Kebijakan akal seperti ini hanya mungkin bisa digapai
dengan bekal pemahaman bahwa kepribadian manusia
itu tidak bertumbuh linier, tapi saling tumpang tindih
dan simultan. Dalam kenangan terutama, jiwa infantil
dan fantasi masa kecil itu sesungguhnya tidak pernah
hilang. Ia mengalami sublimasi lalu mengendap di bawah
sadar. Berinkarnasi menjadi potensi. Potensi laten
kenangan inilah yang digarap Zawawi untuk mempertemukan
dua posisi yang saling bertolak belakang itu dalam bingkai
imajinasi yang mempesonakan. Dengan kata lain, permasalahan
kakek dan cucu dibikin rujuk dengan menggunakan nalar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!