Sajak ini mengingatkan saya pada sajak-sajak Arthur Rimbaud,
penyair simbolis Prancis. Penyair simbolik tidak menyuguhkan
wacana dalam teks dan konteks yang diskursif. Mereka berlaku
seperti seorang yang membawakan pantonim. Bukan bahasa
verbal yang ditampilkan, tapi tanda dari bahasa itu yang langsung
dibawa ke hadapan resepsi semiotik kita. Demikianlah, Zawawi
membuat narasi imajiner yang kaya simbol, hingga pada intuisi
kita terbentang luasan cakrawala perspektif yang serbaneka.
Dalam kesuntukan nalar dan perspektif yang rigid dan sulit
ditawar, imajinasi adalah oase alternatif yang bisa melunakkan
fakta-fakta. Realitas yang mengungkung dan membatasi