Duduk di dalam mobil sedan mewah Mercedes-Benz keluaran terbaru membuat hati Nathalie berbunga-bunga dan semua ini seakan mimpi baginya. Sedangkan pria tampan yang duduk di balik kemudi mobil adalah kekasih Nathalie yang notabena adalah seorang pengusaha muda sukses yang sedang naik daun. Malam ini Mathew sedang mengajak Nathalie pergi ke sebuah restoran mewah yang ada di tengah kota untuk acara makan malam spesial.
Mobil sedan mewah yang ditumpangi Nathalie melaju dengan kecepatan standar menyusuri jalanan kota yang berhias gemerlap lampu warna-warni. Malam itu jalanan kota terlihat ramai dengan kendaraan roda empat yang memenuhi dua lajur jalan. Mobil Mercedes-Benz dengan warna hitam mengkilap yang dikemudikan Mathew berbelok ke kiri meninggalkan keruwetan jalanan kota yang seakan tak berkesudahan.Â
Saat ini mobil Mercedes-Benz tengah melaju di jalan yang tampak sepi, hanya terlihat daun-daun kering yang berserakan di jalan. Di kedua sisi jalan berdiri dengan kokoh jajaran pohon dengan ranting yang saling terjalin hingga membentuk seperti kanopi.Â
Mobil yang dikemudikan Mathew akhirnya tiba di sebuah pos pemeriksaan dan mobil pun berhenti. Seorang petugas keamanan berseragam datang menghampiri mobil Mathew lalu melakukan pemeriksaan pada bagian bawah mobil dengan alat detektor bahan peledak. Setelah menyelesaikan pemeriksaan dengan seksama dan tidak mendapati benda yang mencurigakan, akhirnya petugas keamanan memberi izin bagi Mathew untuk melanjutkan perjalanan. Palang penghalang akhirnya terbuka secara otomatis dan Mathew segera melajukan mobilnya masuk ke area parkir sebuah restoran mewah yang menyatu dengan bangunan apartemen.Â
Mobil Mercedes-Benz melaju dengan anggun menuju area parkir yang disediakan bagi tamu VIP yang saat itu masih terlihat sepi dari kendaraan pengunjung lainnya. Mathew langsung mengarahkan mobilnya ke tempat parkir dan berhenti di bawah sebuah pohon Kamboja yang sedang mekar dengan harum semerbak di udara malam yang hangat. Mathew bergegas turun dari mobil dan berjalan ke sisi penumpang lalu membukakan pintu bagi Nathalie.Â
Ketika turun dari mobil, wajah Nathalie tampak berseri-seri, lalu dengan lembut Mathew menggandeng tangan Nathalie sambil menutup pintu mobil dan menguncinya. Kemudian mereka berdua berjalan santai meninggalkan mobil yang terparkir menuju ke area lobi yang bermandikan cahaya lampu.
Restoran yang dipilih oleh Mathew adalah sebuah restoran yang mendapat predikat bintang lima Michelin dan merupakan salah satu restoran termewah yang ada di kota ini. Restoran ini memiliki pemandangan indah yang menghadap ke arah kota, ditambah dengan interior ruangan yang memiliki perpaduan unik antara nuansa klasik dan modern, serta dapat membuat setiap pengunjung yang tengah berada di dalamnya akan merasa betah untuk duduk berlama-lama sambil menikmati hidangan kelas atas.Â
Ketika Mathew dan Nathalie telah berada di dalam ruang makan VIP, Mathew segera menuju ke sebuah meja yang berada tepat di samping jendela yang menyuguhkan pemandangan malam hari kota yang ada di kejauhan. Mathew dengan sopan menarik sebuah kursi dan mempersilakan Nathalie untuk duduk terlebih dahulu, kemudian Mathew menarik sebuah kursi untuk dirinya sendiri dan duduk di hadapan Nathalie.
Mathew tak pernah bosan memandang wajah Nathalie yang terlihat begitu cantik malam ini dengan gaun pesta berwarna hitam, ditambah pulasan tipis make-up di wajahnya yang membuat siapa pun pasti akan melirik Nathalie ketika ia sedang berjalan. Dalam suasana romantis seperti malam ini, Mathew mempunyai sebuah kejutan yang spesial bagi Nathalie. Oleh karena itu, Mathew benar-benar ingin menikmati serta menghabiskan malam akhir pekan ini bersama Nathalie.
"Nathalie, penampilanmu malam ini sungguh sempurna. Aku sampai terpesona melihatmu dan sungguh, aku adalah pria paling beruntung di dunia ini karena bisa makan malam bersama wanita cantik seperti dirimu," ujar Mathew membuka percakapan dengan senyum bahagia yang tergambar jelas di wajahnya.
Mendengar kalimat pembuka yang baru saja Mathew sampaikan, membuat pipi Nathalie seketika merona merah karena merasa malu, tetapi pada saat yang sama juga merasa senang serta hatinya sedang berbunga-bunga.
"Ah, kamu bisa aja Mathew," kata Nathalie malu-malu. "Malam ini akulah wanita yang paling beruntung bisa menikmati makan malam bersamamu di sebuah restoran mewah untuk pertama kalinya."
"sama-sama sayangku," jawab Mathew sambil meremas kedua tangan Nathalie dengan lembut. "Aku sangat senang sekali malam ini, akhirnya kita berdua bisa menghabiskan waktu akhir pekan bersama."
Nathalie tersenyum bahagia hingga tanpa sadar air mata kebahagiaan turun membasahi pipinya.
"Aku yang sungguh beruntung memiliki kekasih juga calon suami seperti dirimu Mathew. Muda, tampan, baik hati, serta seorang pengusaha sukses," ujar Nathalie mengungkapkan kekagumannya pada sosok Mathew yang ada di hadapannya.
Kali ini giliran Mathew yang tersenyum gembira mendengar kekaguman serta kecintaan Nathalie kepada dirinya.
"Sayang, malam ini aku memiliki sebuah kejutan yang spesial untukmu."
"Benarkah! Kamu mempunyai sebuah kejutan spesial untukku sayang? Bolehkah aku mengetahui kejutan apa yang telah engkau persiapkan?" tanya Nathalie dengan antusias seakan tidak sabar ingin segera mengetahuinya.
"Sabar dulu sayang. Kita pasti akan tiba pada momen itu," jawab Mathew sambil mengedipkan sebelah mata menggoda Nathalie.
Percakapan ringan antara Mathew dan Nathalie terhenti sejenak ketika seorang pelayan muda dengan kemeja putih datang mengantarkan hidangan yang telah Mathew pesan sebelumnya. Dengan cekatan pelayan muda itu menghidangkan beberapa menu makanan di atas meja yang langsung menggugah selera makan Nathalie. Setelah selesai menghidangkan makanan, pelayan muda itu segera berlalu meninggalkan meja pasangan muda yang sedang jatuh cinta dan terlihat begitu romantis.
&&&
Makan malam kali ini benar-benar telah membuat hati Nathalie hanyut dibuai oleh perasaan cinta pada sosok pemuda yang bernama Mathew. Belum lagi bayangan Nathalie akan menjadi seorang istri dari salah satu pengusaha muda sukses. Yang mana pernikahan ini akan bisa merubah serta mengangkat status dirinya juga keluarganya yang selama ini bisa dibilang dari keluarga miskin. Bayangan-bayangan itu tanpa sadar membuat Nathalie tersenyum sendiri.
Mathew yang sedari tadi duduk sambil mengamati wajah cantik Nathalie, tiba-tiba mendapati kekasihnya tengah tersenyum sendiri seperti sedang membayangkan sesuatu yang indah dan tidak menyadari keberadaan dirinya yang tengah duduk di depannya. Dengan lembut akhirnya Mathew menggoyang tangan Nathalie sambil berkata:
"Sayang, apa kamu baik-baik saja? Kamu seperti terlihat sedang melamun sesuatu yang indah, 'kan?"
Ketika Nathalie akhirnya tersadar dari lamunannya menjadi istri dari seorang pengusaha sukses. Nathalie secara spontan menarik kedua tangannya dari genggaman Mathew, lalu menutupkan kedua tangannya di depan wajah karena merasa malu sambil berkata, "Maaf aku tadi hanya ... lupakan saja sayang. Aku baik-baik saja." Tingkah laku Nathalie yang apa adanya ini membuat Mathew kembali tertawa bahagia.
"Tidak apa-apa sayang. Mari kita nikmati hidangan makan malam yang spesial ini," ujar Mathew mengalihkan topik pembicaraan.
"Terima kasih sayangku. Ini sungguh luar biasa, semua hidangan ini terlihat sangat nikmat dan pastinya mahal," kata Nathalie dengan berterus terang setelah melihat beberapa hidangan yang tersaji di atas meja.
"Biasa saja sayangku. Jika untuk dirimu, aku ingin selalu memberikan yang terbaik," jawab Mathew diplomatis.
Akhirnya, Nathalie dan Mathew mulai menikmati hidangan yang tersaji di atas meja. Selama menikmati hidangan makan malam ini, Mathew beberapa kali menyuapi Nathalie dengan manja seolah ingin selalu berada dekat dengan Nathalie. Tidak ingin ketinggalan, Nathalie juga berusaha menyuapi Mathew biarpun dengan tangan sedikit gemetar karena momen ini adalah yang pertama kali dirasakannya. Setelah Mathew dan Nathalie menghabiskan hidangan yang ada di atas meja. Mathew segera memanggil pelayan muda tadi untuk membersihkan bekas hidangan yang ada di atas meja. Dengan cekatan pelayan muda itu datang lalu segera mengambil piring-piring makan beserta tempat hidangan yang sudah habis isinya, tidak ketinggalan pelayan muda itu membersihkan meja hingga kembali bersih seperti semula. Setelah menyelesaikan tugasnya dan merasa puas dengan hasil kerjanya, pelayan muda itu kembali meninggalkan meja pasangan muda yang sedang di mabuk cinta. Setelah pelayan muda itu pergi, ditambah dengan suasana ruang makan VIP yang begitu tenang, tidak ketinggalan suara alunan musik klasik yang mengalun merdu dari pengeras suara yang seakan menghipnotis mereka berdua. Saat inilah merupakan waktu yang tepat untuk memberikan sebuah kejuatan yang spesial kepada Nathalie kata Mathew di dalam hati.
"Sayangku, inilah saatnya aku ingin memberikan sebuah kejutan yang spesial untukmu," kata Mathew membuka kembali percakapan.
"Aku sudah tidak sabar ingin segera mengetahuinya sayangku." Wajah Nathalie terlihat bahagia dengan senyum menawan yang mampu meluluhkan hati Mathew.
"Tetapi, ada satu syaratnya," ujar Mathew. "Engkau harus menutup mata dan tidak boleh membukanya sampai aku mengatakan 'buka'."
"Baiklah sayangku. Aku terima syarat itu," jawab Nathalie, yang segera memejamkan matanya.
Dengan perlahan Mathew mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dari dalam saku jasnya lalu meletakkannya di atas meja dengan perlahan.
"Sekarang kamu sudah bisa membuka mata lagi sayangku," pinta Mathew.
Dengan perlahan Nathalie mulai membuka mata dan mendapati Mathew sedang duduk sambil menyunggingkan senyum. Lalu, pandangan Nathalie menangkap sebuah kotak kecil berwarna merah di atas meja dan Nathalie yakin benda itu tidak ada di situ sebelumnya. Dengan bingung Nathalie berkata:
"Itu apa sayangku yang ada di atas meja?" Sambil tangan Nathalie menunjuk ke sebuah kotak kecil berwarna merah.
"Kotak kecil ini adalah kejutan yang telah aku persiapkan untukmu sayangku," jawab Mathew, "sekarang, bolehkah aku membukanya supaya engkau bisa mengetahui isi yang ada di dalamnya?"
Nathalie hanya mengangguk sekali tanda ia setuju. Lalu, dengan perlahan Mathew mulai membuka kotak kecil yang ada di atas meja dan menunjukkan isi yang ada di dalamnya kepada Nathalie. Ketika akhirnya Nathalie melihat isi yang ada di dalam kotak itu, seketika wajah Nathalie terlihat terkejut dan seperti tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.
"Sayangku, apa kamu bercanda dengan semua ini?" tanya Nathalie seolah bingung dengan benda yang ada di hadapannya.
"Tidak sayangku. Aku tidak bercanda dengan semua ini, dan inilah kejutan spesial yang khusus kupersembahkan untukmu," jawab Mathew dengan tenang.
Mendengar jawaban Mathew, wajah Nathalie seketika kembali merona karena rasa bahagia, ditambah jantungnya kini mulai berdegup kencang.
  "Ya ampun!" ucap Nathalie terbata-bata sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. "Apakah itu untukku sayangku?"
  "Benar sekali sayangku. Cincin berlian ini kupersembahkan untukmu sebagai lambang cintaku kepadamu. Dan malam ini aku melamarmu dengan cincin berlian ini."
  "Ini sungguh di luar dugaanku sayangku. Berarti semua acara makan malam ini telah engkau persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya hanya untukku?" tanya Nathalie dengan bahagia.
  "Benar sekali sayangku. Semua ini aku persembahkan hanya untukmu," jawab Mathew. "Malam ini, izinkan aku memasangkan cincin berlian ini di jari manismu sebagai tanda aku telah melamarmu."
  "Silakan sayangku, engkau boleh memasangkan cincin berlian ini di jari manisku," jawab Nathalie dengan senyum yang selalu merekah di wajahnya.
  Setelah mendapat izin dari Nathalie, Mathew segera mengambil cincin berlian dari dalam kotak, dengan perasaan bahagia tangan kiri Mathew mulai memegang tangan kanan Nathalie, kemudian tangan kanan Mathew mulai bergerak untuk memasangkan cincin berlian di jari manis Nathalie. Ketika tangan kanan Mathew tinggal selangkah lagi berhasil memasangkan cincin berlian di jari manis Nathalie; tiba-tiba telepon genggam Mathew yang ada di atas meja berbunyi. Dering telepon itu membuat rencana Mathew untuk memasangkan cincin berlian jadi tertunda sesaat. Ketika Mathew melihat nama si penelepon yang nampak di layar, seketika wajah Mathew berubah murung dan bahasa tubuh serta sikap Mathew menjadi gelisah.
&&&
Dering telepon genggam Mathew terus berbunyi dengan suara nyaring seakan tidak mau tahu momen romantis yang sedang Mathew nikmati malam ini. Nathalie yang melihat perubahan bahasa tubuh juga wajah Mathew menjadi bingung dengan kejadian ini. Nathalie akhirnya memberanikan diri bertanya, karena Mathew sepertinya tidak ingin menerima panggilan telepon yang terus berbunyi.
  "Sayang, kenapa sikap serta bahasa tubuh kamu menjadi gelisah dan tegang? Aku bisa melihatnya dengan jelas ketika panggilan telepon ini berbunyi."
  "Tidak apa-apa sayangku. Aku baik-baik saja," jawab Mathew dengan tidak meyakinkan.
  "Kamu terima dulu panggilan telepon itu sayangku. Aku bisa menunggu dengan sabar, mungkin ini menyangkut urusan bisnis yang membutuhkan perhatianmu dengan segera."
  "Oh, tidak apa-apa sayangku. Ini hanya rekan kerja di kantor dan aku bisa meneleponnya setelah acara makan malam ini usai," jawab Mathew. "Aku tidak mau momen pertunangan ini terhenti hanya karena sebuah panggilan." Mathew lalu menekan tombol menolak supaya panggilan itu segera berhenti dan suasana kembali tenang.
  Nathalie mulai merasakan ada yang salah dengan Mathew dan semakin lama Mathew menjadi tidak tenang duduk di kursinya. Pasti ada sesuatu yang Mathew sembunyikan darinya. Mungkin ini soal pekerjaan di kantor, atau bisnis yang sedang mengalami masalah dan Mathew tidak ingin membuat kekasihnya ikut merasakan beban yang ditanggungnya. Nathalie bisa menerima situasi ini karena ia begitu mencintai Mathew, tetapi hati kecil Nathalie mengatakan yang sebaliknya dan ini membuat perasaannya menjadi resah.
  Terjadi keheningan diantara Mathew dan Nathalie. Pandangan mata Mathew sesekali melirik ke telepon genggam yang ada di atas meja, seolah-olah telepon genggam itu dapat meledak kapan saja dan menghancurkan Mathew beserta Nathalie menjadi berkeping-keping. Namun, berbeda dengan Nathalie yang duduk di hadapan Mathew. Sorot mata Nathalie bagaikan seorang hakim yang akan menjatuhkan vonis mati bagi terdakwa yang duduk di kursi pesakitan. Dan terdakwa itu adalah Mathew yang setiap detik semakin tidak tenang duduk di kursinya, ditambah muncul bintik-bintik kecil keringat di dahinya. Keheningan ini sepertinya akan berlangsung selamanya, tetapi akhirnya dipecahkan oleh suara Mathew yang terdengar tidak meyakinkan:
  "Sayangku, kenapa engkau menatapku seperti itu? Bagaikan aku ini adalah seorang pencuri yang ketahuan ketika sedang beraksi."
  "Maaf sayangku, aku tidak bermaksud seperti itu," jawab Nathalie. "Hanya saja sikap dan tingkah lakumu menjadi berubah setelah dering telepon masuk yang sepertinya mengejutkanmu."
  "Lupakan soal panggilan telepon tadi yang telah merusak acara kita malam ini. Aku akan menelepon balik secepatnya. Aku bisa pastikan bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dirisaukan lagi sayangku," ujar Mathew untuk meyakinkan Nathalie.
  "Baiklah sayangku, aku percaya padamu," ucap Nathalie dengan senyuman.
  Baru saja Mathew bisa meyakinkan Nathalie yang mulai curiga terhadapnya dan di saat yang sama mendapatkan kembali ketenangannya. Tiba-tiba dering telepon genggam Mathew kembali berbunyi. Ketika Mathew mengetahui nama yang nampak di layar telepon genggamnya, jantungnya seakan berhenti berdetak dan kepanikan kini melandanya.
  "Sial! Kenapa menelepon di saat seperti ini," ucap Mathew pada dirinya sendiri. Lupa jika Nathalie ada di hadapannya dan bisa mendengar kata-kata yang baru saja Mathew ucapkan.
  Dering telepon itu membuat kecurigaan Nathalie yang sebelumnya mulai menghilang kini kembali dengan lebih kuat. Nathalie semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Mathew. Kini, Nathalie mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang Mathew sembunyikan darinya. Nathalie meyakini bahwa ini sesuatu yang besar karena bisa membuat Mathew salah tingkah, tegang, dan juga panik hanya dari sebuah panggilan telepon.
  "Kenapa kamu tidak terima saja panggilan telepon itu dan mengatakan jika saat ini kamu sedang makan malam bersama kekasihmu, dan akan menelepon balik sepcepatnya setelah makan malam ini selesai," ujar Nathalie dengan nada tegas. "Dengan begitu, orang yang menelepon itu tahu bahwa engkau sedang ada urusan penting yang tidak bisa diganggu."
  Mendengar ucapan tegas Nathalie yang baru saja disampaikan, membuat Mathew seperti berdiri di tengah rel kereta api tanpa bisa berbuat apa-apa dengan kereta api yang melaju kencang ke arahnya dan pasti akan menggilasnya tanpa ampun. Sungguh merupakan sebuah ironi situasi yang tengah Mathew hadapi saat ini. Mathew harus berpikir cepat bagaimana menemukan jalan keluar dari situasi yang tidak terduga ini. Namun, pada saat yang sama telepon genggamnya terus berbunyi menunggu untuk diterima.
  Karena sudah tidak sabar melihat Mathew yang tidak berani menerima panggilan telepon yang terus berbunyi. Nathalie akhirnya berkata dengan kecurigaan yang tidak ditutup-tutupi lagi, "Mathew, kenapa kamu tidak berani menerima panggilan telepon yang terus berbunyi itu? Jangan-jangan kamu memiliki wanita lain selain diriku? Jika kamu tidak berani menerima panggilan itu, biarlah aku yang menerimanya dan berbicara dengan orang yang ada di panggilan itu."
  Mendengar kata-kata yang baru saja disampaikan Nathalie mengenai kecurigaannya tentang adanya wanita lain atau orang ketiga dalam hubungan ini, membuat Mathew langsung bereaksi yang malah membuat suasana semakin runyam.
  "Aku katakan padamu, bahwa aku tidak memiliki wanita lain selain dirimu Nathalie, sungguh!" Namun, ucapan Mathew ini seperti sebuah pembelaan diri dan sangat tidak meyakinkan bagi Nathalie.
  "Aku baru akan bisa percaya padamu Mathew, jika engkau terima panggilan itu sekarang! Aku tidak peduli siapa orang yang ada di panggilan itu asal engkau menerimanya di hadapanku tidak di tempat lain," ujar Nathalie dengan nada yang menunjukkan kemarahan serta kekecewaan.
  Karena tidak memiliki pilihan lain serta situasinya sangat tidak menguntungkan bagi Mathew; belum lagi suara dering telepon yang terus berbunyi menambah atmosfer ketegangan diantara dirinya dan Nathalie semakin meninggi setiap menitnya. Akhirnya dengan terpaksa Mathew menerima panggilan itu.
  "Gunakan pengeras suara agar aku bisa mendengar siapa orang yang sedang berbicara denganmu," pinta Nathalie dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah.
&&&
Ketika Mathew akhirnya menerima panggilan telepon yang tidak pada tempatnya itu, telapak tangan Mathew telah basah oleh keringat dan Nathalie bisa melihatnya dengan jelas. Petunjuk ini menambah keyakinan Nathalie bahwa Mathew sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
  Belum sempat Mathew mengatakan 'halo' tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berkata, "Hai sayang, kamu ke mana aja sih kenapa tidak pernah memberi kabar? Aku begitu merindukanmu saat ini." Mendengar suara seorang wanita yang mengatakan 'sayang' membuat Mathew langsung mematikan panggilan. Namun semua itu sudah terlambat.
  Tidak ada yang pernah menduga jika suara yang keluar dari pengeras suara telepon genggam Mathew adalah suara seorang wanita, dan yang membuat situasi semakin runyam dan tegang adalah apa yang wanita itu katakan kepada Mathew. Pada saat Nathalie mendengar panggilan 'sayang' dari seorang wanita yang tidak ia kenal kepada kekasih juga calon suaminya. Dunia impian Nahtalie tentang membina rumah tangga, menjadi seorang istri yang bisa membahagiakan suami, juga menjadi seorang ibu yang merawat serta mengasuh buah hati cinta mereka berdua runtuh seketika bagai dihantam sebuah bom atom yang menghancurkan segalanya hingga tidak tersisa. Nathalie tidak pernah menyangka jika makan malam yang awalnya berjalan begitu romantis, sampai tiba pada momen yang membuat jantung Nathalie berdebar-debar bahagia ketika Mathew akan melamar dirinya dengan sebuah cincin berlian yang sangat indah, akhirnya berubah hancur dan berantakan hanya karena sebuah panggilan.
  Perasaan Nathalie begitu hancur menerima kenyataan pahit malam ini, ternyata Mathew memiliki wanita lain selain dirinya. Hati Nathalie bagai disayat ribuan pisau, yang mana setiap sayatan baru menggoreskan luka yang lebih dalam dan lebih menyakitkan. Nathalie tidak habis pikir dengan pengkhianatan yang Mathew lakukan terhadap dirinya. Kini yang tersisa dari Nathalie adalah kemarahan yang semakin memuncak dan siap meledak kapan pun tanpa bisa dibendung lagi.
  Ruang makan VIP tempat Nathalie dan Mathew menikmati hidangan kini telah berubah penuh ketegangan antara dua kubu yang semakin lama semakin meningkat. Selepas panggilan telepon singkat itu, Mathew dan Nathalie hanya duduk diam tanpa ada yang berbicara sepatah kata pun. Mathew terlihat begitu gelisah dan panik dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Sedangkan sorot mata Nathalie bagaikan seorang penembak jitu yang sedang membidikkan senapannya kepada musuh. Dan musuh itu adalah Mathew.
  Kesunyian ini semakin membuat Mathew tertekan, Mathew ingin mencairkan suasana tetapi ia tidak tahu harus memulai dari mana. "Siapa wanita yang baru saja menelepon serta memanggilmu dengan sebutan 'sayang', Mathew?" bentak Nathalie dari seberang meja dengan suara keras dan marah yang membuat Mathew terkejut hingga hampir terjatuh dari kursinya.
  "Dia hanya seorang ...," Mathew terlihat bingung dan kikuk mencari jawaban yang pas dan bisa diterima oleh Nathalie.
  "Mathew, jawab pertanyanku! Siapa wanita yang baru saja meneleponmu?" bentak Nathalie, kali ini dengan menggebrak meja makan dengan kedua telapak tangannya.
  "Dia hanya seorang rekan kerja yang bekerja di perusahaanku," jawab Mathew. "Dan sungguh, aku tidak mengetahui kenapa ia bisa memanggilku dengan sebutan---"
  "Rekan kerja katamu Mathew?" ucap Nathalie dengan sinisme yang terlihat jelas. "Mana mungkin ada rekan kerja yang berani memanggil pemilik perusahaan dengan sebutan 'sayang'. Kamu pikir aku ini apa, orang bodoh, bisa kamu kelabui dengan alasan basi seperti anak kecil? Dengar Mathew, aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja kamu katakan."
  "Nathalie dengarkan aku dulu, kumohon!" pinta Mathew, "aku minta maaf dengan kejadian yang baru saja terjadi. Tapi percayalah, aku tidak pernah bermain cinta dengan wanita lain dan aku selalu setia kepadamu."
  Setelah mendengar jawaban yang Mathew sampaikan. Nathalie hanya duduk diam sambil menatap Mathew dengan sorot kebencian dan kekecewaan. "Satu pertanyaan untukkmu Mathew," ucap Nathalie dingin, "lalu engkau anggap apa wanita itu? dan aku ini engkau anggap sebagai apa selama ini Mathew, jawab!" teriak Nathalie sambil mengeluarkan kemarahan yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
  Mathew yang duduk di hadapan Nathalie hanya bisa menundukkan kepala menghindari pertanyaan Nathalie yang begitu mengena tentang semua yang telah dilalui selama ini. Kali ini Mathew yang berada dalam posisi sulit dan terjepit. Terjadi keheningan antara Mathew dan Nathalie, karena sudah tidak sabar menunggu jawaban dari Mathew yang hanya duduk sambil menundukkan kepala. Akhirnya Nathalie mengambil sebuah gelas yang berisi air putih lalu dengan marah menyiramkan air putih yang ada di dalam gelas itu ke wajah Mathew. Seketika Mathew terkejut dan marah mendapat siraman air putih di wajahnya dari Nathalie yang duduk di hadapannya. Baginya ini merupakan sebuah penghinaan pribadi dan sudah keterlaluan.
  "Nathalie apa yang baru saja kamu perbuat kepadaku? Jangan kurang ajar dan bertindak bodoh kepadaku di sini," teriak Mathew tidak terima dengan apa yang baru saja Nathalie perbuat.
  "Memangnya kenapa, kamu tidak terima dengan perbuatan yang baru saja aku lakukan? Lalu kamu mau apa Mathew, berdebat hingga membuat keributan di sini? Silakan jawab pertanyaanku yang tadi, karena aku sedang menunggu jawaban darimu Mathew." Tantang Nathalie dengan sengit dan tidak gentar.
  "Kamu sudah mulai berani dengan aku ya, Nathalie. Kamu tidak tahu sedang berurusan dengan siapa?" kata Mathew menyombongkan diri.
  "Aku sedang berurusan dengan lelaki berengsek sepertimu. Lelaki yang hanya menjual karisma dan pencitraan supaya dapat memikat hati wanita untuk jatuh cinta kepadamu. Tapi pada kenyataannya, engkau hanya sampah yang berlindung di balik kemewahan, perusahaan yang sedang tumbuh serta gaya hidup hedonis," pungkas Nathalie.
  "Cukup Nathalie! Hentikan ucapanmu yang sangat keterlaluan dan menghina diriku," bentak Mathew karena terpancing emosinya dengan ucapan Nathalie yang begitu merendahkannya.
  "Aku tidak akan berhenti sebelum aku mendapat jawaban darimu. Siapa wanita yang baru saja menelepon serta memanggilmu dengan sebutan 'sayang'?"
&&&
  Mathew akhirnya mengangkat kedua tangan untuk meredakan ketegangan yang semakin memuncak. "Tenang Nathalie, tenang! Aku akan jelaskan semuanya kepadamu. Tapi, kumohon dengarkan aku baik-baik," pinta Mathew. "Aku begitu mencintaimu Nathalie dan soal kata-kataku yang kasar kepadamu tadi, aku minta maaf. Aku benar-benar hilang kendali dan tidak dapat mengontrol emosiku sehingga ..." Mathew hanya menggelengkan kepala seolah sedang mengusir setan yang tengah bersarang di dalam pikirannya.
  "Aku sudah tidak peduli lagi dengan hubungan ini Mathew. Mulai sekarang hubungan kita cukup sampai di sini. Aku benar-benar kecewa kepadamu Mathew dan sungguh hatiku begitu terluka malam ini." Nathalie mulai terisak dan tidak dapat menahan air matanya lagi. "Karena apa? Karena engkau telah mengkhianati cinta dan ketulusanku. Aku masih tidak percaya dengan semua ini, bagiku ini semua hanya mimpi yang akan hilang dengan sendirinya. Tapi ini adalah sebuah kenyataan pahit yang harus aku terima dalam perjalanan cintaku."
  Melihat Nathalie yang mulai menangis karena rasa sakit di hatinya, Mathew segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri untuk menenangkan dan meminta maaf atas semua kejadian yang telah terjadi malam ini. Mathew berdiri di samping Nathalie dan dengan lembut kedua tangan Mathew memegang bahu Nathalie untuk menunjukkan bahwa dirinya masih mencintainya. Nathalie hanya duduk diam tidak merespon, hanya suara isak tangis yang terdengar.
  "Maafkan aku sayang. Sungguh aku sangat menyesal dengan apa yang sudah terjadi malam ini." Suara Mathew terdengar pelan seperti sedang berbisik.
  Masih tidak ada jawaban dari Nathalie dan hanya kebisuan yang Mathew dapatkan.
  "Sayangku Nathalie. Bicaralah kepadaku," pinta Mathew dengan lembut.
  Sebagai jawaban dari pertanyaan Mathew, Nathalie segera berdiri dari tempat duduknya lalu menghadap Mathew. Tiba-tiba tangan kanan Nathalie menampar bagian kiri wajah Mathew dengan kekuatan penuh hingga membuat Mathew tersungkur ke meja dan jatuh ke lantai.
  "Jangan sekali-kali engkau berani menyentuh serta memegang tubuhku lagi. Ingat itu Mathew!" ucap Nathalie dengan ketegasan yang tidak mungkin salah diartikan.
  Mathew terlihat kesakitan sambil mengusap bagian kiri wajahnya setelah mendapat tamparan telak dari Nathalie. Dengan susah payah Mathew berusaha bangkit dan kembali duduk di kursinya. Setelah berhasil duduk di kursi, Mathew memandang Nathalie sambil merncerna kejadian yang baru saja ia alami. Ketika Mathew sedang berusaha menenangkan diri. Nathalie berbicara bagai seorang hakim yang menjatuhkan vonis bersalah terhadap tersangka:
  "Dengarkan aku baik-baik Mathew. Dan, tolong jangan potong kata-kataku ini, cukup dengarkan dengan baik. Malam ini hubungan kita cukup sampai di sini. Aku sudah tidak mau lagi mendengar alasan juga penjelasan apa pun darimu. Aku sudah terlanjur kecewa kepadamu dan rasa sakit yang engkau timbulkan kepada hatiku mungkin tidak dapat diobati lagi. Sungguh, awalnya aku meyakini jika dirimu adalah pria yang baik, sopan serta bertanggung jawab. Tetapi malam ini kenyataan yang sesungguhnya tentang siapa dirimu akhirnya terbuka. Dan aku sungguh tidak percaya dengan apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Ternyata penilaianku selama ini terhadapmu adalah salah besar." Nathalie berhenti berbicara lalu menutupkan kedua tangannya ke wajah dan kembali menangis dengan suara lirih.
  Mathew benar-benar merasa bersalah telah melukai hati Nathalie yang telah begitu tulus mencintainya. Kini Mathew harus berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki hubungan yang telah kandas dihempas ombak lautan yang ganas dan tidak ada cara untuk memperbaikinya.
  "Nathalie! Nathalie!" panggil Mathew.
  "Cukup Mathew. Jangan kau habiskan energi juga tenagamu untuk memintaku kembali kepadamu, itu tidak mungkin. Aku tidak akan pernah kembali lagi dan satu hal lagi, jangan pernah mencariku lagi. Anggaplah aku sudah hilang bagai di telan bumi untuk selamanya," jawab Nathalie dengan sesekali diiringi isak tangis.
  "Tunggu Nathalie! Beri aku kesempatan sekali lagi," pinta Mathew seolah berat kehilangan Nathalie.
  "Tidak ada kesempatan kedua untukmu Mathew, maaf. Silakan engkau lanjutkan hubunganmu dengan wanita yang tadi meneleponmu. Aku tidak akan marah lagi, karena malam ini engkau bukan bagian dari hidupku lagi."
  Nathalie sudah muak melihat wajah Mathew yang memelas karena ingin mendapat perhatian juga cintanya yang tulus. Tiba-tiba tanpa sengaja pandangan mata Nathalie melihat cincin berlian yang sedianya akan dipasangkan di jari manisnya tengah tergeletak di atas meja makan. Dengan cepat Nathalie mengambil cincin berlian itu, lalu dengan marah melempar cincin berlian itu ke tubuh Mathew. setelah itu Nathalie segera mengambil tas selempang, mengenakannya dan berjalan meninggalkan Mathew yang masih duduk di kursi dengan pandangan tidak percaya dengan apa yang baru saja Nathalie perbuat.
  "Nathalie tunggu! Jangan tinggalkan aku begitu saja," teriak Mathew putus asa.
  Nathalie tidak mempedulikan teriakan Mathew yang terlihat begitu putus asa dan terus berjalan menuju ke pintu keluar. Ketika telah sampai di pintu keluar, Nathalie berhenti sejenak untuk menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada yang tegas dan jelas:
  "Kamu tidak perlu repot-repot mengantarku pulang Mathew. aku bisa pulang sendiri malam ini." Kemudian Nathalie menghilang dari balik pintu untuk selamanya, hanya terdengar suara langkah kaki Nathalie yang semakin jauh meninggalkan Mathew.
  Mathew hanya bisa duduk sambil merenungi semua kejadian yang berlangsung di luar rencananya malam ini. Mathew tidak pernah menyangka, jika sebuah panggilan telepon telah menghancurkan hubungannya dengan Nathalie wanita yang begitu ia cintai. Dan sekarang, Mathew dihadapkan pada masalah lain yang harus ia selesaikan dengan wanita yang telah merusak hubungan cintanya dengan Nathalie. Sungguh sebuah malam yang berat serta menguras emosi bagi Mathew, ketika dihadapkan pada dua persoalan pada waktu yang bersamaan, dan diharuskan mengambil sebuah pilihan yang begitu sulit. Mathew hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya sembari tangan kanannya memegangi serta memandangi cincin berlian yang telah ia belikan khusus untuk dipasangkan di jari manis Nathalie.
_Tamat_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H