tubuhnya. Tanpa sadar Andy mulai berjalan mundur dengan goyah seakan kehilangan keseimbangan, dan pada saat yang sama pandangan mata Andy masih terus tertuju ke wajah patung batu itu seakan jiwanya telah diambil dan terkunci ke dalam patung batu hitam itu.

   "Andy ayo cepat kembali ke sini! Kita tinggalkan tempat ini sebelum senja tiba," pinta Susan dari tepian tanah terbuka.

   Ketika Andy mendengar ajakan Susan, ia ingin segera berjalan kembali ke tempat Susan berada, akan tetapi, tubuhnya seakan tidak mau meninggalkan area tanah terbuka itu. Pada saat itulah Susan baru menyadari jika ada yang salah dengan prilaku Andy. Tanpa berpikir panjang Susan langsung berjalan ke area tengah tanah terbuka untuk menghampiri Andy. Setelah tiba di tempat Andy, Susan langsung menarik tangan Andy untuk segera menjauh dari area tanah terbuka itu. Saat berjalan menuju ke area tepian tanah terbuka itulah, Susan seperti mendengar suara gemerisik dari balik rimbunan pohon yang mengelilingi area tanah terbuka ini. Seketika Susan menghentikan langkahnya dan pandangannya terfokus ke depan tempat di mana suara gemerisik itu sepertinya berasal.

   "Aku baru saja seperti mendengar suara gemerisik dari balik rimbunan pohon yang ada di depan sana," kata Andy seolah baru tersadar dari sesuatu yang tadi sempat menjalari tubuhnya.

   "Iya, aku juga mendengarnya. Seperti ada sesuatu yang sedang mengawasi kita saat ini," jawab Susan dengan perasaan takut yang mulai berkecamuk di dalam dirinya.

   "Hei, siapa pun yang berada di balik rimbunan pohon, keluarlah dan tunjukkan dirimu! Jangan hanya bersembunyi seperti seorang penakut," teriak Andy dengan suara lantang seolah menantang.

   "Andy kenapa engkau bicara seperti itu?" kata Susan dengan suara pelan, "kita tidak tahu apa atau siapa yang berada di balik rimbunan pohon itu. Bisa jadi itu hanya salah satu hewan yang sedang melintas untuk mencari makan."

   "Sudahlah Susan. Siapa tahu, dengan cara seperti ini akan membuat siapa pun itu akan mau untuk menampakkan dirinya," jawab Andy dengan rasa percaya diri seperti biasanya.

   Beberapa menit telah berlalu dan tidak terdengar lagi suara gemerisik dari balik rimbunan pohon, dan seketika suasana hutan kembali menjadi sunyi seperti sediakala. Situasi ini malah membuat Susan merasa lebih takut serta tidak nyaman dengan semua ini. Sementara itu, Andy terus menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri guna mencari sesuatu yang terlihat mencurigakan atau suara yang terdengar oleh telinganya. Akan tetapi, sampai sejauh ini tidak ada apa pun yang terlihat bergerak dan suasana sunyi yang mencekam ini sepertinya akan berlangsung selamanya. Tiba-tiba dari balik rimbunan pohon nampaklah sesosok pria bertopeng dengan baju serba hitam yang dikenakannya berdiri tepat di tepian dari tanah terbuka sambil mengawasi Susan dan Andy yang tengah berdiri di tengah-tengahnya.

   Susan merasa begitu terkejut saat pertama kali melihat kemunculan sosok pria yang mengenakan pakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi wajahnya berdiri diam di tepian tanah terbuka. Andy juga tidak kalah terkejutnya saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Hilang sudah sifat arogan yang sebelumnya Andy tunjukkan dengan penuh percaya diri. Kini, Susan dan Andy hanya berdiri diam tanpa bisa berkata sepatah kata pun karena rasa terkejut dan juga bercampur dengan ketakutan. Tiba-tiba dari balik rimbunan pohon muncullah orang-orang yang berpakaian serba hitam dengan mengenakan topeng yang identik dengan sosok pria yang telah lebih dulu menampakkan diri. Dan sosok itu kini sedang berdiri diam bagaikan sebuah patung agung Sphinx.

   Susan mulai merasa panik dengan situasi yang tengah dihadapi saat ini, dan Susan juga merasakan adanya aura bahaya yang mengintai dari sekelompok pria bertopeng yang sedang mengawasi mereka dari area tepian tanah terbuka. Susan menoleh kepada Andy dan mendapati wajah sahabatnya mulai dipenuhi dengan bintik-bintik kecil keringat dingin.

   "Andy, siapakah orang-orang itu?" tanya Susan dengan suara pelan dan bergetar karena takut. "Langkah apa yang harus kita lakukan dalam situasi seperti sekarang?"

   "Aku tidak tahu Susan," jawab Andy sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu harus tetap tenang dan selalu berada di belakangku. Aku akan pergi ke sana untuk berbicara pada orang-orang itu," kata Andy mengeluarkan ide gila yang ada di kepalanya.

   "Apakah tidak terlalu berbahaya tindakan yang akan kamu ambil ini, Andy?" tanya Susan semakin khawatir.

   "Kita tidak punya pilihan lain Susan. Siapa tahu dengan aku berbicara pada orang-orang itu, kita dapat segera keluar dari situasi yang menegangkan ini," jawab Andy dengan sedikit keraguan yang tergambar jelas di wajahnya.

   "Jika itu adalah cara terbaik untuk keluar dari situasi yang mencekam ini, baiklah. Tapi satu pesanku Andy, berhati-hatilah dan selalu jaga ucapanmu saat berbicara pada mereka," pinta Susan dengan raut wajah yang menggambarkan kesedihan.

"Aku akan selalu mengingat nasehatmu Susan. Dan ingat juga pesanku, tetaplah di sini dan teruslah waspada dengan kehadiran orang-orang itu. Jika situasi berubah memburuk, aku memohon kepadamu, segeralah berlari keluar dari area tanah terbuka ini dan masuklah ke dalam rimbunan pohon yang berada di belakangmu, karena itu akan memberi sedikit perlindungan untukmu," pinta Andy dengan seulas senyum manisnya yang ternyata itu adalah senyuman terakhir untuk Susan.

***

   Andy akhirnya mulai berjalan perlahan meninggalkan Susan yang berdiri diam dengan raut wajah khawatir menuju ke tempat sekelompok pria berbaju hitam yang sedang berdiri diam sambil mengawasi dari area tepian tanah terbuka. Ketika Andy baru saja mulai berjalan sejauh kurang lebih sepuluh langkah, tiba-tiba langkahnya terhenti manakala sebuah anak panah menancap tepat di dadanya. Tubuh Andy sontak bergetar sejenak yang segera diikuti dengan darah segar yang mulai membasahi bagian depan dadanya. Andy berusaha sekuat tenaga dengan kedua tangannya mencabut anak panah yang baru saja menancap tepat di dadanya.

   Ketika Susan yang tengah berdiri diam melihat kejadian yang baru saja menimpa Andy. Seketika Susan menjerit histeris dengan suara keras yang memecah keheningan tanah terbuka itu. Susan tidak dapat menggerakkan tubuhnya saat melihat kengerian yang sedang berlangsung di hadapannya, manakala beberapa anak panah kembali menghujam tubuh Andy yang langsung membuatnya terkapar di atas tanah terbuka. Susan tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong Andy yang sedang sekarat menanti kematian yang pasti akan terjadi.

   Sekarang giliran nyawa Susan yang terancam oleh sekelompok pria berbaju hitam. Susan memutuskan untuk segera berlari menuju ke arah sebaliknya dan berusaha secepat mungkin keluar dari tanah terbuka ini dan masuk ke dalam rimbunan pohon yang ada di belakangnya. Dengan berurai air mata Susan berlari sekuat tenaga meninggalkan tubuh Andy yang tengah sekarat di tengah tanah terbuka, Susan juga tidak mengetahui saat pemimpin kolompok itu mulai berjalan memasuki tanah terbuka dan langsung mendekat ke tubuh Andy. Ketika telah berada di samping tubuh Andy, sang pemimpin kelompok segera berjongkok sambil menatap dingin wajah Andy yang mengerang kesakitan akibat beberapa anak panah yang menancap di tubuhnya. Dengan tenang, sang pemimpin kelompok mengeluarkan sebilah belati tajam dari sarungnya dan mulai mengangkat kepala Andy dengan sebelah tangan. Di saat-saat terakhir itulah Andy bisa melihat sepasang bola mata yang tersembunyi di balik topeng, dan apa yang Andy lihat adalah sebuah kegelapan pekat dan kengerian.

   Belati tajam yang dibawa sang pemimpin kelompok dengan tenang mulai menggorok leher Andy hingga terputus dari tubuhnya. Tubuh Andy sempat mengejang beberapa saat karena rasa sakit dan kengerian yang dirasakannya sebelum akhirnya tubuh Andy benar-benar berhenti untuk selamanya. Terlihat darah segar mulai membasahi tanah terbuka dari kepala Andy yang terpotong dengan mata terbelalak. Kemudian, sang pemimpin kelompok kembali berdiri sambil menghadap ke patung batu hitam dan mulai berbicara dengan suara serak yang menakutkan.

   "Tangkap wanita itu dan jangan sampai lolos."

-The End-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun