Berapa banyak yang Tuhan berikan padamu ?
Apa belum cukup SEMUA ITU untuk membuatmu mengucap syukur ?
Dewasa kini , banyak dari kita yang melupakan tugas serta tujuan utama sebagai seorang manusia.Beberapa dari mereka malah mencoba menepis kenyataan bahwa kita memang adalah manusia yang diciptakan oleh dzat yang agung , diatas segalanya yaitu TUHAN !
Zaman terus berubah , pola pikir masyarakat semakin berkembang dan ketika beberapa orang mengajarkan kita tentang esensi-esensi kehidupan maka beberapa yang lain berusaha melahirkan pertentangan-pertentangan dengan pandangan-pandangan kritis yang seolah membuka lembaran baru atas apa yang mereka sebut KEBENARAN.
Apa sebenarnya kebenaran itu ? dan apa korelasinya dengan kehidupan ?
HAKEKAT KEBENARAN DAN KORELASINYA DENGAN KEHIDUPAN
Pada dasarnya manusia menuntut suatu kebenaran atas apa yang menjadi esensi kehidupannya.Manusia sepanjang hidupnya berusaha untuk menemukan kebenaran yang hakiki , melalui nalar , intuisi , pengalaman ataupun berdasarkan pandangan-pandangan progresif atas dinamika kehidupannya.
Mengapa ?
Kebenaran pada dasarnya adalah kesesuaian antara logika berpikir manusia dengan objek yang dimaksudkan.Secara akal sehat kebenaran mampu dinilai dari segala sudut pandang.Meskipun beberapa hal yang irasional sebetulnya sering terjadi di dalam kehidupan.
JIKA SELAMA INI MANUSIA TIDAK SADAR BERADA PADA DIMENSI RUANG , MAKA TIDAK ADA SATUPUN MANUSIA YANG TAKUT PADA KETINGGIAN
Tanpa kebenaran manusia tidak akan mampu bertahan pada garis-garis kehidupan normatifnya.Manusia tidak akan mampu mengenali identitas dirinya dan buta akan tujuan hidupnya sehingga kenyataan yang akan diperoleh adalah manusia hanyalah sebuah boneka , boneka yang bergerak mengikuti system yang dihidupakan oleh sebuah baterei.
Bagaimana menentukan sesuatu sebagai suatu kebenaran ?
Banyak hal yang mampu kita pandang sebagai suatu kebenaran yang kemudian menjadi acuan kita.Misalnya tanpa makan manusia akan mati , itu adalah kebenaran , atau tanpa sinar matahari manusia tidak mampu bertahan hidup itu juga sebuah kebenaran karena memang hal itu seperti sebuah siklus alam.Tetapi kedua premis ini hanya menunjukan kebenaran diliat dari sudut pandang jasmaniah saja.Sangat mudah menentukan kebenaran atas suatu materi , karena sifatnya yang kasar dan dapat langsung dirasakan oleh indera kita.Tetapi untuk menentukan suatu hal yang tidak berwujud (nonmateri) bukanlah sebuah perkara mudah .
Manusia terbentuk dari 2 unsur , yaitu jasmani dan rohani .Jasmani cenderung membuktikan bahwa kita adalah maklhuk hidup , tetapi rohani adalah unsur yang memantapkan kebenaran bahwasanya kita (manusia) lebih tinggi 'derajatnya' daripada maklhuk hidup lainnya.
Bahkan ketika kita mampu (secara jasmaniah) maka kita dapat menghitung jumlah pasir yang ada di pantai bahkan di dunia , tetapi apakah dengan kekuatan paling dahsyat yang dimiliki manusia ia dapat menciptakan pasir sebanyak itu dengan kedua tangannya ? Atau ciptakanlah setitik pasir saja
Ketika kita hanya mampu memahami kebenaran yang bersifat materi maka pada dasarnya kebenaran itu tidaklah sempurna.Karena hewan pun dapat membuktikan hal itu.Jika manusia butuh makan , maka hewan dan tumbuhan pun seperti itu , jika manusia akan merasakan sakit maka maklhuk hidup lainnya pun akan seperti itu dan kesemuanya merupakan kebenaran.Maka kebenarannya kita tidaklah berbeda dengan hewan ataupun tumbuhan.
Tetapi apa hewan dan tumbuhan mampu merasakan rindu ? mampu merasakan jatuh cinta ? mampu merasakan kasih sayang ? mampu menganalogikan sesuatu hal yang menimpa dirinya ?
Jasmaniah , hanya mengikuti system kehidupan , ia hanya mengikuti aturan alam.Tetapi rohani manusia dapat menjabarkan kesemua system itu menjadi sebuah pemikiran-pemikiran rasional yang kemudian menjadikan manusia berbeda dari maklhuk lainnya.
Lalu apa hasil dari pemikiran-pemikiran rasional itu ?
Manusia akan sadar bahwasanya dirinya tidak sendirian !
Manusia tidak dapat mengetahui apa yang ia lihat sebagai suatu kebenaran sebelum ia mempunyai keyakinan yang kuat atas referensi-referensi yang mendukung kebenaran itu.Manusia perlu bukti untuk meyakini segala sesuatu.Kalimat yang sederhana , tetapi bagaimana cara manusia menentukan induk dari sebuah kebenaran , sedangkan begitu sulit baginya menentukan impuls yang benar untuk menopang kebenaran itu.
Menurut august Comte segala sesuatu perlu pendefinisian.Dalam konteks ini , manusia dituntut mendefinisikan sesuatu untuk membuktikan semua hal yang ia anggap benar dengan bukti-bukti yang telah ada..Lalu bagaimana cara ia membuktikan segala sesuatu yang belum terjadi atau belum pernah ada ? Bagaimana cara manusia mendefinisikan sesuatu yang tidak dapat ia lihat ataupun rasakan.
Manusia dapat mendefinisikan dan membuktikan bahwa api itu panas karena api secara nyata dapat membakar benda disekitarnya.Dan jika diuraikan secara mendalam maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana api itu dapat membakar sebuah benda ? atau bagaimana api itu terbentuk ? kapan api itu membakar benda ? benda seperti apa yang dapat terbakar habis oleh api itu ? pastinya beberapa ahli dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan benar atau hampir tepat karena objek yang menjadi acuan utama dapat dirasakan langsung oleh indera kita , yaitu api itu sendiri
Tetapi bagaimana cara menentukan kebenaran Tuhan ? Apa Tuhan terlihat oleh mata ? Apa suaranya terdengar oleh telinga kita ? Apa Ia menyentuh kulit kita ? , Tentu tidak.
Lalu apa yang dapat membuktikan keberadaan Tuhan ? Apa yang dapat membuat manusia sadar akan kehadiran Tuhan ?
Ialah jiwa kita , Rohani kita , insting/naluri , intuisi , emosi , dan perasaan
Tanpa kesadaran rohani , manusia tidak lebih dari seekor binatang buas yang berjuang mati-matian melakukan apa saja untuk bertahan hidup , tanpa mampu memahami bahwa sekeras apapun ia berusaha , ia akan tetap mati nantinya.
Untuk apa berusaha tetap hidup jika nantinya hidup itu akan berakhir ?
Hidup tidak akan bernilai apapun jika berujung pada kematian.
Tetapi jika kita mampu memahami bahwasanya jiwa kita tidak akan melebur bersama raga maka manusia akan memahami kebenaran yang menyatakan bahwasanya kematian hanya bagian dari dinamika kehidupan.Karena kematian tidaklah secara langsung mengakhiri perjalanan manusia.
Mengapa ?
Persepsi kematian hanya berkutat pada permasalahan fisikal semata.Secara ilmiah , kematian merupakan proses dimana tubuh manusia berada pada kondisi tidak berdaya karena terhentinya aktivitas seluruh organ dalam manusia , dengan kata lain jasmani manusia telah mengalami disfungsi permanen.Tetapi bagaimana dengan Rohani manusia ?
Sulit menemukan bukti konkrit yang menyatakan Rohani manusia tetap hidup ketika jasmaninya telah lebur dengan tanah , tetapi kesulitan yang sama juga akan ditemui bila kita ingin membuktikan bahwa Rohani manusia akan mati bersama jasmaninya.Lagi-lagi karena Rohani bersifat nonmateri , tetapi subyek dari rohani telah dirasakan secara nyata oleh perasaan manusia semasa hidupnya.
Apa ada yang bisa membuktikan kalau cinta , rindu dan kasih sayang pernah terbunuh oleh benda tajam ? jika iya , maka tunjukan dimana pembunuh itu menyimpan jasadnya ?
Di dalam ilmu metafisik , telah dijelaskan bahwasanya eksistensi non materi dapat dibuktikan melalui akal serta penalaran manusia tentang keterkaitan antara yang materi dan nonmateri.Seperti halnya imaginasi manusia , ilusi abstrak dalam imjinasi manusia tidak dapat kita uraikan secara nyata di dalam kehidupan kita dalam wujud materi tetapi di dalam pikiran manusia (non materi) hal itu mutlak adanya.Maka eksistensi tentang sesuatu yang nonmateri pada dasarnya memang ada , meskipun tidak langsung dapat dirasakan oleh indera kita.
Eksistensi kerohanian yang ghaib(Supernatural) membuat kita menyadari bahwasanya manusia digerakkan oleh sesuatu hal diluar dari nalar kita.Misalnya saja , manusia akan mengalami rasa sakit yang tidak mampu ia jelaskan dengan logikanya ketika dikhianati ataupun disakiti perasaannya.Tidak ada tablet yang mampu menyembuhkan hal tersebut , tetapi ketika manusia sadar akan betapa semua itu dikarenakan sesuatu yang tidak kasat mata , manusia memperoleh keyakinan teguh bahwasanya penyembuhan dari rasa sakit tersebut tidak seperti menyembuhkan rasa sakit pada jasmaninya.
Pertanyaannya , dengan apa manusia dapat memahami eksistensi Rohani tersebut ?
Tentulah , ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum kerohanian , yaitu Ilmu agama
AGAMA SEBAGAI ILMU ROHANI
Pada hakekatnya , manusia memerlukan agama lebih dari yang ia butuhkan untuk memahami eksistensi rohaninya.Agama tidak hanya mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang ghaib , tetapi menjelaskan esensi dari kesemuanya.Bahkan agama mampu menjelaskan apa yang menjadi tujuan utama kehidupan seluruh komponen-komponen yang ada di dunia.
Agama , adalah ilmu yang secara terstruktur mengajarkan kepada manusia tentang apa yang tidak mampu dijelaskan oleh sains ataupun logika sadar manusia.Jika di dalam ilmu metafisik , kita tidak dapat menemukan sesuatu diluar dari kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.Maka di dalam agama kita dapat menemukan penjelasan yang rasional tentang apa yang menjadi esensi dari segala sesuatu.
Tetapi saya tidak akan menyinggung permasalahan dogma disini , melainkan hanya beberapa garis besarnya saja
EKSISTENSI TUHAN
Dimanakah Tuhan ?
Pertanyaan diatas secara tidak langsung menyinggung permasalahan ruang.Di dalam ilmu metafisik segala sesuatu itu ada , bila ia menempati ruang ! Tetapi jika Tuhan menempati ruang , dapat disimpulkan bahwa tuhan bukanlah yang paling agung , karena masih ada sesuatu yang melebihinya , yaitu ruang itu sendiri.
Jika selama ini persepsi kita mengatakan bahwa Tuhan ada dilangit , maka kesimpulannya adalah langit dan jagat raya ini memang lebih besar dari pada Tuhan itu sendiri.Hal ini sangat kontradiksi dengan slogan yang menyatakan bahwa Tuhan adalah yang maha besar.
Tuhan menempati segala ruang dan ruang menempati Tuhan , Tuhan dan ruang adalah dua hal yang melebur pada satu kesatuan yang disebut Tuhan itu sendiri.
Tuhan adalah yang maha agung , tidak ada sesuatu tang melebihi kebesaran Tuhan ,entah dari segi bentuk fisik ataupun wujud kerohanianNya.Berdasarkan konteks diatas maka kesimpulan dari tempat dimana Tuhan bernaung adalah Tuhan itu sendiri.
Kapan Tuhan itu bermula ?
Secara nyata kita pasti akan memahami bahwa sesuatu yang bermula maka akan berakhir ! ini adalah hukum kuantum waktu , di dalam dimensi waktu sesuatu akan mengalami proses yang panjang sebelum menemui titik leburnya.Jika Tuhan termaksud dalam objek dari dimensi waktu , maka ia memang bermula.Bermula dari apa ? apa ia tercipta sendirinya ? Apa Ia akan berakhir seperti halnya ciptaannya ?
Dalam hukum causa prima , telah dipaparkan bahwa Tuhan adalah yang awal dan yang utama , tidak ada awal yang lain selain Tuhan , dengan kata lain Tuhanlah penyebab dari segala sebab termaksud eksistensi Tuhan itu sendiri.Dalam beberapa kajian agama , terutama islam , dogma tentang eksistensi Tuhan dapat dipahami bila manusia melepas penalarannya tentang dimensi waktu.Karena jika tidak maka manusia akan selalu berpatokan pada sesuatu yang bermula , dan implikasinya manusia akan menganggap bahwa Tuhan memang bermula dari sesuatu , dan persepsi yang paling fatal adalah anggapan tentang eksistensi Tuhan yang lahir dengan sendirinya dengan kata lain , Tuhan hanya sesuatu kebetulan.
BUKTI CAMPUR TANGAN TUHAN DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MANUSIA
Tidak dapat kita pungkiri , bahwasanya manusia adalah maklhuk yang diciptakan oleh sesuatu dengan kekuatan yang amat besar.Ditinjau dari sudut pandang fisik serta biologisnya , susunan tubuh manusia yang teramat kompleks menunjukan adanya sebuah pemikiran yang cerdas sehingga mampu menyusunnya sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang utuh.Dan pastinya ini bukan suatu kebetulan semata.
Sebuah perumpamaan , bila manusia diciptakan tanpa mata sebagai alat penglihatan pastilah hanya sedikit manusia yang mampu bertahan hidup di muka bumi ini.Tetapi apakah manusia akan tahu bahwa betapa besar faedah dari mata ini bila ia tidak sadar akan hal itu ?
Tuhan adalah sebuah bukti kebenaran yang hakiki.Ialah penggerak seluruh alam semesta.Menurut Harun Yahya secara sederhana kita dapat membuktikan kebenaran atas eksistensi Tuhan dengan melihat mekanisme pergerakan alam yang begitu tersusun secara sistematis.Air , api ,tanah dan udara yang masing-masing mendukung kehidupan maklhuk hidup. Teramat mustahil bila semua itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang memulainya.Dan ini adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat terbantahkan oleh teori apapun.Karena tidak ada presentase yang mampu menunjukan ketepatan sebuah ledakan (Bing bang) yang dengan sendirinya mampu menciptakan puing-puing menjadi sebuah benda siap pakai seperti halnya bumi dan alam semesta.
Apakah mungkin puing-puing WTC yang tertabrak pesawat , dengan sendirinya mampu menciptakan bangunan mini yang menyerupai WTC itu sendiri ?
Gambaran diatas berbanding lurus dengan apa yang terjadi atas penciptaan alam semesta.Tidak mungkin medan magnet bumi tercipta dengan sendirinya sehingga bumi tetap pada porosnya.Bisa saja medan magnet yang berada dikutub terbentuk secara sendirinya oleh proses-proses alam lainnya yang kemudian mendukung pembentukan medan magnet , tetapi apa mungkin kebetulan itu dapat menciptakan faedah yang amat besar seperti menjaga kestabilan perputaran bumi ? Sedangkan tanpa berputar pada porosnya . bumi akan berputar/bergerak acak di luar angkasa dan pastinya akan menabrak seluruh benda langit yang ditemuinya.Sehingga bumi akan hancur sebelum kehidupan dan semua unsur yang mendukungnya terbentuk.
TO BE CONTINUE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H