Dengan napas tersengal-sengal dan tenaga yang sudah terkuras habis, Susan memaksa kakinya untuk terus berlari dan berlari sejauh mungkin.Â
Sementara itu, di belakang Susan sekelompok pria bertopeng sedang mengejarnya dengan satu tujuan, yakni membunuh. Dengan perasaan putus asa dan tak berdaya, Susan sudah tidak mengetahui lagi arah yang sedang ditujunya saat ini.Â
Hutan ini seakan berubah menyerupai labirin yang membingungkan serta bisa menjadi perangkap bagi siapa pun orang luar yang memasukinya.
Susan terus berlari masuk lebih jauh ke dalam hutan belantara yang kini mulai diselimuti dengan kegelapan pekat. Sinar jingga matahari sore seakan tidak dapat menembus masuk ke dalam hutan karena terhalang oleh rimbunnya pohon-pohon tua yang menjulang tinggi ke atas yang membentuk seperti perisai.Â
Tidak lama lagi senja pun akan menghilang dan akan segera digantikan dengan malam yang membawa selimut kegelapan yang mencekam. Karena sudah tidak mampu untuk berlari lebih jauh lagi, Susan akhirnya berhenti dan menyandarkan tubuhnya di balik sebuah batang pohon tua yang sangat besar.Â
Susan segera mengeluarkan botol air minum yang isinya tinggal sedikit, lalu segera meminum habis air yang ada di dalamnya karena tenggorokannya sudah menjerit dikarenakan rasa haus yang menyakitkan. Setelah merasakan air yang membasahi tenggorokannya, susan lalu meletakkan botol air minum yang sudah kosong itu di tanah.
Dalam kesendirian dan kepanikan, Susan berusaha menenangkan kembali dirinya serta mengatur kembali napasnya yang sudah tidak beraturan.Â
Tanpa sadar tubuh Susan perlahan-lahan mulai merosot hingga terduduk di tanah hutan yang lembap dan berbau kayu busuk. Susan berusaha memejamkan matanya untuk menghalau mimpi buruk yang sedang dialaminya sekarang.Â
Akan tetapi, kejadian ini bukanlah sebuah mimpi buruk dan lebih parahnya lagi, saat ini Susan tengah terjebak di tengah hutan belantara tanpa ada seorang pun di luar sana yang mengetahui keberadaannya, ditambah lagi ada sekelompok pria misterius bertopeng yang sedang mengejarnya dengan niat untuk membunuh.Â
Tanpa sadar air mata Susan mulai turun membasahi pipinya dan disusul dengan suara isak tangis seorang wanita yang sudah tidak berdaya, lemah, serta terperangkap seorang diri di tengah hutan belantara pada saat menjelang malam tiba.
Entah sudah berapa lama Susan menangis sambil duduk bersandar di sebuah batang pohon tua. Ketika Susan kembali membuka matanya, hutan telah diselimuti dengan kegelapan pekat dan terlihat kabut tipis melayang-layang rendah di udara bagaikan seorang penari.Â