Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Panggilan

3 Agustus 2023   18:19 Diperbarui: 3 Agustus 2023   18:24 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Jangan sekali-kali engkau berani menyentuh serta memegang tubuhku lagi. Ingat itu Mathew!" ucap Nathalie dengan ketegasan yang tidak mungkin salah diartikan.

   Mathew terlihat kesakitan sambil mengusap bagian kiri wajahnya setelah mendapat tamparan telak dari Nathalie. Dengan susah payah Mathew berusaha bangkit dan kembali duduk di kursinya. Setelah berhasil duduk di kursi, Mathew memandang Nathalie sambil merncerna kejadian yang baru saja ia alami. Ketika Mathew sedang berusaha menenangkan diri. Nathalie berbicara bagai seorang hakim yang menjatuhkan vonis bersalah terhadap tersangka:

   "Dengarkan aku baik-baik Mathew. Dan, tolong jangan potong kata-kataku ini, cukup dengarkan dengan baik. Malam ini hubungan kita cukup sampai di sini. Aku sudah tidak mau lagi mendengar alasan juga penjelasan apa pun darimu. Aku sudah terlanjur kecewa kepadamu dan rasa sakit yang engkau timbulkan kepada hatiku mungkin tidak dapat diobati lagi. Sungguh, awalnya aku meyakini jika dirimu adalah pria yang baik, sopan serta bertanggung jawab. Tetapi malam ini kenyataan yang sesungguhnya tentang siapa dirimu akhirnya terbuka. Dan aku sungguh tidak percaya dengan apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Ternyata penilaianku selama ini terhadapmu adalah salah besar." Nathalie berhenti berbicara lalu menutupkan kedua tangannya ke wajah dan kembali menangis dengan suara lirih.

   Mathew benar-benar merasa bersalah telah melukai hati Nathalie yang telah begitu tulus mencintainya. Kini Mathew harus berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki hubungan yang telah kandas dihempas ombak lautan yang ganas dan tidak ada cara untuk memperbaikinya.

   "Nathalie! Nathalie!" panggil Mathew.

   "Cukup Mathew. Jangan kau habiskan energi juga tenagamu untuk memintaku kembali kepadamu, itu tidak mungkin. Aku tidak akan pernah kembali lagi dan satu hal lagi, jangan pernah mencariku lagi. Anggaplah aku sudah hilang bagai di telan bumi untuk selamanya," jawab Nathalie dengan sesekali diiringi isak tangis.

   "Tunggu Nathalie! Beri aku kesempatan sekali lagi," pinta Mathew seolah berat kehilangan Nathalie.

   "Tidak ada kesempatan kedua untukmu Mathew, maaf. Silakan engkau lanjutkan hubunganmu dengan wanita yang tadi meneleponmu. Aku tidak akan marah lagi, karena malam ini engkau bukan bagian dari hidupku lagi."

   Nathalie sudah muak melihat wajah Mathew yang memelas karena ingin mendapat perhatian juga cintanya yang tulus. Tiba-tiba tanpa sengaja pandangan mata Nathalie melihat cincin berlian yang sedianya akan dipasangkan di jari manisnya tengah tergeletak di atas meja makan. Dengan cepat Nathalie mengambil cincin berlian itu, lalu dengan marah melempar cincin berlian itu ke tubuh Mathew. setelah itu Nathalie segera mengambil tas selempang, mengenakannya dan berjalan meninggalkan Mathew yang masih duduk di kursi dengan pandangan tidak percaya dengan apa yang baru saja Nathalie perbuat.

   "Nathalie tunggu! Jangan tinggalkan aku begitu saja," teriak Mathew putus asa.

   Nathalie tidak mempedulikan teriakan Mathew yang terlihat begitu putus asa dan terus berjalan menuju ke pintu keluar. Ketika telah sampai di pintu keluar, Nathalie berhenti sejenak untuk menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada yang tegas dan jelas:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun